Tumbuh di lingkungan panti asuhan membuat gadis bernama Kafisha Angraeni memimpikan kehidupan bahagia setelah dewasa nanti, mendapatkan pendamping yang mencintai dan menerima keadaannya yang hanya dibesarkan di sebuah panti asuhan. namun semua mimpi Fisha begitu biasa di sapa, harus Kalam setelah seorang wanita berusia empat puluh tahun, Irin Trisnawati datang melamar dirinya untuk sang suami. sudah berbagai cara dan usaha dilakukan Kira untuk menolak lamaran tersebut, namun Irin tetap mencari cara hingga pada akhirnya Fisha tak dapat lagi menolaknya.
"Apa kamu sudah tidak waras, sayang???? bagaimana mungkin kamu meminta mas menikah lagi... sampai kapanpun mas tidak akan menikah lagi. mas tidak ingin menyakiti hati wanita yang sangat mas cintai." jawaban tegas tersebut terucap dari mulut pria bernama Ardian Baskoro ketika sang istri menyampaikan niatnya. penolakan keras di lakukan Ardi, hingga suatu hari dengan berat hati pria itu terpaksa mewujudkan keinginan sang istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10.
Irhan berpindah ke sofa setelah Opa tertidur.
"Apa Irhan boleh meminta waktu mama sebentar??? Ada yang ingin Irhan bicarakan dengan mama, penting." ujar Irhan setelah duduk berhadapan dengan Irin.
Wanita itu tak langsung menjawab, Irin justru terlihat menghela napas berat.
"Baiklah. Di jam makan siang, kita bertemu di restoran depan rumah sakit." ujar Irin setelah cukup lama terdiam.
Irhan mengangguk setuju, sebelum sesaat kemudian pamit kembali ke hotel tempatnya menginap. Irin menatap punggung putranya yang kini semakin menjauh. Setelah Irhan memasuki lift Irin pun kembali ke kamar perawatan ayahnya.
Sesuai janjinya, setelah pukul dua belas siang Irin beranjak menuju restoran.
"Sebenarnya hal penting apa yang ingin kamu bicarakan dengan mama, Sayang???." tanya Irin setelah keduanya menempati salah satu meja resto.
"Irhan ingin menanyakan sesuatu sama mama, tapi sebelum itu Irhan ingin mama menjawab dengan jujur!!."
Kepala Irin mengangguk setuju meski hatinya masih bertanya-tanya, hal apa yang membuat Irhan rela meluangkan waktu ditengah kesibukannya.
"Sebenarnya alasan apa yang membuat mama sampai meminta papa menikah lagi?? Bukankah selama ini keluarga kita terbilang harmonis, terutama hubungan mama dan papa."
Duar....
Hal yang ditakuti Irin akhirnya terjadi juga, setelah setahun berlalu akhirnya Irhan mempertanyakan alasan dirinya meminta Ardian menikah lagi.
"Please... jawab pertanyaan Irhan, mah." Pinta Irhan dengan raut wajah penuh harap.
Irin mengusap tengkuknya, berusaha mencari jawaban yang tepat atas pertanyaan putranya itu.
"Mama meminta papa menikah lagi ya karena mama menginginkannya, itu saja, tidak ada alasan lain. Jadi, mama harap kamu berhenti berpikir yang bukan-bukan!!."
Irhan tersenyum hambar.
"Irhan bukan anak kecil lagi mah. tidak ada satupun istri yang rela suaminya menikah lagi, kecuali." Irhan sengaja menggantung kalimatnya dan itu berhasil menciptakan kerutan halus di dahi Irin.
"Kecuali jika ada alasan yang kuat sehingga membuatnya rela dan ikhlas berbagi suami dengan wanita lain. alasan itulah yang ingin Irhan ketahui dari mama." sambung Irhan dengan tatapan menyelidik.
"Berhenti membahas tentang pernikahan papa dan Kafisha, karena semua itu adalah permintaan mama. Mama yang meminta mereka untuk menikah." lagi, jawaban ibunya berhasil menciptakan senyuman hambar di sudut bibir Irhan.
"Seandainya mama tahu siapa sebenarnya wanita yang selama ini Irhan sukai." entah sengaja atau tidak yang jelas kalimat tersebut terucap begitu saja dari mulut Irhan, Sementara dari gurat wajahnya tercetak jelas kekecewaan yang mendalam atas keputusan ibunya itu.
"Justru itulah alasan mama sampai bertindak sejauh ini, Irhan." ujar Irin namun hanya dalam hati, sebelum sesaat kemudian pamit dengan alasan sebentar lagi dokter akan kembali melakukan visit pada Opa.
*
Di waktu yang sama namun ditempat yang berbeda.
"Alhamdulillah, Kondisi istri dan calon anak bapak sehat." terang dokter setelah memeriksa kondisi kandungan Kafisha. Ya, hari ini jadwalnya Kafisha memeriksakan kandungannya ke dokter. rencana awal ia akan ditemani oleh Irin, tapi berhubung Irin sedang berada di luar negeri, maka mau tak mau Ardian lah yang mengantarkan istri keduanya itu untuk memeriksakan kandungannya ke dokter.
"Apa ada makanan atau kegiatan yang tidak boleh dilakukan oleh wanita hamil, dokter???." tanya Ardian memastikan agar Kafisha tidak sampai melakukan apa yang tidak boleh dilakukannya.
