Farrah, gadis desa yang lugu, berhasil menaklukkan hati seorang Mafia kejam bernama Martin.
Kisah cinta mereka berawal ketika Martin tidak sengaja melihat Farrah menangis histeris di bandara, ia dipaksa ikut dengan seorang pria paruh baya sebagai ganti hutang ayahnya yang tidak bisa dibayar.
Meskipun saling mencintai, namun masalah besar yang dihadapi oleh Martin menjadi kendala dalam hubungan mereka.
Baca selengkapnya di novel ini >>>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jasmoone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan gelap kekasihku
Hari demi hari berlalu begitu cepat, hari itu ketika Farrah dan Martin sedang menikmati makan siang, mereka dikejutkan dengan panggilan telpon dari Bagas, salah satu rekan Martin di jakarta.
Seperti biasa, setiap ada panggilan telpon masuk Martin pasti menjauh dari Farrah untuk menjawab panggilan telpon itu.
Namun kali ini, Farrah tampak keberatan melihat Martin pergi ke balkon saat hendak menjawab panggilan telpon itu.
" Mau ke mana?, angkat di sini saja. " Ujar Farrah.
Namun Martin tampak mengabaikan Farrah, ia tetap berjalan menuju balkon untuk menjawab panggilan telpon itu.
" Kenapa sih setiap mau angkat telpon selalu pergi?. " Gumam Farrah dalam hati.
Farrah pun kemudian, diam-diam membuntuti Martin ke balkon.
" Pokoknya kalian tolong stay di rumah gue saja dulu, gue belum tahu kapan pulang ke Jakarta. " Ucap Martin.
" Jangan khawatir Tin, kita 24 jam di rumah lo, mau keluar pun kita gantian. " Ujar Bagas.
Farrah tampak menepuk-nepuk lembut bahu Martin, bahasa tubuh Farrah seolah menanyakan bahwa itu siapa?.
Mengingat keberadaannya selalu terancam, Martin pun berniat memperkenalkan Farrah pada rekan-rekannya.
" Mungkin sudah saatnya kau mengenal mereka, Farrah. Jika suatu hari aku enggak ada, ada mereka yang akan melindungimu. " Gumam Martin dalam hati.
" Terima kasih banyak, Gas. Oh ya, gue mau kenalin seseorang nih sama kalian. " Ujar Martin.
" Wih, siapa tuh bro? " Tanya Bagas tampak bersemangat.
" Kakak ipar kalian. " jawab Martin.
" Lo emang enggak berubah ya Tin, baru saja beberapa bulan menghilang sudah punya gendakan saja, hehe. " Canda Bagas berdasarkan kelakuan Martin di masa lalu.
" Eh, jangan sembarangan lo Gas. Ini beneran, gue mau kenalin cewek gue ke lo pada." Ujar Martin serius.
Bagas tampak membisukan panggilan, ia menyampaikan pada rekan-rekan yang lain bahwa Martin mau memperkenalkan ceweknya pada mereka.
" Guys, ada Martin. " Ucap Bagas seraya menunjuk ke arah ponselnya.
Rekan-rekan yang lain pun bergegas menghampiri Bagas, Bagas menjelaskan pada rekan-rekannya bahwa Martin ingin memperkenalkan seseorang.
" Martin mau kenalin ceweknya ke kita semua. " Ujar Bagas.
" Eh, tumben dikenalin, biasanya juga dia takut kita kenal sama ceweknya, hehe. " Canda salah satu dari mereka.
Bagas tampak menyalakan kembali penggilan telpon dengan Martin yang sempat ia bisukan tadi.
" Tin, sorry tadi gue mute sebentar, kita semua sudah kumpul nih. " Ujar Bagas.
" Oke, guys mumpung kalian sedang kumpul semua, gue mau kenalin cewek gue pada kalian, namanya Farrah. " Ujar Martin.
" Dari namanya kayaknya cantik. " Gumam Bagas.
" Buka kamera lo Tin, sekalian kenalin wajahnya ke kita, siapa tahu nanti ketemu di jalan. " Ucap Bagas.
Martin pun, membuka kamera ponselnya. Mereka semua tampak tercengang melihat Paras cantik Farrah.
" Guys, ini Farrah cewek gue. Farrah, mereka semua adalah teman-temanku. " Ujar Martin sambil menunjuk ke arah layar ponselnya.
" Lo emang enggak pernah gagal soal selera, Tin. Cakep benar tuh cewek, orang mana Tin?. " Ujar Bagas sambil bertanya.
" Bisa aja lo, Gadis melayu, bro. " Jawab Martin.
" Tapi mimpi apa lo, Tin. Dari sekian banyak cewek lo, cuma yang ini yang lo kenalin ke kita. " Ujar Bagas sambil menyorot dirinya dan rekan-rekannya.
Mendengar perkataan Bagas itu, Farrah sontak menatap Martin.
Martin pun langsung memberi kode pada rekan-rekannya itu, untuk tidak membicarakan masa lalunya di depan Farrah.
Namun, Farrah yang terlanjur mendengar perkataan Bagas tadi, terlihat menghela napas panjang.
Sementara, Bagas dan rekan-rekannya mencoba mencari cara bagaimana agar perkataan yang terlanjur ia ucapkan tadi tidak menyakiti hati Farrah.
" Kita ini kalau sudah berkumpul memang sering begini, suka bercanda kelewatan, Ku harap Farrah tidak tersinggung dengan candaan kami yang kadang melampaui batas. " Ujar Bagas terlihat serius.
