Arthea'S Secret

Lena menggantikan pakaian Arthea yang kotor, dia tadinya ingin memandikan gadis kecil itu. Hanya saja, Arthea menolak. Jadilah, saat ini Arthea hanya berganti pakaian. Setelahnya, Lena mengobati luka di kening sang nona yang berdarah sedikit akibat benturan di aspal tadi.

"Nona tuh kemana? Sudah malam begini, Tuan khawatir setelah tahu Nona kabur. Di kota ini, anak kecil enggak boleh kekuar tanpa orang tuanya. Bahaya, banyak kejahatan di luar. Kalau sampe Nona kenapa-napa bagaimana?" Tanya Lena dengan mengusap lembut luka Arthea dengan obat merah.

"Bi Len kila dicini nda bahaya? Bahayaaaa! Monstel jahat itu nda cuka Thea! Dicini lebih bahaya buat Thea, mending Thea di lual!" Balas Thea dengan bibir mengerucut lucu.

Lena menghela nafas pekan, "Nona, Tuan sampai panik banget semalam tahu Nona kabur. Beliau sayang banget sama Nona, sampai di cari saat itu juga. Khawatir, takut Nona kenapa-kenapa."

Arthea mendelikkan matanya, hatinya panas mendengar Lena memuji pria itu. Namun, ingin bicara saja dirinya sudah sangat lelah. Entahlah, Arthea mending diam sambil menyusun rencana baru.

"Aku harus bagaimana ini. .. astaga Thea kecil, kenapa larimu lemah sekali. Ck, tubuh kecil ini sangat merepotkan! Sekarang harus apa? Terkurung lagi? Bahkan jendela sudah di pagari, bagaimana caranya tubuh kecil ini keluar? Ingin rasanya aku berteriak keras saat ini juga." Arthea membatin, raut wajahnya pun terlihat serius.

Lena yang melihat raut wajah aneh dari sang Nona lekas menepuk tangannya pelan, "Nona lapar? Bibi minta koki masakin makanan yah, Nona mau makan apa?"

"Nda lapal! Nda akan pelnah lapal lagi! Bi Len bilang aja ke Monstel tua itu, Thea nda akan mau makan! Nda akan!" Arthea lalu naik ke atas ranjangnya, dia menyelimuti seluruh tubuhnya dan enggan menerima bujukan Lena. Sungguh, dia tidak akan makan.

"Nona, jangan seperti ini. Tuan akan marah nantinya, Nona ingin makan seperti tadi siang? Ayam goreng?" Bujuk Lena.

"Ndaaaa! Mau ayam goleng, bebek goleng, kelbo goleng, Thea nda mauuu! Thea nda akan mau makan! Pelcuma makan, nanti juga jadi laga nda belnapas." Seru Arthea menolak permintaan Lena.

Karena tak bisa dirinya bujuk, Lena pun memilih pergi. Dia mungkin akan melaporkan ini pada Fabian yang sedang menunggu di depan kamar. Melihat dirinya keluar, Fabian yang sedang mengobrol dengan dua orang bodyguard mengalihkan pandangannya.

"Tuan Bian, Nona Arthea tidak mau makan. Dia bahkan mengancam tidak akan makan. Tolong sampaikan pada Tuan Kendrick, Nona hanya ingin bebas bermain di luar. Minimal, dia di perbolehkan main di taman. Saya tahu, dia sudah sangat terkekang. Saya kasihan padanya sebenarnya, tapi saya takut melawan Tuan Kendrick dan berakhir di pecat. Saya sangat menyayanginya Nona Arthea, tapi ... jika saya sampai di pecat, bagaimana saya bertemu dengan Nona?"

Mendengar penjelasan Lena, Fabian menghela nafas pelan dan mengambil keputusan. "Aku akan sampaikan pada Tuan Kendrick sekarang."

.

.

.

Kendrick sedang berada di kamarnya, dia duduk di sebuah kursi sambil memandangi sebuah foto wanita cantik bersama dirinya. Sejenak, Kendrick menyandarkan tubuhnya, mengamati foto yang sudah lama terpajang dalam kamarnya. Foto, wanita yang menjadi pujaan hatinya dari dulu sampai detik ini.

"Kamu tahu? Hari ini dia kabur karena marah padaku. Dia mengatakan aku ini seorang monster. Yah, aku memang monster. Biarkan dia menganggapku monster yang mengurungnya dari pada aku harus gagal menjaganya. Aku takut, aku sangat takut dia sepertimu." Kendrick memundukkan kepalanya, menahan tangis dan sesak di d4danya.

Tok!

Tok!

Mendengar suara ketukan pintu, Kendrick gegas mengusap matanya. Dia menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan lembut. Lalu, kembali memasang ekspresi yang dingin. Pintunya terbuka, seseorang melangkah mendekatinya. Orang itu tak lain dan tak bukan adalah Fabian. Dia akan mengetuk sebelum masuk ke kamar sang manikan.

"Tuan."

"Ada informasi tentang Arthea?" Tanya Kendrick tanpa menatap pada Fabian.

"Nona Arthea mengancam tidak akan mau makan."

Kendrick mengalihkan pandangannya, dia menatap Fabian dengan kening mengerut dalam. Ini merupakan ancaman pertama yang Arthea lakukan. Biasanya, gadis kecil itu selalu menjadi anak penurut. Tidak pernah membantahnya dan menerima semua yang dia perintahkan. Tapi sekarang, kenapa Arthea menjadi suka sekali melawannya?

"Bian, Arthea menjadi aneh setelah demam seminggu waktu itu. Selama seminggu, dia bahkan seperti orang tidak sadar. Tapi setelah dia sehat kembali, sikapnya mendadak aneh. Sering melawan, banyak bicara, dan ... dia berencana untuk kabur dengan persiapan yang matang. Dia sudah mencuri banyak uang karena dia tahu di luar sana butuh yang namanya biaya hidup. Menurutmu ... apa yang terjadi dengannya?"

Fabian yang di tanya seperti itu hanya mengg4ruk kepalanya yang tak gatal. Dia harus menjelaskan apa? Kendrick saja bingung apalagi dirinya? Tapi memang benar, sikap nona muda nya berubah setelah sembuh dari sakitnya.

"Arthea akan mengalami demam sebelum hari lahirnya. Sebelumnya, tidak pernah terjadi hal seperti ini. Sangat aneh." Gumam Kendrick kembali berpikir keras.

"Tuan, mungkin Nona setres?" Tebakan Fabian langsung mendapat tatapan sinis dari Kendrick.

"Kamu mengatakan putriku gila, Bian?"

"Eh, bu-bukan. Maksud saya itu, Nona mungkin bosan di dalam kamar dan membuatnya ... aduh, gimana ngomongnya." Fabian panik, apalagi Kendrick menatap nya seolah ingin memakannya hidup-hidup.

Kendrick memutar bola matanya malas, dia lalu beranjak berdiri dan melangkah pergi. "Ck, pikiranmu kali ini sangat tidak berguna. Sudahlah, mintakan koki masakan menu terenak. Aku sendiri, yang akan meminta anak itu makan."

Fabian menghela nafas pelan, "Bilang anaknya aneh, perasaan bapaknya juga a ...,"

"BIAAAAAN!"

"Eh? Siap Tuan!" Fabian segera berlari mendengar panggilan Kendrick.

________

Maap maap agak telat😁✌️

dua lagi menyusul, tapi yang terakhir kayaknya agak malem yah kawan. Gak papa yah, hihi maap😁✌️