"Untuk makanan, sebaiknya hindari makanan siap saji dan juga seafood setengah matang terlebih yang tidak melalui proses pematangan sama sekali!. Dan untuk kegiatan, ibu hamil masih boleh berkegiatan seperti biasanya selagi tidak mmbahayakan kondisi bayinya, contohnya melakukan hubungan suami-istri di usia kandungan yang masih dini seperti ini. Jadi, sebaiknya suami bersabar dulu hingga usia kandungan istri dinyatakan aman untuk kembali melakukannya."
Ardian dan Kafisha kompak melempar pandangan satu sama lain setelah mendengar penjelasan dokter. Sebelum sesaat kemudian Kafisha lebih dulu memutus pandangan diantara keduanya. Ada rasa tidak nyaman dihatinya mendengar penjelasan terakhir dari dokter. pasalnya malam itu Ardian melakukannya hanya karena terpaksa akibat permohonan dari istri pertamanya, Irin. Jadi, rasanya sangat mustahil jika pria itu sampai melakukan hal yang maksud oleh dokter, begitu pikir Kafisha.
"Terima kasih penjelasannya, dokter." ujar Ardian setelah cukup lama terdiam.
Setelah semua sesi konsultasi usai mereka pun meninggalkan rumah sakit. Di sepanjang perjalanan kembali ke rumah Kafisha hanya diam saja begitu pula dengan Ardian, tak ada yang bersuara hingga mobil Ardian tiba dirumah. Setelah Kafisha turun dari mobilnya, Ardian kembali melajukan mobilnya, hendak kembali ke perusahaan.
"Ada apa, bi???." tanya Kafisha ketika berpapasan dengan bibi di ruang tengah. wajah wanita paruh baya tersebut terlihat panik dan juga cemas.
"Anu Non , itu....Non Citra_."
"Ada apa dengan Citra????." potong Kafisha tak sabar.
"Non Citra berantem disekolahnya. barusan gurunya telepon ke rumah." cemas bibi dengan menautkan jari jemarinya.
Mendengar itu Kafisha pun hendak menghubungi Ardian agar pria itu segera kembali lagi ke rumah, tapi sayangnya ia tidak memiliki nomor ponsel suaminya itu.
"Biar pak Ujang yang mengantarkan Non Fisha ke sekolahannya Non Citra." saran bibi seolah bisa membaca pikiran Kafisha.
Kafisha mengangguk setuju.
Sekalipun nantinya Citra tak suka dengan kedatangannya, Kafisha tak mau Ambil pusing karena yang terpenting baginya saat ini adalah memastikan Citra baik-baik saja setelah dikabarkan berkelahi dengan salah seorang teman sekolahnya.
Dua puluh menit kemudian mobil yang dikendarai pak Ujang tiba di sekolah Citra.
Kedatangan Kafisha di sambut ramah oleh guru bina konseling di sekolah Citra. sementara Citra bersama seorang siswi lainnya terlihat duduk berdampingan di sofa ruang guru. Kafisha memperkenalkan diri sebagai Tantenya Citra saat guru BK menanyakan hubungan diantara mereka. Citra diam saja, tak membenarkan ataupun menampik pengakuan Kafisha, gadis itu terlihat diam saja.
"Maaf telah mengganggu waktu anda, Nona." ujar guru BK kepada Kafisha yang kini sudah duduk di kursi depan mejanya. "Sebenarnya kami sangat mengharapkan kedatangan ayah atau ibu nak Citra sendiri, mengingat tindakan Citra nyaris berakibat fatal." terang guru bina konseling dan kemudian menuding ke arah siswi yang duduk di samping Citra dengan kening yang terbalut perban
Selanjutnya, guru BK pun menceritakan tentang penyebab serta kronologi perkelahian antara Citra dan teman sekolahnya yang bernama Ika tersebut.
"Bukannya kami ingin menyalahkan satu pihak yakni nak Citra karena nyatanya mereka sama-sama saling pukul. akan tetapi, akibat dari perkelahian mereka tadi nak Ika harus dilarikan ke PKM untuk mendapatkan perawatan akibat luka gores pada keningnya."
"Saya mengerti maksud ibu, tetapi untuk saat ini kedua orang tua Citra benar-benar tidak bisa hadir karena tengah berada diluar kota. untuk biaya perawatan nak Ika di PKM tadi, saya akan mengganti semua biayanya."
Deg
Citra terpaku mendengar Kafisha lebih memilih mengeluarkan sejumlah uang sebagai ganti rugi demi menyembunyikan kesalahannya dari kedua orang tuanya, padahal selama ini sikapnya selalu saja ketus bahkan sinis terhadap istri kedua ayahnya tersebut.
disini siapa yang licik ???
disini siapa gak tamak???
gak usah sok playing victim gtu donk...
nggak semua orang bisa kamu jadikan boneka,yang hidupnya bisa kamu mainkan
ingin mengendalikan Ardian,tapi dia menyakiti Kafisha...
krᥒ ⍴ᥱᥒ᥆k᥆һᥲᥒ ᥒᥲmᥲᥒᥡᥲ һᥲm⍴іr mіrі⍴
sᥱmᥲᥒgᥲ𝗍 ᥡᥲ kᥲk ✍️
Ternyata Irin tak sebaik yang di kira...
aneh
jadi susah bedainnya kk Thor 😆🙏
seharusnya Ardian pindah ke kamar Kafisha ...
Ini kamar Ardian dan Irin gak pantes rasanya mereka tidur diranjang ini, apalagi Irin masih hidup.masih istri Ardian juga...
Kafisha dilamar sm irin untuk jadi madunya, karna anak lakinya suka sama kafisha
Gitu gak yaaa ?
Semakin seruuu ceritanyaaa, semangat terus thor 💪🏼
malang bener nasib mu Fisha....
kenak kehamilan simpatik ini si Adrian😆😆😆😆