" Iya benar, kakak ipar jangan terlalu menanggapi serius perkataan kita tadi karena itu cuma bercanda saja. " Sambar rekan yang lain.
Semua rekan-rekan Martin tampak kagum melihat kecantikan Farrah.
...***...
Singkat cerita, setelah memperkenalkan Farrah pada rekan-rekannya, Martin kembali membuat resah hati Farrah.
Ia seolah berpesan pada rekan-rekannya itu, untuk menjaga Farrah jika nanti dia kenapa-napa.
" Nanti kalau gue jauh, atau gue susah mencari tumpangan untuk pulang ke rumah, titip Farrah ya, guys. " Ucap Martin sambil mengusap matanya.
Mendengar ucapan Martin, Bagas tampak sedih.
" Kok lo ngomong gitu, bro!. Semua akan kita hadapi sama-sama, masalah lo adalah masalah kita semua juga. " Tegas Bagas.
" Kan enggak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. " Ujar Martin.
Mendengar perkataan Martin yang semakin tidak enak didengar, Bagas pun mencoba mengalihkan pembicaraan.
" Tin, lo ingat manisan plum yang sering dibikin nyokap lo enggak?, beberapa hari yang lalu kita yang bikin di rumah lo, rasanya mantul, nyokap lo suka banget. " Ujar Bagas mengalihkan pembicaraan namun membicarakan hal yang memang benar terjadi.
" Segar banget tuh, gue juga rindu makan manisan plum tapi di sini enggak ada jualannya. " Balas Martin.
Tak lama kemudian, Martin dan Bagas pun mengakhiri panggilan telpon itu.
Namun setelah panggilan telpon diakhiri, Bagas mengirim SMS pada Martin.
" Tin, lo engak apa-apa kan? " tanya Bagas.
" Kita semua tahu masalah gue apa?, kok lo masih nanya! " Balas Martin.
" Bukan masalah itu Tin, tapi masalah lo tumben kenalin cewek ke kita?,lo beda sekarang. " Ujar Bagas.
" Ini cewek beda dari cewek-cewek sebelumnya, makanya gue kenalin ke lo pada, kalau nanti gue mati atau ada hal lain yang terjadi sama gue yang bikin gue enggak bisa berada di sampingnya, tolong jaga Farrah untuk gue ya. " Balas Martin.
Bagas tampak sedih membaca SMS temannya itu, tanpa sadar Bagas meneteskan air mata.
" Kita semua enggak akan membiarkan lo sendirian menapaki jalan berbatu ini Tin, kita hadapi sama-sama sampai titik darah penghabisan. " Gumam Bagas dalam hati.
" Lo enggak usah khawatir Tin, semua akan baik-baik saja. Yang penting di sana lo harus tetap siaga, dengar-dengar Baskoro mengirim anak buahnya ke beberapa kota untuk mencari keberadaan lo. " Tulis Bagas.
" Iya, Gas. Makanya gue enggak bisa ke mana-mana dulu, gue lupa kalau ada saudaranya Baskoro yang tinggal di bali, waktu itu gue lihat mobilnya berhenti di depan gue. " Balas Martin.
" Kalau gitu, bagusnya lo sama Farrah pindah kota saja, Tin. Bahaya banget kalau keberadaan lo sudah diketahui sama saudaranya Baskoro. Ujar Bagas.
" Iya Gas, nih gue juga lagi cari kota yang aman untuk gue dan Farrah tinggal. " Balas Martin.
" Yaudah, kabari kita kalau ada apa-apa Tin. " pungkas Bagas.
" Pasti, bro. " balas Martin.
Setelah selesai membalas SMS Bagas, Martin dan Farrah pun kembali ke meja makan.
Semua pembicaraan Martin dan rekan-rekannya tadi, membuat Farrah semakin curiga dan penasaran siapa Martin sebenarnya.
" Siapa sih Martin sebenarnya?, temannya banyak banget, dari bahasanya tadi sepertinya Martin punya masalah besar. " Gumam Farrah dalam hati.
Farrah tampak bete, karena segala sesuatu tentang Martin seperti teka-teki baginya.
Melihat muka Farrah manyun, Martin pun membuka bungkus roti kesukaannya dan meletakkannya ke depan Farrah.
" Buruan dimakan, dua hari lagi rotinya expired. " Ujar Martin seraya memakan separuh dari potongan roti yang ia berikan pada Farrah itu.
Dengan wajah seperti banyak pikiran, Farrah pun memakan roti yang diberikan oleh Martin itu.
Farrah diam-diam mulai menyelidiki siapa kekasihnya itu sebenarnya.
" Kalau esok atau lusa aku tiada, apakah kamu... " Ucap Farrah, seperti ingin memancing isi hati Martin. Namun Martin langsung memotong pembicaraannya.
" Habiskan dulu rotinya, enggak boleh mubazir. " Ujar Martin seraya membuka sebotol yogurt dan memberikannya pada Farrah.
Martin tampak menatap Farrah yang sedang mengunyah roti, ia terlihat memikirkan sesuatu.
" Jika engkau tiada, aku akan ikut bersamamu Farrah, aku akan ikut mati bersamamu. Yang ku takuti adalah aku tiada disaat kau tidak punya tempat pulang seperti ini, siapa yang akan melindungimu dari kerasnya dunia ini?, bahkan ayahmu saja tidak bisa menjadi rumah bagimu. " Gumam Martin dalam hati dengan mata berkaca-kaca.
mari saling dukung
dan semangat menulis 💪