Siti tak bisa mencegah sahabatnya berbuat tak senonoh bersama kekasihnya di sebuah pemandian air panas Gunung Keramat.
Kejadian memalukan itu mengundang kemurkaan para penunggu gunung. Masyarakat setempat sejak dulu percaya ada sejenis siluman ular pertapa di tempat itu, yang mana jika menggeliat bangun longsor tercipta, jika membuka mulutnya maka mata air deras membuat banjir bandang melanda desa-desa di bawahnya.
Malam itu Siti yang nekad menyusul temannya ke pemandian air panas mengalami kerasukan. Rohnya ditukar oleh Siluman ular pertapa itu, Roh Siti ada di alam jin, dan tubuh Siti dalam kendali Saraswati Sang Siluman berkelana di alam manusia, berpura-pura menjadi mahasiswi pada umumnya.
Di alam manusia, Saras dikejar-kejar oleh Mekel dan Jordan, wakil presiden BEM dan Presiden BEM itu sendiri. Sedangkan di alam jin, Siti malah membuat seorang Pangeran harimau bernama Bhre Rakha jatuh hati.
Bhre Rakha mau membantu Siti mendapatkan kembali tubuhnya, asal mau menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Lions, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Toilet Jin Dimana ?
"Tenang-tenang, jangan panik ! Intinya selama gak ada yang bikin siluman itu sakit hati semuanya aman, aku sudah bilang, dia kalau lagi gak mood… bisa gak terduga, kalau lagi baik ya baik-baik aja, dont worry," jawab Rakha.
"Pokoknya elu kudu cepet-cepet nangkep siluman itu ya, Mas, firasat gue gak enak soalnya," ucap Siti sambil memegangi dadanya.
"Aku akan berusaha yang terbaik, serahkan saja semuanya padaku," jawab Rakha sembari mengumbar senyuman.
"Jawaban elu kayak jawaban dokter atau polisi Indosiar aja, Mas, haha," kata Siti akhirnya ikut tersenyum.
"Apa itu Indosiar ?" tanya Rakha gak paham.
"Hehe, itu stasiun TV di alam manusia, di alam jin gak ada TV ya, gak ada hp, gak ada laptop, sepi banget gak ada hiburan," ucap Siti sembari melihat sekitarnya.
"Ada banyak cara berhibur di sini, aku bakal ajak kamu jalan-jalan besok kalau mau," ucap Rakha menjanjikan.
Siti yang tampaknya mulai akrab dengan pria di hadapannya mengangguk setuju. Entah kenapa sejak awal ia melihat Rakha adalah orang yang friendly, dalam hati Siti masih waspada, tetapi ia yakin Rakha baik.
"Oh ya… kalau boleh aku memuji… namamu sangat indah, Siti, orang tuamu pintar memberimu nama seperti itu," ucap Rakha sembari cuci tangan di air kobokan yang sudah ditetesi perasan jeruk nipis.
Siti tersenyum mendengarnya, "semua orang bilang nama gue kampungan, Babe ngasih nama kayak begini gara-gara gue lahir seminggu setelah nenek gue meninggal, nenek gue namanya Siti Khumairoh. Babe berpikir muka gue pas bayi mirip wajah Nenek, jadi gue dikasih nama sama kayak Nenek."
Rakha tersenyum mendengarnya, "nenek kamu pasti orangnya cantik banget pas masih muda, keliatan dari cucunya ini," katanya.
Siti tak bisa untuk menahan senyum cekikikannya, ia lempar serbet meja ke arah Rakha, "gombal hihihihi."
"Yaudah, biar pelayan nganter kamu ke kamar, have a nice dream," ucap Rakha sambil menggeser kursinya kemudian berdiri meninggalkan meja makan.
"Lho ?! Bisa bahasa inggris juga ni jin," ucap Siti baru tau.
Seorang pelayan wanita dengan dua kuping macan putih di atas kepalanya mendekat, telinga manusianya tidak ada, Siti sendiri juga bingung kenapa penduduk sini punya kuping macan begitu. "Mari ikuti saya, Kisanak," katanya lembut.
"Iya, terima kasih, Ibuk," ucap Siti mendadak jadi kalem.
Siti masuk ke dalam sebuah kamar, dindingnya kayu, ranjangnya kayu dan indah sekali dengan selambu-selambu warna putih transparan, ada meja rias, ada lemari. Siti melihat-lihat sebentar, memeriksa setiap bagian, ia temukan aneka bedak dan bubuk warna-warni dalam wadah cepuk-cepuk di atas meja, kemudian ia juga menemukan beberapa pakaian di lemari.
"Rakha yang nyiapin semua ini ? Hmmm," gumam Siti sembari menyisir rambutnya yang tergerai di depan cermin.
Rakha yang ada di dalam kamarnya duduk termenung juga di depan meja rias, ia melihat pantulan dirinya sendiri, "ganteng kok, apa sih yang kurang dari aku ? Padahal trend model rambut begini lagi hits di alam jin," gumamnya.
Rakha mencari gunting di laci kemudian mulai menguatkan diri menggunting rambutnya sedikit demi sedikit sampai brindil. Dan hasilnya benar-benar acak adul, yah namanya juga potong rambut sendiri.
Saat hendak tidur tiba-tiba pintu kamar sang Pangeran yang sedang menjalankan tugas kerajaan ini diketok, 'tok tok tok.'
"Siapa sih malem-malem ? Kayak ada bencana Tsunami aja pake ketok pintu ?" ujar Rakha kesal berjalan membuka pintunya, biasanya memang jarang sekali ada yang berani mengganggu jam istirahat keluarga kerajaan, semua penduduk jin tahu betapa berharganya waktu istirahat itu, jika pangeran sakit atau kurang tidur itu bisa fatal akibatnya.
