Masa remaja, masa yang penuh akan rasa penasaran, rasa ingin mencoba dan juga rasa yang sulit dimengerti bernama Cinta.
Ini adalah kisah Cinta enam orang remaja SMA, dengan segala problematika mereka yang beragam rasanya.
Pahit, asam dan manis seperti rasa Jeruk, Blueberry dan juga Cherry.
Yuk ikuti keseruan cerita mereka di sini. 🐢
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Writle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bermain Peran
#Minggu pagi yang sama tapi dari sudut pandang Ara.
*Ting!
*Ting!
*Ting!
Bukannya terbangun oleh suara alarm, pada pukul 5 pagi di hari minggu ini Ara malah dibangunkan suara notifikasi chat dari group bernama (Nggak drama nggak hidup) itu
✉Ari
{Good morning Yeorobun!}
{Jangan lupa hari ini kerkom jam 9 di Istana yang mulia}
{Bangunlah anak muda, nanti rezekimu dipatok penguin}
✉Yuri-Chan
{Ohayou!}
{Ayam kali, kenapa penguin}
✉Ari
{Suka-suka gue lah}
✉Yuri-Chan
{Iya suka anata deh}
✉Ari
{Hah?}
✉Yuri-Chan
{*Sesuka maksudnya, typo itu.}
Ari
{Idih kalau suka mah bilang aja kali}
✉Yuri-Chan
{Ieuwh}
✉Syamsyi
{Kalau mau pacaran jangan di room chat please, berisik!}
Ara tersenyum melihat pesan dari teman-temannya itu, ia sampai lupa kalau semalam terjadi sesuatu yang aneh dengan keluarga kecilnya.
Setelah mandi, memakai skincare, dan mengikat rambutnya Ara turun ke lantai bawah. Dan ternyata syukurlah kedua orang tuanya sedang duduk berhadapan di meja makan
“Ohayou otou-sama.” seperti biasa Ara mencium pipi sang Ayah dan Ibu yang duduk di sana
Sang Ayah hanya mengangguk saja tak seantusias biasanya.
“Ohayou mama.”
“Selamat pagi, sayang.” Ucap sang Ibu juga lebih lemas dari biasanya.
“Ada apa?” Tanya Ara, mencari tahu apa yang terjadi dengan kedua orang tuanya kemarin malam. (episode 11)
“Tidak ada apa-apa.” Jawab sang Ibu cepat dengan seulas senyum di bibirnya
Ara ragu ibunya mengatakan yang sebenarnya, tetapi Ara juga tidak mungkin memaksa mereka bercerita. Ara memutuskan untuk tidak membahas kejadian kemarin malam tersebut.
“Aku mau izin pergi keluar hari ini.” Ujar Ara memecah keheningan yang tak biasa di meja makan yang biasanya penuh obrolan ringan tentang keseharian.
“Mau kemana?” Tanya Hana menanggapi ucapan putrinya
“Aku ada kerja kelompok sama teman.”
“Mau diantar?” Tanya sang Ayah yang sejak tadi diam
“Tidak usah Ayah, terima kasih.” Tolak Ara sopan.
Setelah selesai sarapan yang canggung kurang menyenangkan, Ara kembali ke kamar, mengambil tas juga perlengkapan lain yang akan ia bawa ke rumah Irsyam.
“Ittekimasu” (Aku berangkat) teriak Ara setelah selesai memakai sepatu, namun tak ada jawaban “Itterasshai” (Selamat jalan) dari kedua orang tuanya sebagaimana biasanya, Ara tahu ada yang salah dengan Ayah dan Mamanya, namun Ara bisa apa jika tidak ada yang mau cerita, ia cuma bisa berharap yang terbaik untuk keluarga kecilnya.
...🍒🍒🍒...
Ara pergi ke rumah Irsyam menggunakan ojek online, karena akan sulit jika menggunakan bus.
Tepat pukul sembilan pagi Ara sampai di depan sebuah rumah mewah, lokasi yang sesuai dengan alamat yang ia terima dari pesan yang dikirim Irsyam di group chat tadi. Belum sempat Ara masuk ke rumah itu, ia dihampiri seorang security
“Anda siapa?” tanya satpam itu
“Saya teman Syamsyi.” Jawab Ara.
“Tidak ada yang bernama syamsyi di rumah ini.”
Ara lupa kalau syamsyi hanyalah nama panggilan dari Ara, ia hendak menjelaskan siapa yang dimaksudnya
“Dia teman saya pak.”
Namun suaranya terpotong oleh si pemilik rumah
“Ah teman tuan Irsyam, maaf saya tidak tahu tuan.”
“Hmm.”
Irsyam segera menarik pergelangan tangan Ara untuk masuk ke rumahnya
“Ayo” katanya sambil agak menyeret Ara
“Maaf nona.” Kata satpam itu sebelum Ara menjauh pergi
“Tidak apa-apa pak.” Jawab Ara menyempatkan menjawab.
