NovelToon NovelToon
Menjadi Pelindung Tujuh Bidadari

Menjadi Pelindung Tujuh Bidadari

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Dikelilingi wanita cantik / Harem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Penyeberangan Dunia Lain / Penyelamat
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: rcancer

Wira, pria pemalas yang sering membuat orang tuanya marah. Selain pemalas, Wira juga seorang pengangguran dan hobby menyaksikan film dewasa.

Suatu hari, Wira mengalami peristiwa yang membuatnya tiba-tiba berada di dunia lain dan terjebak dalam masalah tujuh wanita cantik yang menganggap mereka adalah bidadari.

Untuk memecahkan misteri keberadaannya di dunia itu, mau tidak mau Wira harus menjadi pelindung tujuh bidadari tersebut.

Berbagai masalah pun menghampiri Wira, termasuk masalah asmara terlarang antara manusia dan para bidadari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nakalnya Wira

Malam kini telah semakin larut. Namun entah kenapa, Wira masih betah duduk di halaman rumah walaupun keadaan di sana sangat sepi.

Bidadari yang tadi menemani, mungkin saat ini sudah nyenyak dalam tidurnya karena setelah ngobrol cukup lama dengan Wira, bidadari itu undur diri terlebih dahulu untuk bergabung dengan teman temannya.

Wira sendiri sebenarnya merasa aneh sejak beberapa waktu yang lalu. Entah kenapa malam ini sama sekali tidak terasa dingin. Padahal Wira hanya memakai kain yang diikat pakai sabuk dengan panjang selutut. Dada Wira pun tanpa kain dan nampak tegap.

Merasa sudah cukup lama Wira berada diluar, akhirnya pemuda itu memutuskan untuk masuk dan beristirahat. Wira melangkah pelan memasuki rumah berdinding kayu dan anyaman bambu. Langkah kakinya menuju salah satu kamar yang memang sengaja digunakan sebagai tempat istirahat Wira.

"Kenapa kamarnya tidak dikasih tirai?" gumam Wira saat melihat tiga pintu kamar sama sekali tidak ada kain yang menutupinya. Padahal kamar itu juga tidak berpintu, jadi kamar itu benar benar terbuka tanpa ada sesuatu diambang pintunya.

Awalnya, Wira hendak langsung menuju ke kamar yang akan dia gunakan. Namun, saat matanya melihat kamar lain yang dihuni para bidadari, rasa penasaran Wira tiba-tiba muncul. Pikiran nakalnya pun mendorong Wira memberanikan diri melangkah menuju salah satu kamar yang ada.

"Astaga!" pekik Wira lirih kala kepalanya melongok dari ambang pintu.

Para bidadari masih mengenakan pakaian yang sama seperti tadi. Seketika Wira merasakan kesusahan menelan salivanya. pemuda itu mendekat pelan menuju tepi ranjang kayu untuk memperhatikan tubuh para bidadari yang sangat menggoda jiwa lelakinya.

"Mereka pasti hanya memakai satu baju aja," gumam Wira sambil cengengesan. Tanpa banyak pertimbangan, tangan Wira bergerak, meraih baju bagian bawah yang dikenakan salah satu bidadari.

"Gila! Mantap banget," bisik Wira takjub begitu dia berhasil menyingkap pakaian bidadari. "Bulunya rapi banget dan sangat tembem, hihihi..."

Mata Wira terpaku pada pemandangan indah, yang dulu hanya bisa Wira saksikan saat menonton film dewasa.

Meski pencahayaannya tidak terlalu terang, tapi Wira bisa melihat dengan jelas, bagian tubuh wanita yang menjadi impian banyak pria.

"Punyaku langsung tegang dong," gumam Wira. "Aku main solo disini kayanya aman ya?"

Wira langsung berlutut, lalu tangan kanannya meraih benda menegang kebanggaannya dan langsung memainkannya.

#####

Keesokan paginya, di saat hendak pergi meninggalkan rumah di tengah hutan, Wira terus terbayang dengan apa yang dia lakukan. Wira bahkan berharap, bisa mendapatkan kesempatan untuk menikmati bidadari meski cuma satu bidadari saja.

