NovelToon NovelToon
Getot Darjo

Getot Darjo

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Dikelilingi wanita cantik / Epik Petualangan / Dendam Kesumat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:14.6k
Nilai: 5
Nama Author: ihsan halomoan

Dalam menimba ilmu kanuragan Getot darjo memang sangat lamban. Ini dikarenakan ia mempunyai struktur tulang yang amburadul. hingga tak ada satupun ahli silat yang mau menjadi gurunya.

Belum lagi sifatnya yang suka bikin rusuh. maka hampir semua pesilat aliran putih menjauh dikala ia ingin menimba ilmu kanuragan.

Padahal ia adalah seorang anak pendekar yang harum namanya. tapi sepertinya pepatah yang berlaku baginya adalah buah jatuh sangat jauh dari pohonnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ihsan halomoan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Panca Indra

Getot pun ambruk bersamaan dengan tanah yang longsor, tubuhnya tertimbun material gua.

Brukh!

"Arghh..." rintihnya tertahan.

Di atas, Udhet menarik tali, dan seketika jaring besar meluncur dari langit-langit gua, menutupi area tanah yang baru saja runtuh.

Dengan susah payah, Getot menggeliat keluar dari timbunan tanah. Ia mendongak, mendapati jaring kokoh telah terbentang di atasnya.

"Siksaan macam apa lagi yang akan kamu berikan padaku, huh, ulet badak?!" serunya geram.

"Tega sekali kamu melakukan ini padaku! Bagaimana kalau aku mati terkubur tadi, hah?!"

"Grokk... grokk..." suara dari atas menyahut.

"Nasibku memang malang... Kamu memang biang laknat! Tapi dengarkan ini baik-baik, Udhet! Aku tidak akan gentar dengan semua ini!" tantangnya lantang.

"Keluarkan semua siksaanmu! Aku akan menghadapinya! Ayo! Mana? Hanya ini kemampuanmu? Cih... tidak ada artinya bagiku!"

"Grokk... grokk... grokk..." suara tawa mengejek kembali terdengar.

"Jangan tertawa! Aku muak melihatmu terus meledekku! Akan kubuktikan padamu, aku tidak bisa diremehkan! Ayo, mana siksaanmu selanjutnya?!"

Namun, tantangan Getot segera terjawab. Tiba-tiba, ia mendengar desisan ramai yang membuatnya merinding. Matanya bergerak cepat, mengamati sekeliling tembok tanah. Ternyata, di sana terdapat banyak lubang-lubang kecil.

Dari sanalah suara desisan itu berasal, semakin lama semakin keras, membuat bulu kuduk Getot berdiri. Ia yakin, itu adalah suara ular.

Dan benar saja, ratusan ular mulai bermunculan dari lubang-lubang di dinding tanah.

"Huaaaaa... gilaaa...!!!" pekik Getot histeris.

Baru melihatnya saja, nyalinya menciut. Wajahnya pucat pasi, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Ia mundur perlahan, menyaksikan ratusan ular merayap mendekatinya.

"Grokk... grokk... grokk..." suara dari atas kembali terdengar.

"Bangsat kamu, Udhet...!! Latihan macam apa ini? Apa hubungannya dengan pembangkitan panca indra, hah? Kamu tolol atau bodoh?!" semburnya marah bercampur takut.

Namun, ular-ular itu semakin mendekat, dan Getot mulai meratap.

"Hei, Udhet, kumohon keluarkan aku dari sini... Aku takut sama ular! Satu saja takut, apalagi sebanyak ini! Tolong, Udhet... aku tidak ingin menghadapi mereka. Latihan yang lain saja! Apa kek... terjun dari jurang kek... ditusuk-tusuk pedang kek... dikerubungi cewek cantik kek!" pintanya memelas.

"Grokk... grokk..."

"Maksudku, asal jangan latihan sama ular! Mereka semakin dekat! Udhet, tolong aku!"

"Grokk... grokk..."

"Apa? Ular-ular itu tidak berbisa?"

"Grokk... grokk..."

"Tapi kamu tidak menjamin?! Bangsat kamu! Buat apa kamu memberitahuku segala...!!!"

Dan memang benar perkataan Udhet. Sebagian ular-ular itu memiliki bisa skala sedang. Tidak mematikan, namun jika banyak yang menggigit, jelas maut akibatnya.

