Ketika cinta bertabrakan dengan ambisi, dan kelembutan mengikis kekejaman…
Min Yoongi, seorang CEO muda tampan yang dikenal dingin dan kejam, menjalankan bisnis warisan orang tuanya dengan tangan besi. Tak ada ruang untuk belas kasih di kantornya—semua tunduk, semua takut. Sampai datang seorang gadis bernama Lee YN, pelamar baru dengan paras luar biasa bak boneka buatan, namun dengan hati yang tulus dan kecerdasan luar biasa.
YN yang polos, sopan, dan penuh semangat, menyimpan luka mendalam sebagai yatim piatu. Tapi hidupnya berubah saat ia diterima bekerja di bawah kepemimpinan Yoongi. Ketertarikan sang CEO tumbuh menjadi obsesi, membawa mereka ke dalam hubungan yang penuh gairah, rahasia, dan ketegangan.
Namun, cinta mereka tidak berjalan mudah. Yoongi masih terikat dengan Jennie, kekasih cantik nan angkuh yang tidak terima posisinya tergantikan. Sementara itu, Jimin—sahabat Yoongi yang terkenal playboy—juga mulai tertarik pada YN dan bertekad merebut hatinya.
Dibayangi fitnah, d
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angle love, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26–Retak dalam Bahagia
setelah pertemuan mereka yn memberi kesempatan Yoongi untuk bisa memperbaiki kesalahannya dan kembali kerumah min Yoongi
***
Udara pagi di rumah megah milik CEO Min Yoongi terasa hangat. Sinar matahari menelusup masuk lewat jendela kaca besar kamar tidur mereka. Di dalam kamar itu, YN tengah berdiri di depan kaca, mengelus perutnya yang masih rata, namun menyimpan satu rahasia terindah yang pernah ia miliki dalam hidupnya.
Kehamilan.
Satu kata itu menjadi sumber kebahagiaannya, juga sekaligus sumber ketakutan. Ia tahu, Yoongi pasti akan bahagia... tapi entah kenapa, ada keraguan yang terus menghantui hatinya. Ia ingin memberitahukan kabar ini, tapi hatinya masih trauma. Terutama setelah kejadian dengan Seojin beberapa waktu lalu. Luka di hati YN belum benar-benar sembuh.
Yoongi mulai berubah sejak kejadian itu. Ia menjadi jauh lebih perhatian, jauh lebih lembut, dan seolah ingin memperbaiki semuanya. Tapi tetap saja, luka tidak bisa sembuh secepat itu. YN mencintai Yoongi, itu tak perlu dipertanyakan. Namun, hatinya masih menunggu waktu yang tepat.
Pagi itu, saat YN ingin bersuara tentang kehamilannya, suara ponsel Yoongi berdering. Ia melihat nama di layar: Seojin.
Wajah YN seketika menegang.
Yoongi tidak tampak terkejut. Ia menjawab dengan suara pelan, hanya mengatakan, “Aku akan ke sana.”
“Oppa… itu dari siapa?” tanya YN, mencoba tenang meski perasaannya tak karuan.
Yoongi menoleh, tersenyum samar. “Seojin. Katanya darurat. Aku akan pergi sebentar.”
Tanpa menunggu respons YN, Yoongi mengenakan jas dan pergi. YN hanya bisa berdiri mematung, hatinya diliputi firasat buruk.
---
Di sebuah apartemen mewah, Seojin duduk dengan senyum licik di sofa. Ketika Yoongi datang, ia segera menggenggam tangan pria itu dan menyerahkan sebuah amplop.
“Aku tidak bohong, Yoongi. Ini… hasil tes DNA dan akta lahir anakku.” Ia menyerahkan foto seorang bocah laki-laki kecil. “Namanya Min Haneul.”
Yoongi memandangi dokumen itu dengan mata terbelalak. Otaknya mencoba menyusun kepingan memori yang sudah lama terkubur. Lima tahun lalu, ia memang pernah tidur dengan Seojin—saat ia masih dalam hubungan tidak jelas dengannya. Namun, setelah itu, mereka benar-benar berpisah.
“Kenapa baru sekarang kau bicara?” tanya Yoongi, nada suaranya dingin namun bergetar.
“Aku hanya tidak mau merusak hubunganmu dengan wanita itu,” jawab Seojin sambil memutar bola matanya. “Tapi Haneul berhak tahu siapa ayahnya. Dan… aku tidak ingin dia tumbuh tanpa sosok ayah.”