"Apa semuanya sudah siap? Ada yang ketinggalan tidak? Tolong dicek lagi sebelum kita berangkat," ucap salah bidadari.

"Sudah siap semua. Kita kan tidak memiliki banyak barang. Cuma ada koin emas aja yang sudah kita bagi ke dalam tujuh kantung," ucap Dewi hijau.

"Ya sudah, kalau semuanya sudah siap, kita berangkat," ucap bidadari yang sama, lalu mereka keluar. "Kang, kita berangkat sekarang!"

Wira yang sedang duduk di halaman bersama singa lantas mengangguk. "Leo, kamu jalan dibelakang mereka ya? buat jaga jaga." Titah Wira, dan Leo mengaum sebagai tanda setuju.

Setelah semuanya merasa siap, akhirnya Wira dan tujuh bidadari berangkat untuk berpetualang mencari bulu angsa emas.

Mereka kembali menyusuri sungai. Namun kali ini mereka mengambil arah yang berbeda. Mereka mengikuti aliran sungai karena mereka yakin aliran sungai itu yang telah membawa bulu Angsa emas dan mereka juga yakin, mereka akan menemukan perkampungan.

Biar bagaimanapun mereka juga tahu, yang namanya manusia pasti tidak bisa jauh dari air. Maka itu, mereka menyusuri sungai untuk menemukan perkampungan.

"Airnya jernih banget, jadi pengin main air," celetuk dewi Nila.

"Iya, kelihatanya segar banget ya?" sahut Dewi kuning. "Kang, kita bisa berhenti sejenak tidak? Aku pengin mandi?"

Wira lantas menghentikan langkah kakinya lalu berbalik badan menatap ketujuh bidadari. "Emang kalian tadi belum mandi?" tanyanya. "Bukankah kalian bangun lebih pagi dari saya?"

"Ya belum, Kang. Kan tadi kami mencari bekal makanan dulu. Boleh ya? Kita mandi?" bujuk Dewi merah sembari tersenyum manis.

Yang lain juga ikut memberi senyuman manis dengan tatapan memohon, membuat jantung Wira semakin berdebar.

"Baiklah, jangan lama lama mandinya," mendengar Wira memberi ijin, ketujuh bidadari langsung bersorak kegirangan.

Mereka lantas segera saja melangkah lebih dekat ke tepi sungai dan mulai melepas sebagian kain yang membalut tubuh mereka.

Wira yang sedari tadi ikut tersenyum sembari memperhatikan tingkah para bidadari, langsung membelalakan matanya, menyaksikan para bidadari melepas kain di hadapannya.

"Sial, bisa bisanya mereka seenak hati buka baju di depan mataku? Apa mereka tidak sadar kalau aku laki laki?" gerutu Wira. "Mungkin mereka sangat senang melihat sungai, sampai mereka lupa ada aku di sini." Wira pun tersenyum.

Walaupun pandangannya ke arah lain, tapi tidak dipungkiri Wira sangat ingin melihat ketujuh bidadari yang langsung menceburkan diri ke dalam sungai.

"Kang! Kang Wira tidak mandi?" teriak salah satu bidadari.

"Tidak!" jawab Wira berteriak tanpa menoleh ke arah yang memanggilnya.

"Kalau mau mandi ya sini, Kang. Kita mandi bareng!" teriak bidadari yang sama.

"Tidak! Tidak perlu," dengan terpaksa Wira menolak permintaan tersebut.

"Sial, masa ngajakin mandi bareng? Mereka sudah gila apa gimana?" gumamnya. Karena bingung harus bagaimana, Wira lantas mendekati Singa yang memilih meringkuk di antara bebatuan sungai.

Di sana Wira ternyata bisa memperhatikan para bidadari yang sedang mandi. Dengan pura pura mengajak ngobrol Singa, mata Wira sesekali mengarah ke arah para bidadari yang nampak bahagia dengan bermain air sungai. Berkali kali Wira menggerutu dan mengumpat sambil memegang bagian bawah perutnya.