Terpojok, Getot terpaksa menggunakan ilmu meringankan tubuhnya untuk melompat dan bergelantungan di jaring dengan kedua tangannya.

"Hupp... hiyaaa!"

Wusss...

Getot meluncur ke atas dan berhasil meraih jaring.

"Hahaha... kamu lihat, Udhet?! Aku bisa menghindari mereka!" serunya lega bercampur kemenangan sesaat.

"Grokk... grokk..."

"Sampai kapan katamu?? Ahahaha... Iya juga sih. Mau sampai kapan aku bergantung seperti ini?" gumamnya menyadari keadaannya.

"Udhet, buka jaring ini, kumohon! Mereka merambat naik!" pintanya panik melihat ular-ular mulai memanjat jaring.

"Grokk... grokk..."

"Hah? Aku harus menyatu dengan mereka?? Latihan gila! Latihan ndableg! Aku tidak mau...!!" tolak Getot mentah-mentah.

Lalu, Getot melihat semakin banyak ular yang mendekatinya dengan merayap di jaring. Tak kehilangan akal, ia menggoyang jaring itu dengan menghentaknya sekuat tenaga. Beberapa ular terjatuh dan menggelepar di tanah.

Namun, tak lama kemudian, mereka kembali merayap naik.

"Percuma..." desah Getot putus asa.

Ratusan ular ganas itu sudah berada tepat di depan mata Getot. Tanpa ampun, mereka menyerbu tubuh Getot yang tergantung tak berdaya. Dengan sisa tenaga, Getot berusaha keras menghalau serangan bertubi-tubi itu.

Jaring ia goyang sekuatnya, ular-ular yang menyerang ia tendang dengan panik, bahkan satu tangannya ia gunakan untuk menangkap ular yang berusaha mematuk wajahnya. Namun, semua usahanya sia-sia. Beberapa ular berhasil mematuk dan melilit tubuhnya, hingga tubuh Getot penuh dengan lilitan dan patukan.

Getot menoleh ke bawah, dan pemandangan mengerikan menyambutnya. Beberapa ular sanca berukuran besar tampak menunggu di bawah. Ia berpikir lebih baik bertahan meski menahan sakit luar biasa akibat gigitan puluhan ular di sekujur tubuhnya.

Hidungnya terasa perih dipatuk, begitu juga telinga dan mulutnya. Bahkan, tanpa ampun, putingnya pun tak luput dari serangan. Getot mati-matian bertahan, enggan jatuh ke bawah dan menjadi santapan ular-ular sanca yang lebih besar.

Namun, ketika ular-ular itu mulai menyerang bagian paling sensitifnya, Getot tak bisa lagi menahan diri. Ia menggeliat hebat sambil tetap berpegangan pada jaring, menahan sakit yang tak tertahankan. Tenaganya terkuras habis, dan akhirnya, Getot lemas dan terjatuh ke tanah.

Gabrug!

"Heghhh..." erangnya kesakitan sebelum akhirnya pingsan. Udhet hanya menyaksikan kejadian itu tanpa bergeming. Setelah Getot terkapar tak sadarkan diri dan dikerubungi ratusan ular, Udhet berbalik dan pergi meninggalkannya.

Dua hari berlalu...

Getot masih terbaring pingsan tanpa menunjukkan tanda-tanda bangun. Hal ini mulai membuat Udhet khawatir. Ia menjulurkan lidahnya yang panjang untuk memeriksa detak jantung Getot. Anehnya, begitu lidah Udhet menjulur, ular-ular yang mengerubungi tubuh Getot langsung menyingkir.

Terlihat jelas kini tubuh Getot penuh luka bekas gigitan ular. Wajahnya bengkak-bengkak dan bibirnya dower, membuatnya hampir tak dikenali. Udhet mendapati detak jantung Getot masih normal. Lalu, dengan lendir hijaunya, ia membalurkan ke seluruh tubuh Getot, berharap luka-lukanya cepat sembuh.

Siang harinya, Getot akhirnya sadar.

"Aghh... tubuhku... sakit semua," rintihnya lirih.

Ajaibnya, luka-luka di tubuhnya telah sembuh total. Hanya badannya saja yang terasa remuk. Getot bangun dan duduk bersila. Ia mengedarkan pandangannya, dan ternyata ratusan ular masih berada di sekitarnya.

