NovelToon NovelToon
Cinta Laki-laki Penghibur

Cinta Laki-laki Penghibur

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Dikelilingi wanita cantik / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / PSK
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ibnu Hanifan

Galih adalah seorang lelaki Penghibur yang menjadi simpanan para Tante-tante kaya. Dia tidak pernah percaya Cinta hingga akhir dia bertemu Lauren yang perlahan mulai membangkitkan gairah cinta dalam hatinya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibnu Hanifan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAAB 4

Sore itu, langit senja mulai menguning. Galih sedang di gym langganannya, mengenakan kaos fit ketat berwarna hitam dan celana training abu-abu. Keringat mengalir di pelipisnya, tubuhnya berkilat oleh lelah dan kekuatan yang terus dibangun.

Ia baru saja selesai mengangkat beban saat sebuah suara lembut menyapanya dari samping.

"Kamu Galih, ya?"

Galih menoleh. Di hadapannya berdiri seorang wanita paruh baya yang memancarkan aura elegan dan sensual. Rambut cokelat bergelombangnya ditata rapi, bibir merah merona, dan tubuhnya dibalut dress kasual mahal yang tetap memperlihatkan siluet sempurna.

"Aku Jesika," katanya sambil tersenyum menggoda. "Aku sering dengar tentang kamu."

Galih menyipitkan mata. "Oh iya? Dengar dari siapa, tuh?"

Jesika tertawa kecil. "Ah, kamu pasti tahu, gosip cepat menyebar di kalangan kita. Dan kamu termasuk yang... paling terkenal."

Galih mengangguk singkat, mencoba tetap sopan. "Salam kenal, Tante."

Jesika mendekat sedikit. Tatapannya tajam namun hangat. "Jangan panggil aku Tante, dong. Panggil aja Jesika. Biar lebih... dekat."

Galih tersenyum tipis. "Baik, Jesika."

Wanita itu menyentuh lengan Galih sebentar, lalu berkata pelan, nyaris seperti bisikan, "Malam ini, datang ke kamar hotelku, ya. Hotel Mavia, kamar 1203. Aku akan kasih kamu bayaran yang pas... dan bonus yang banyak, Asalkan kamu bisa buat aku menjerit malam ini."

Galih sedikit terdiam. Ia sebenarnya sudah punya janji dengan Tante Liana malam ini. Jadwal yang seharusnya tak bisa diganggu.

"Maaf, Jesika... malam ini saya ada janji penting," katanya jujur.

Jesika menaikkan alisnya, lalu menyunggingkan senyum penuh percaya diri. "Kalau begitu, aku bayar dua kali lipat. Cash. Di muka."

Galih menatap Jesika. Tawaran itu... terlalu besar untuk diabaikan. Dua kali lipat dari tarif normalnya bisa berarti obat ayahnya bulan ini aman. Bahkan sisanya bisa ia tabung.

Setelah beberapa detik berpikir, Galih mengangguk pelan. "Baiklah. Saya datang."

Jesika tersenyum lebar. "Good boy."

---

Setelah Jesika pergi, Galih duduk sebentar di bangku gym. Nafasnya berat, bukan karena latihan—tapi karena keputusan yang baru saja ia buat.

Ia mengambil ponsel dari tasnya dan segera menghubungi **Tante Liana**.

"Halo, Sayang," suara Tante Liana terdengar lembut di seberang.

"Maaf, Tante... eh, maksudku, aku... malam ini nggak bisa datang. Ada urusan mendadak. Penting banget," ucap Galih, berusaha terdengar meyakinkan.

"Oh, ya sudah. Semoga urusannya lancar, ya. Tante ngerti," ujar Tante Liana, terdengar sedikit kecewa namun tetap mencoba dewasa.

"Terima kasih, Tante. Aku kabarin nanti ya."

Setelah panggilan ditutup, Galih menatap layar ponselnya cukup lama.

Ia benci kebohongan. Tapi lebih benci lagi menjadi tak berguna.

Dan seperti itulah hidupnya: memilih antara dua keburukan—dan berharap salah satunya tak terlalu menyakitkan.

--

Sore itu, wajah Tante Liana terlihat cemberut. Ia berdiri di depan cermin besar di ruang keluarga, memandangi riasan dan gaun mahalnya yang sudah sempurna. Tapi semangatnya menguap setelah mendapat kabar bahwa Galih membatalkan pertemuan mereka.

“Dasar anak muda. Seenaknya sendiri…” gerutunya.