Yoongi memijat pelipisnya. Foto anak itu begitu mirip dirinya—mata sipit, bibir kecil, senyuman yang khas. Mungkinkah?
Seojin bangkit dan berdiri di hadapannya, menatap dalam. “Aku tidak meminta apapun, hanya… jika kau bersedia, aku ingin kita membesarkan Haneul bersama. Demi anak itu.”
Yoongi pulang dalam diam. Hatinya kacau. Jika itu benar anaknya, bagaimana dengan YN? Ia merasa seperti pria jahat yang menaruh bahagia di satu sisi dan tanggung jawab di sisi lain.
---
Malamnya, YN duduk di ruang makan, menunggu Yoongi. Wajahnya lelah, tubuhnya mual, tapi ia tetap tersenyum saat mendengar langkah kaki suaminya. Namun senyum itu runtuh ketika Yoongi duduk di hadapannya dengan ekspresi serius.
“YN… aku ingin bicara.”
Detik itu juga, YN tahu, firasatnya bukan sekadar rasa tidak aman.
“Ada apa?” suaranya bergetar.
Yoongi menarik napas panjang. “Seojin datang hari ini. Dia membawa bukti bahwa dia memiliki anak dariku… berusia lima tahun.”
Dunia YN runtuh dalam sekejap.
“Aku... aku tahu ini sulit dipercaya. Bahkan aku sendiri tidak tahu harus bagaimana,” lanjut Yoongi.
“Apa maksudmu?” bisik YN, suaranya hampir tak terdengar.
“Aku berpikir… aku tidak bisa meninggalkan anakku. Aku ingin membesarkannya. Dan untuk itu… aku mungkin harus… menikahi Seojin.”
Kata-kata itu bagaikan palu godam yang menghantam dada YN. Air matanya menetes tanpa suara.
“Jadi semua yang kita lalui… kamu buang begitu saja?” tanyanya pelan.
“Tidak! YN… aku mencintaimu. Tapi ini bukan soal cinta. Ini tentang tanggung jawab.”
YN menggenggam perutnya perlahan di bawah meja, merasakan denyut kecil kehidupan di dalamnya. Tapi ia tak berkata apa-apa. Tidak saat ini.
“Sebaiknya… kita berpisah dulu,” kata Yoongi akhirnya.
YN menunduk. “Baik, kalau itu yang kau pilih…”
“Maafkan aku…” bisik Yoongi, berdiri dan melangkah keluar dari rumah itu, meninggalkan istri yang tak tahu tengah mengandung anaknya.
---
Keesokan harinya, YN mengemasi barang-barangnya. Ia memutuskan untuk pindah sementara ke apartemen lamanya yang dulu ia tinggali sebelum menikah. Ia tidak tahu harus mulai dari mana, tapi satu hal yang pasti: ia akan melindungi anak ini, bagaimanapun caranya.
Ia tidak akan mengatakan pada Yoongi. Tidak sekarang.
Di kamar itu, YN menangis sendirian. Tapi air matanya bukan lagi karena sakit hati, melainkan karena cinta. Cinta kepada makhluk kecil yang tumbuh di dalam tubuhnya. Ia menyentuh perutnya dan tersenyum pahit.
“Kamu hanya milikku… dan akan kubesarkan sebaik mungkin. Maaf, ayahmu tidak tahu. Tapi suatu saat… dia akan tahu.”
---
Sementara itu, Jimin yang mendengar kabar perpisahan Yoongi dan YN langsung datang menghampiri sahabatnya. Ia melihat perubahan besar dalam diri Yoongi. Pria itu lebih murung, lebih dingin, dan tidak lagi fokus dalam bekerja.
“Kau yakin ini yang kau mau?” tanya Jimin.
“Aku hanya ingin bertanggung jawab. Itu saja.”
“Dan bagaimana dengan YN? Kau pikir dia akan baik-baik saja?”
Yoongi terdiam.
"dengar Yoongi kau tau bagaimana perasaanku padanya tapi aku merelakan dia karena yakin dia akan bahagia denganmu" Jimin berusaha menahan emosi nya yang hampir meledak
"jika kau terus menyakitinya jangan salahkan aku jika aku tidak akan membiarkanmu menemuinya lagi" ucap jimin sambil berlalu pergi sahabatnya yang sedang larut dalam fikirannya sendiri
Yang di khawatirkan Jimin sekarang adalah bagaimana terpukulnya yn dan dia berniat menemuinya
kenapa gk ada yg nge like yaaa