"Sial! Masa iya, aku harus main tangan lagi?" umpat Wira. "Kalau aku ajak mereka buat melakukan yang enak-enak, mereka mau nggak ya?"

####

Sementara itu, tidak jauh dari keberadaan mereka, di sisi aliran sungai yang lain, nampak dua pria sedang berbincang dan duduk santai menikmati suasana sekitar.

Sepertinya mereka memang sengaja duduk di tepi sungai untuk melepas lelah yang mendera tubuh mereka.

"Benar tidak sih, yang dikatakan ketua tadi?" tanya salah satu dari mereka kepada rekannya.

"Apa?" rekanya malah bertanya karena pertanyaan yang keluar dari pria bercelana kolor merah di sebelahnya, tidak begitu jelas.

"Itu, tentang darah perawan bidadari yang bisa membuat ketua bisa kebal senjata dan hidup abadi," jawa pria berkolor hitam.

Rekannya yang berkolor merah nampak menyeringai. "Bisa saja itu benar. Bukankah ketua kita pengabdi iblis? Sudah pasti, ketua tahu hal itu dari iblis pujaannya."

"Pantas, ketua begitu senang saat kamu menunjukan bulu angsa emas."

"Makanya, kita jangan sampai gagal menangkap bidadari itu. Nggak masalah kalau kita tidak bisa menikmati darah perawannya, yang penting kita bisa ikut menikmati tubuh bidadari."

"Benar juga!"

keduanya sontak terbahak begitu keras.

1
Okto Mulya D.
Wira, edan n sinting yaaa...menang banyak! bikin ngiri readers cowok lainnya aja.
Okto Mulya D.
Leo: tentu saja aku lapar Wira! bagaimana kau ini, tapi katanya jangan memangsa manusia?! aku jadi bingung 😕😕
Okto Mulya D.
Wira, mupeng setelah sampai rumah, isi kepalanya sudah penuh dengan belah duren runtuh.... berikutnya.
Okto Mulya D.
goal..Wira berhasil mencetaknya..
Aqlul /aqlan
hhhh modus...
Yuliana Purnomo
menang banyak niihh Wira
Yuliana Purnomo
Hajar gerombolan tengkorak iblis,, Leo,,lumayan untuk santapan mu
®agiel
hmmmmm baru satu bidadari ya Thor...
berarti masih ada enam bidadari lagi yang mesti di cairkan...hahahhaa...

dengan keahlian jemarimu itu Thor, bisalah di selipkan nama nama pembaca cowok sebagai tokohnya, pastinya kan kami pasti mengagumi karyamu ini Thor..

Moso yoo cuma tokoh Wira saja toohh...hihihiiiiii ngarep banget sih saya yaaaa...🤭🤭🤭
Hendra Yana
rejeki nomplok kang wira
Aqlul /aqlan
jooosss lanjut...
Aqlul /aqlan
kok cuma stu bab
..hemmm
Aqlul /aqlan
hari ini kok nggak up thorrr...ditunggu
®agiel
waaadduuuhhhh...Thooorr...
wes, tambah lagi kopinya Thor, gulanya dikiiiiitt aja...
🤭
Okto Mulya D.
Wira bisa aja ngerayunya.. menang banyak dehhh kamu.
Okto Mulya D.
Dewi ungu bisa aja nih
Was pray
wira terasa seperti mendapat bintang jatuh saat dewi ungu bilang boleh senjata warisan leluhur masuk sarang.. 😆😆😆
Okto Mulya D.
waduh Wira.. lagi usaha .
Okto Mulya D.
Raja Wiwaha kelihatan nya baik..saingan donk sama Wira..dan ternyata Wira itu bukan anak kandung emak² itu yaa .koq beda sama saudara nya.
Okto Mulya D.
Wira mulai berani yaaa... terus terang...
Okto Mulya D.
tengkorak iblis, kelihatan nya menyeramkan...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!