Saat pintu dibuka, Siti cantik wanita idaman yang berdiri di sana, "oooohhh kau rupanya," ucap Rakha terkejut sekaligus senang.
Pikiran Rakha tidak bisa untuk tidak memikirkan apa maksud dan niat Siti mengetuk pintu kamarnya malam ini, wajah itu juga tampak malu-malu kucing birahi. Rakha membuka tangannya lebar siap memeluk mesra, memberikan kehangatan di malam yang sepi.
"Kau takut tidur sendirian, kau mau tidur denganku ? Ahaaaiii hehhehe," hampir saja Rakha mengucapkannya.
Untung Siti keburu menyatakan maksudnya, "cuman mau tanya, toilet jin dimana ya ? Gua cari-cari tadi di kamar, di lorong-lorong gak ketemu, mau tanya pelayan tapi takut ntar gue dimakan, anterin dong !" rengeknya.
'Deng dong.'
"Owalah, ooh kami bangsa jin kalau buang air di saluran sungai khusus. Aku juga punya aliran sungai khusus, aku antar kau ke sana, ayo !" jawabnya.
"Sungai ? Jauh ?" tanya Siti. Mana udah kebelet banget, kebanyakan makan sambel jin.
"Enggak kok," jawabnya.
Siti mengikuti Rakha berjalan keluar menuju sungai, melewati kebon-kebon yang rimbun. Sepanjang perjalanan gadis itu tengok kanan dan kiri ngeri, ia berhati-hati terhadap langkahnya.
"Eh lu… mandi sama aktivitas lain juga di sungai ya ?" tanya Siti penasaran.
"Iya," jawab Rakha singkat.
"Emang lu gak ada niatan bikin toilet apa ? Susah amat. Padahal lu kemana-mana pake perhiasan emas, makanan lu enak-enak, mau buang hajat aja kudu ngelewatin kebon begini, mana serem lagi," ujar Siti protes.
"Menaruh tempat buang hajat di deket rumah itu menjijikkan, Siti, lagipula…. Tidak ada yang perlu ditakutkan, mau takut sama siapa coba ? Hantu ? Bangsa ini yang biasanya jadi hantu-hantuan," jawabnya.
"Iya juga sih. Tapi… apa ntar kalau ada wabah virus atau muntaber gitu gak jadi pencemaran sumber air ? Semua penduduk juga kayak gini ?" tanyanya.
"Dari zaman bauhuela juga begini, kita gak pakai aliran sungai sumber untuk masak dan keperluan lain yang biasa disalurkan ke rumah-rumah. Sungai untuk mandi ada sendiri, untuk buang hajat ada sendiri. Khusus untuk dua aliran itu mengalir ke sawah dan perkebunan, membuat subur tanaman, gak perlu pupuk lagi," terangnya.
"Trus padinya nyerep sari-sari manusia gitu ? Trus manusianya makan padi ? Hah ?!!" tanya Siti semakin heran.
"Dari kita, oleh kita dan untuk kita, hahaha," ujar Rakha. Teori demokrasi.
Sesampainya di sungai yang lumayan terbuka itu Rakha mempersilahkan Siti menunaikan apa yang ingin ia buang. Sayangnya sungguh. Tempat ini gak ada penutupnya. Dan memang benar, aliran untuk mandi lain dengan aliran buang hajat dan sumber minum. Semua orang juga gak ada yang pakai sabun. Mereka pakai daun sirih untuk membunuh bakteri, daun itu banyak ditanam di sekitar sungai.
"Silahkan," kata Rakha sambil mesam-mesem.
Siti pelan-pelan nyebur ke sungai itu, dinginnya air terasa tak menyakitkan di alam ini, jika di alam manusia, air pasti sudah membuat tubuh masuk angin. "Di sini ?" tanyanya lagi.
"Iya di situ," jawab Rakha sambil terus memantau.
Siti terdiam melirik aliran sungai dan Rakha bergantian, "lalu kenapa elu ngeliatin gua terus ?!" pekiknya malu.
"Laah, takutnya tiba-tiba ada ular belang berenang, nanti aku bisa langsung nyebur nolongin," jawabnya.
"Tapi nggak gitu juga kali… ya ampuuun, gue malu, malah gak bisa keluar ini, pokoknya jangan diliatin !" pekik gadis di atas aliran air ini, mau mencak-mencak rasanya.
"Yaudah aku pulang sulu kalau gitu," kata Rakha berbalik badan.
"YA JANGAAAAN !!! Gue takut, ini bukan alam gue, gue takut diculik pocong," pekik Siti makin heboh.
si bunga kampus kan suka sama Jordan, kenapa nggak diungkap kebenarannya ya... aneh...
dgn berkbeka jualan mas dari raka kan lumayan tuh smpe anak siti mgkin 3th apa 5 th gtu
aku ikut bersedih atas Mekel...
biar pun nggak bisa ngelawan ortu tapi tetep Mekel yang terbaik...
Siti Nggak jujur, suatu saat pasti ketahuan juga kalo itu bukan anak Jordan.
emang ortu Jordan ngijinin Jordan log in ya... sanksi gw...
btw kak apa nanti anaknya berwujud atau gaib ya?
wisss angel2 angel tenan
wahh kasihan siti klo amoe di bunuh yaaa
Siti juga bukannya cari solusi tapi malah mau nambah dosa... ya Tuhan... nggak mikirin nyak babe kayaknya...
cocoklah sama Jordan... sama-sama nggak jelas...
kasihan aja kang mas Mekel...😂😂😂