Wajah Getot kembali pucat pasi. Ia bingung harus bergerak ke mana, merasa terjebak di tengah lautan ular. Tenggorokannya tercekat, tak berani mengeluarkan suara sedikit pun. Namun, ular-ular itu kini tidak menyerangnya lagi. Bahkan, beberapa ular hanya merayap di tubuhnya tanpa menggigit.

"Aneh... mengapa mereka tidak menyerangku lagi seperti kemarin? Apakah mereka sudah jinak...?" gumamnya heran.

Saat ia sedang berpikir, tiba-tiba ia mendengar suara dengkuran ratusan kelelawar, suara mencicit tikus, bahkan suara auman harimau yang terdengar sangat dekat.

"Ramai sekali tempat ini! Padahal ini di dalam gua, dan hanya ada ular di sekitarku. Tapi mengapa aku merasa berada di tengah hutan?" Getot hanya bisa menggaruk kepalanya keheranan.

Beberapa saat kemudian, ia kembali terkejut karena mendengar suara-suara aneh yang menyeramkan.

"Suara apa itu...!!" serunya ketakutan.

"Grokk... grokk..."

Ternyata Udhet telah datang.

"Apa katamu, Udhet? Suara itu berasal dari alam gaib??" tanyanya dengan wajah pucat.

"Grokkk..." jawab Udhet singkat.

"Aihh... apa yang terjadi denganku...?" Getot kembali pucat setengah mati karena di sekitarnya mulai bermunculan makhluk-makhluk aneh yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Ada seorang wanita dengan tubuh bersisik dan berbadan ular. Ada lagi makhluk tinggi besar berkepala tanduk dengan wajah yang sangat menyeramkan. Lalu, banyak lagi makhluk lain yang hilir mudik dan beberapa di antaranya menatap langsung ke arahnya.

1
asta guna
sekedae saran. klo mau menyisipkan sejarah mungkin asisi chanel bisa jd rujukan.
agak ganjil disaat keturunan demak bertamu di mataram. krn setelah demak runtuh masih ada pajang Arya Penangsang kemudian Jipang joko tingkir.
IHS🇲🇨🇲🇨: sultan agung kan mataram islam kang?
asta guna: apalagi maksud author mataram kuno . jelas beda jaman. mataram kuno selesai abad 12 ditandai Majapahit berdiri. dan mataram islam muncul setelah pajang runtuh
total 2 replies
asta guna
getot bukan pahlawan dan membunuh penjahat itu harus.. jangan jd pecundang yg akan mendapatkan masalah dihari kemudian dr org yg sama.
Andi Suliono
tambah Thor up nya
asta guna
Marta guna gak guna hahaah
asta guna
getot kan belum belajar ilmu pedang ya
IHS🇲🇨🇲🇨: belum bang. dia hanya menggunakan kecepatan dan adaptasi jurus tapal bantam
total 1 replies
asta guna
hahaha saya suka saya suka
asta guna
saatnya pasukan tengkorak menebar teror. biar para penjahat itu tau rasanya terjebak di sarang sendiri..
asta guna
saatnya panen nyawa plus harta
asta guna
ini menarik. disaat musuh menganggap getot akan memukul, dan siap menagkis eh ternyata malah menyedot. 2ilmu yg di mix akan membuat musuh kelimpungan
asta guna
pertunjukan seni membunuh
asta guna
sebat dulu
asta guna
klo, menyelamatkan seseorang yg teraniaya. wajib hukumnya.. pecahkan biji kembarnya, biar kapok
asta guna
setuju. jangan jd pahlawan gak penting
asta guna
nah gitu., tanpa ampun
asta guna
kerahkan pasukan tengkorak mu tpt, cabut nyawa anak buah musuhmu dan itu akan memecah konsentrasi sekaligus emosinya terpancing. dg amarah musuh akan menyerang dg membabi buta. dan saat itu kamu bisa bermain seni membunuh. hahaha
asta guna
patahkan batang leher para begundal
asta guna
awas jangan jadikan tokoh beban jd pasangan MC
asta guna
bukna pak kades tp ki Demang. kan ini setingan zaman dahulu
asta guna
benar... itulah sifat dasar manusia. hanya keuntungan yg merubah sikat seseorang. asu og.
asta guna
mengampuni musuh hanya akan menimbulkan masalah dikemudian hari. catat itu jo darjo. jangan jd pendekar naif yg berujung kerepotan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!