Sekarang Ara mengerti kenapa Ari selalu menyebut rumah Irsyam istana, karena rumahnya memang sebesar itu, terlihat seperti bangunan dengan gaya eropa yang megah, berbeda dengan perumahan bertipe 36 yang ditempati keluarga Ara.
“Sakit!” Berontak Ara karena terus-terusan diseret si pemilik rumah
“Ah sorry lupa.” Kata Irsyam Lalu berjalan mendahului Ara, ia menuju ke bagian belakang yang terpisah dari rumah utama.
Ara mengikuti langkah Irsyam yang membawanya ke sebuah gazebo berupa rumah kaca kecil yang berada tepat di pinggir kolam renang.
“Yuki-chan.” Sahut Yuri yang memang sudah ada di sana.
“Maaf ya aku agak nyasar tadi.” Kata Ara.
“Daijoubu, watashi juga baru datang.” Jawab Yuri sambil tersenyum
“Yo Ra!” Sapa Ari yang juga sudah berada di sana
Ara tersenyum saja membalas sapaan Ari.
Mereka berempat pun mulai berembuk mendiskusikan tugas kelompok yang diberikan oleh guru seni budaya itu
“Jadi mau monolog atau drama?” Ari memulai diskusi
“Drama nggak sih, soalnya kalau monolog kan seorang-seorang, susah nyambungin ceritanya.” Ara menanggapi
“Bener tuh.” Kata Yuri
“Okay Drama.” Ini Irsyam yang berbicara
“Kalau gitu mau ngambil drama apa? Mau bikin naskah sendiri atau cerita yang udah ada?” kata Ari lagi
“Ribet nggak sih kalau harus bikin naskah lagi, aku nggak bisa bikin plot cerita.” Jawab Ara
Tiga orang sisanya tampak berpikir membenarkan perkataan Ara, tidak ada yang pandai membuat plot cerita diantara mereka semua.
“Romeo dan Juliet aja.” Kata Yuri tiba-tiba
“Yang satu jadi romeo, satunya lagi juliet terus dua orang lagi jadi orang tuanya masing-masing.” Jelas Yuri lagi menggebu-gebu.
“Boleh tuh” kata Ari
“Okay sekarang tentuin pemerannya.” Tambah Ari
“Watashi jadi mamanya Juliet.” Serobot Yuri semangat
“Yaudah gue jadi Ayahnya Romeo.” Jawab Ari kemudian
“Berarti Aku yang jadi Juliet?” tanya Ara memastikan
“Hu’um” Balas Yuri mengangguk antusias
“Terus gue jadi romeonya ?” Irsyam menunjuk dirinya sendiri, dibalas anggukan oleh Ari dan Yuri
“Okay fiks.” Putus Ari sepihak.
“Naskahnya biar watashi cari di internet.” Usul Yuri
“Kostumnya nanti biar Ambu yang urus.” Ini Ari yang juga memberi solusi
Irsyam dan Ara cuma bisa menerima saja karena kelihatannya kedua temannya sudah bulat dengan keputusan mereka
Yuri telah mendapat naskah yang sempurna untuk diperankan oleh 4 orang, ia mengirim soft file naskah itu ke group chatt, lalu mereka berempat mulai membaca dan menghafal dialog. Namun saat Ara hampir selesai membaca, di penghujung cerita ia menemukan sesuatu yang mengejutkannya
“Ada adegan ciuman.” Itu suara Irsyam yang mengutarakan part mengejutkan
“Iya.” Jawab Yuri dengan tanpa dosa
“Yuri chan, itu ada adegan ciu .. man.” Kata Ara ujung suaranya memelan
“Emang kenapa kalau ada adegan ciuman?” Kata Yuri lagi dengan tanpa beban
“Ya kan bisa bohongan, bisa dibikin angle seolah-olah ciuman padahal aslinya nggak kena.” Kata Ari menengahi
“Nah itu dia.” Timpal Yuri.
Bicara soal ciuman, mau tidak mau Ara mengingat si pencuri ciuman pertamanya lagi, ia memang sudah menyerah, dan percaya bahwa Irsyam memang bukan orang yang sama dengan yang mencuri ciuman pertamanya, tapi tetap saja hati kecilnya berkata kalau Irsyamlah orangnya. Tanpa sadar Ara menatap Irsyam dengan dalam-dalam.
“Lihat apa, ganteng ya?” Tanya Irsyam yang sadar tengah diperhatikan
“Nggak.” Balas Ara mengalihkan pandangannya
“Mau ciuman beneran juga nggak masalah sih.” Kata Irsyam lagi
“Nggak mau!” Tolak Ara cepat dengan wajah semerah tomat cherry
Yuri tersenyum geli melihat interaksi kedua temannya, sedangkan Ari hanya berpura-pura fokus membaca naskah menghafal dialognya.
...♡🍊🫐🍒♡...