Sebuah Kejadian yang kurang mengenakkan dialami oleh Zahra setelah kepindahannya dari pulau Jawa ke Kalimantan bersama Keluarganya. Dimana Karena kejadian itu Zahra mengalami Trauma yang begitu hebat hingga ia tidak berani untuk keluar dari Rumah kontrakannya.
Sampai di suatu hari, mau tidak mau ia harus keluar rumah untuk mengantarkan kue pesanan pelanggannya hingga diperjalanan ia tidak sengaja ditabrak mobil dari belakang karena kesalahannya sendiri.
Marah? Tentu saja marah, Pria Pemilik mobil itu tentu saja ingin memarahi Zahra karena kecerobohan Zahra dalam berkendara sepeda motor, tetapi ia urungkan karena melihat Mata Zahra yang begitu sembab dan merah.
Siapakah pria itu? Akankah ia luluh dengan air mata Zahra? dan apakah ini akan menjadi awal dari kisah kebahagiaan Zahra yang selama hidupnya belum pernah mendapatkannya? atau justru malah sebaliknya?
Ikuti terus Kisah perjalanan Hidup Zahra Di dalam Cerita Ini!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenRose23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
\\ Eps 19 //
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Betapa terpukulnya Bu Ratih dan pak Burhan setelah mendengar penjelasan dari dokter yang menangani Zahra bahwa gadis itu memiliki trauma yang begitu hebat bahkan ia tidak mau bertemu dengan ayahnya sendiri
Dokter menyarankan untuk membawa Zahra kepada ahli psikologi untuk menyembuhkan gadis itu tetapi zahra tidak mau bertemu dengan siapapun kecuali ibunya sendiri
Dan disinilah Mereka sekarang berada, di rumah kontrakan mereka dengan Zahra yang mengurung dirinya sendiri di dalam kamar karena ketakutan bahkan dengan pak Burhan sendiri
Zahra menjambak rambutnya sendiri dan bersembunyi di samping lemari kamarnya, ia benar-benar frustasi hingga kehilangan akalnya
"Aku udah nggak suci lagi....hiks...udah nggak ada gunanya aku hidup..... Allah pasti marah denganku......aku udah nggak suci lagi....udah nggak ada gunanya aku hidup......aku udah nggak suci lagi" Zahra terus mengatakannya dan semakin kuat menjambak rambutnya
Dari luar pintu Bu Ratih terus mencoba untuk membujuk gadis itu supaya bisa keluar dari kamarnya karena dari kemarin Zahra belum mengisi perutnya sama sekali
tok...tok...tok... "Zahra keluar yuk sayang, kita makan dulu yuk. Ibu udah masakin makanan kesukaan kamu nak....Zahra..." Tidak ada sahutan sama sekali dari dalam membuat Bu Ratih menghela nafasnya, Ia meneteskan air matanya melihat anaknya seperti ini
"Zahra ini ayah nak, kita makan dulu yuk" ucap pak Burhan dengan mencoba mengetuk pintu kamar anaknya, Tak lama kemudian ada suara keras yang membanting pintu kamar itu
Mendengar suara laki-laki, Zahra mengambil bingkai fotonya dan melemparkannya ke pintu kamarnya "PERGI!!!!....hiks" teriak Zahra ketakutan
Bu Ratih terduduk lemas di sofa, Hatinya sangat terpukul melihat anaknya yang seperti ini. Ia tidak pernah membayangkan bahwa kejadian seperti ini akan terjadi di hidup mereka
Zahra, Gadis mungil itu memang sangat menjaga tubuhnya dari dulu. Dia adalah gadis yang baik, Bu Ratih sangat mengerti bagaimana kondisi anaknya Sekarang, gadis itu pasti sangat trauma dengan kejadian yang menimpanya dimana para preman itu menjarah tubuh anaknya tanpa rasa belas dan kasih
Bu Ratih sangat marah, kalau mungkin bisa ia bertemu dengan para preman itu pasti ia akan menamparnya satu persatu begitupun dengan pak Burhan yang bahkan sampai sekarang ia masih menyimpan kemarahannya di dalam lubuk hatinya yang paling dalam karena anak semata wayangnya yang ia lindungi selama ini bahkan dengan nyawanya harus mengalami kejadian yang tragis seperti ini karena preman-preman itu
"Ayah?? Tolong belikan buku gambar" ucap Bu Ratih setelah berpikir sejenak
Pak Burhan mengerti maksud istrinya itu dan dengan cepat pergi untuk membeli Buku gambar dan peralatan menggambar lainnya
Setelah kembali Bu Ratih langsung melemparkan peralatan menggambar itu dari sela bawah pintu kamar Zahra
"Zahra, Itu ada buku gambar kesukaan kamu nak. Setelah menggambar keluar ya sayang" ucap Bu Ratih dengan tersenyum kecut karena tidak mendapat jawaban dari putrinya itu