Saat itu, Lauren baru pulang kuliah dan langsung masuk ke ruang keluarga. Ia melihat ekspresi ibunya yang tak biasa.

“Mah, kenapa mukanya cemberut?” tanya Lauren sambil meletakkan tas.

“Ngga papa.. Ini teman Mamah… batalin arisan seenaknya. Padahal Mamah udah dandan dari tadi.” jawab Tante Liana dengan nada jengkel.

Lauren tersenyum tipis, mencoba menenangkan.

"Ya udah, bagus dong. Jadi bisa makan bareng sama aku.”

Tante Liana menoleh, lalu tersenyum kecil meski hatinya masih kesal.

“Iya juga, sih…”

---

Malam harinya, keduanya pergi makan malam ke hotel bintang lima langganan keluarga mereka. Ayah Lauren, Gunawan Handoko, sedang sibuk dengan urusan pekerjaan dan tidak bisa ikut.

Mereka duduk di meja dekat jendela besar yang menghadap kota. Lauren tampak ceria, sementara Tante Liana masih setengah hati menikmati suasana.

Saat pelayan datang untuk mencatat pesanan, mata Tante Liana terpaku pada sosok yang baru masuk ke area lift menuju kamar hotel.

Galih.

Dan bersamanya, seorang wanita lain yang sangat dikenalnya Jesika, sosialita nyentrik yang dikenal sering bergonta-ganti simpanan muda.

Wajah Tante Liana seketika memerah. Ia langsung berdiri.

“Lauren, kamu pesan aja dulu makanannya. Mama ke toilet dulu, ya.”

“Oke, Mah,” jawab Lauren tanpa curiga.

Tante Liana lalu berjalan cepat mengikuti arah Galih dan Jesika. Begitu keduanya hendak masuk ke kamar, Tante Liana menarik lengan Galih.

“Galih! Ngapain kamu di sini?!” bentaknya pelan namun tajam.

Galih terkejut.

“T-Tante Liana…”

Jesika yang baru hendak membuka pintu, menoleh.

“Siapa ini?” tanyanya pada Galih.

Galih hanya terdiam, bingung menjawab.

Namun Jesika cepat tanggap. Ia menyeringai.

“Ah, aku ngerti. Kamu juga langganan ya? Galih udah aku booking malam ini. Kalau mau sama dia, tunggu giliran besok.”

Tante Liana tak bisa menahan emosinya.

“Dasar wanita jalang!”

Jesika tertawa pelan.

“Jangan munafik. Kita sama-sama jalang, kan? Bedanya, aku nggak pake topeng sok suci.”

Seketika suasana memanas. Suara mereka mulai naik, menarik perhatian beberapa tamu hotel yang melintas.

Galih segera mengambil alih.

“Sudah! Tante Jesika, tolong masuk dulu, Biar Galih nyelesiin ini dulu”ucapnya dengan tegas.

Jesika mengangkat alis, lalu masuk ke kamar dengan senyum menggoda. Saat melewati Galih, ia menyentuh pipinya pelan.

“Jangan lama-lama, Sayang…Aku udah ga sabar. ”

Pintu kamar tertutup.

Galih berbalik ke arah Tante Liana.

“Tante, aku minta maaf. Tadi keadaannya mendesak… aku butuh uang itu.”

Tante Liana menatapnya tajam, matanya berkaca. “Kamu pilih dia, padahal udah janji sama aku.”

“Besok… aku cuma milik Tante. Aku janji.”

Liana hanya mengangguk pelan, lalu buru-buru menghapus air matanya.

“Janji ya, Awas kalo sampe kamu batalin lagi…”

---

Tak lama setelah Galih masuk ke kamar Jesika, Lauren datang ke koridor hotel dengan ponsel di tangan.

“Mah, kok lama banget? Aku nyari Mamah ke toilet, tapi Mamah nggak ada.”

Tante Liana tersentak. Ia buru-buru berbalik dan memaksakan senyum.

“Oh, iya… Mama tadi ketemu temen lama. Lagi ada acara sosialita juga di sini. Ya udah sekalian ngobrol.”

Lauren mengangguk tanpa curiga.

“Kirain Mama kenapa. Yuk, kita makan.”

Tante Liana menatap pintu kamar tempat Galih berada sekilas, lalu berjalan pelan di samping anaknya—sambil menahan beban rahasia yang perlahan semakin dalam dan rumit.

1
Mawar Agung
saya suka ceritanya semangat ya Thor💪😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!