Dari dalam kamar nya Zahra melihat buku gambar yang dilemparkan oleh ibunya itu, ia menatap tajam kearah buku gambar itu dengan air matanya yang terus mengalir
Dengan perlahan ia berdiri dan mendekati buku gambar itu, ia mengambilnya dan menatapnya dalam "Apa gunanya??" tanya Zahra dengan senyuman menyeringai
Ia menatap ke arah luar jendela kamarnya, disana terdapat tali jemuran baju yang terpasang didekat jendelanya
Zahra mendekat dan membuka jendelanya, Angin yang mulai masuk lewat jendelanya membuat rambutnya sedikit berterbangan
Zahra menghembuskan nafasnya dan mulai melepas ikatan tali jemuran itu, Setelah terlepas ia memasukkannya ke dalam kamarnya. Zahra membentuk simbol O pada ujung tali itu dan menyamakannya dengan ukuran kepalanya
Bu Ratih dan pak Burhan duduk terdiam di sofa, yang tak lama kemudian Reva datang bersama kedua orang tuanya
"Bu gimana keadaan Zahra??" tanya Reva yang sangat khawatir terhadap sahabatnya itu
"Dia tetap tidak mau keluar dari kamarnya nak, ibu takut dari kemarin dia belum makan sama sekali" jawab Bu Ratih dengan menundukkan kepalanya
Bu Farah mendekati Bu Ratih dan mengelus pundak yang rapuh itu
"Mas, Maafkan saya...." ucap pak Fendi dengan menggantungkan kalimatnya
"Maaf kenapa??" tanya pak Burhan penasaran
"Polisi memutuskan untuk menutup kasus ini karena tidak adanya bukti" jawab pak Fendi dengan menundukkan kepalanya
"Bukankah ada saksi?? Orang pencari rumput itu???!" tanya pak Burhan yang mulai marah
"Dia mengaku ke polisi bahwa tidak melihat apa-apa, Sepertinya sudah ada yang membayarnya. Saya sudah ancam dia tetapi dia tetap tidak mengatakan apapun"
"DIMANA DIA SEKARANG???!!" Tanya pak Burhan yang mulai marah, Bagaimana bisa preman-preman itu dibiarkan lolos begitu saja oleh polisi?
"Ayah?? Jangan kencang-kencang nanti Zahra dengar" ucap Bu Ratih menenangkan suaminya itu
"Bu?? Gimana bisa polisi menutup kasus ini? Sedangkan anak kita seperti itu sekarang?? Bahkan dia Sama sekali tidak mau bertemu dengan ayah???" ucap pak Burhan kepada istrinya itu
Dari dalam kamarnya Zahra mendengar semua percakapan di luar pintu kamarnya itu, Air matanya kembali lolos. Dengan perlahan matanya terpejam dan mengikatkan tali itu ke lehernya
Ia berdiri diatas kursi dengan kepalanya yang menggantung diatas tali dan dengan gerakan cepat di menjatuhkan kursi yang ia pijaki dengan kakinya
Diluar ruangan itu pak Burhan masih tidak habis pikir bagaimana bisa ada orang Setega itu memberikan kesaksian palsu kepada polisi hanya demi uang tanpa memikirkan kemanusiaan sama sekali
"Apa nggak ada CCTV didaerah itu??" tanya pak Burhan sekali lagi
"Sebenarnya ada CCTV jalan mas, tapi nggak tahu kenapa saat polisi memeriksa sama sekali tidak ada CCTV disana" jawab pak Fendi
"Pasti sudah dilepas sama preman-preman itu" ucap Bu Farah yang mungkin saja benar
"Ya Allah kenapa mereka tega sekali dengan anakku" ucap Bu Ratih dengan menangis tersedu-sedu
"Ayah harus cari mereka sendiri!!" marah pak Burhan dan mulai melangkah ke pintu keluar
BRAAKKK......
Mereka semua terkejut mendengar suara itu, begitupun dengan pak Burhan yang menghentikan langkahnya di ambang pintu keluar. Suara itu..........berasal dari kamar Zahra
"Zahra????" Ucap Bu Ratih terkejut
Mereka berlari ke kamar Zahra dan mulai mengetuk pintu kamar itu
Tok....tok....tok
"Zahra?? Kamu baik-baik aja kan nak??? Zahra???" ucap Bu Ratih yang mulai panik
"Zahra???" pak Burhan juga ikut mengetuk kamar itu tetapi tidak ada sahutan sama sekali
Biasanya kalau pak Burhan mengetuk pintu kamar gadis itu, Zahra selalu membanting barang ke arah pintu tetapi kali ini pak Burhan sama sekali tidak mendapatkan jawaban
"Kita dobrak pintunya??" ucap pak Burhan kalap karena takut terjadi sesuatu dengan putri satu-satunya itu
Pak Burhan dan pak Fendi bersiap diposisi mereka masing-masing dan mulai mendobrak pintu kamar itu, tak lama pintu terbuka dengan pak Burhan yang terdorong masuk ke dalam
Braakk
"ZAHRAA???!!!!!.........
...----------------...