Berdasarkan peta kuno yang dicurinya. Ayu mengajak teman-temannya untuk berburu harta karun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lautan yang Terbelah
Mereka sudah lama meninggalkan jembatan dan sungai jauh di belakang.
Kaki-kaki mereka dikejutkan dengan tekstur tanah yang berbeda dari sebelumnya. Butir-butir batu halus yang ternyata adalah pasir.
Sekarang Ayu dan kawan-kawan berjalan di atas pasir pantai berwarna putih yang berada di bawah tanah.
Tidak berselang lama setelah tubuh mereka disambut oleh pasir putih,
Tiba-tiba datang angin besar menyapa dengan kasar. Arya, Ayu, dan Emil sampai terpental. Cindy dan Jono sampai ambruk.
Mereka tidak kuasa menahan dahsyatnya hantaman angin.
Beruntung angin gila itu hanya sekian detik saja menerjang langkah para pemburu harta karun. Mereka dengan segera bisa bangkit dan kembali berdiri.
“Memangnya apa bunyi tulisan dari titik bulatan hitam yang keempat?”, Jono penasaran dan sudah lupa.
“LAUTAN YANG TERBELAH”, jawab mereka.
Gambar pada peta harta karun raja-raja memberitahukan kepada mereka berlima bahwa laju selanjutnya adalah menyeberangi dalamnya lautan untuk mereka sampai di pulau seberang.
Memang terdengar gila. Peristiwa terbelahnya lautan hanya pernah terjadi satu kali yang disebutkan di dalam kita suci.
Yaitu ketika Musa dan para pengikutnya melarikan diri dari kekejaman Firaun.
Disebutkan ada juga dua laut yang mengalir secara berdampingan. Yang satu airnya tawar dan segar, dan yang lain airnya sangat asin lagi pahit.
Diantara keduanya ada dinding dan batas yang tidak saling tembus.
Ayu, Emil, Jono, Cindy dan Arya merasakan pasir putih yang tadi kering sekarang mulai basah.
Mereka semakin dekat dengan jalan yang dimaksud.
Langkah kaki mereka terhenti. Semuanya melihat dan merasakan takjub yang luar biasa.
Mereka kembali bertemu dengan dinding yang menjulang tinggi. Yang memaksa mereka untuk berhenti dan harus mencari celah jalan.
Tapi kali ini dinding di hadapan Ayu dan kawan-kawan bukanlah dinding padat yang terbuat dari tanah dan bebatuan. Melainkan dinding yang menjulang itu adalah lautan.
Dinding lautan yang sama sekali tidak bercelah.
Ini seperti berdiri di depan wahana akuarium raksasa yang di dalamnya terdapat seluruh habitat makhluk bawah laut.
Kelima sekawan itu sekarang hanya bisa melongo.
Kelima-limanya duduk bersimpuh sambil melihat ikan-ikan dan binatang-binatang laut lainnya yang tengah berenang kesana-kemari.
“Lihatlah”,
“Bukankah itu ubur-ubur?”,
Arya yang masih anak-anak menjadi orang yang paling heboh. Ubur-ubur berukuran besar-besar yang dilihatnya ternyata lebih elok dibandingkan dengan ubur-ubur yang sering ia lihat di sebuah acara kartun.
Ubur-ubur surai singa. Mereka mengeluarkan cahaya-cahaya terang yang mengungkap semua rahasia para penghuni lautan.
Emil berdiri, ia berjalan mendekat ke dinding lautan.
Kemudian dengan hati-hati dan perlahan Emil memasukkan tangannya ke dalam dinding laut.
Tangan Emil berhasil menembus masuk ke dalam dinding lautan. Tangan Emil benar-benar merasakan basah dan dinginnya air laut.
“Hati-hati Emil”, kata Ayu.
Emil menarik tangannya keluar.
Ajaibnya tangan Emil tetap kering. Sama seperti sebelumnya ketika ia belum memasukkan tangannya ke dalam lautan.
“Kalian harus mencobanya”, kata Emil.
Ayu, Jono, Cindy dan Arya pun melakukannya.
“Jangan sampai tangan kalian tergigit”, Ayu mewanti-wanti teman-temannya untuk tetap waspada.
Cindy mengusap kepala kuda laut. Hewan-hewan lucu itu tidak merasa takut dengan tangan-tangan usil manusia para pemburu harta karun.
“Mundur”,
Jono tiba-tiba memberi aba-aba perintah. Meminta yang lainnya untuk mengeluarkan tangan-tangan mereka dari dalam lautan.
Mereka berlima pun mundur serentak menarik diri dan menjauh dari dinding laut.
Jono melihat ada sesuatu yang datang dari kejauhan dengan cepat ke arah mereka.
Dan ketika sesuatu itu tiba berjarak begitu dekat di hadapan mereka. Tidak ada satu pun dari mereka berlima yang tidak merasakan takut.
Sesuatu itu adalah hiu putih besar atau hiu putih raksasa.
Tidak hanya ukurannya saja yang mencekam. Kalau di darat besarnya sebanding dengan bus pariwisata berkapasitas enam puluh penumpang.
Tampangnya tampak menyeramkan seperti preman.
Tatapan matanya bak pembunuh berdarah dingin. Gigi-giginya yang tajam benar-benar tidak ramah lingkungan.
Bagus lah predator-predator air itu tidak bisa menembus dinding lautan yang sudah dibuat terpisah antara lautan dengan daratan. Sebuah batasan yang tidak bisa dicurangi.
Jika tidak demikian pastinya Ayu dan teman-temannya sudah tewas disantap.
Mereka sudah cukup bermain-main. Lautan menyadari kehadiran manusia para pemburu harta karun yang sudah lama mereka tunggu-tunggu.
Laut membuka jalan,
Tiba-tiba dinding lautan itu terbelah. Laut membelah diri,
Ayu dan kawan-kawannya kembali dibuat terbelalak dengan kekuatan alam.
Sebuah jalan yang membelah lautan. Jalan kering diantara himpitan laut yang tidak pernah diam.
Di sini lah titik bulatan hitam yang keempat seperti yang digambarkan di dalam peta harta karun raja-raja.
“LAUTAN YANG TERBELAH”,
“Lewat sini”,
“Mari kita jalan”, pimpin Ayu.
Setelah entah berapa hari waktu berlalu,
Akhirnya Ayu, Emil, Jono, Cindy dan Arya kembali berjumpa dengan langit. Meskipun tidak terlihat jelas karena terlalu jauh dan tinggi. Tapi mereka bisa merasakannya.
Matahari yang tengah berkuasa mampu menancapkan sinarnya sampai menusuk ke dalam dasar lautan. Menerangi celah ruang yang gelap.
Tempat dimana para pemburu harta karun sekarang sedang berjalan.
Lautan yang terbelah itu adalah jalan yang panjang untuk dilalui.
Tidak hanya itu mereka juga harus berkutat dengan kengerian. Ketika monster-monster laut mengikuti jejak-jejak mereka dari dalam laut yang berbatas dinding samudra.
“Tidak usah khawatir”,
“Mereka tidak bisa menyerang kita”, kata Ayu yang berjalan di samping Arya.
*
Perjalanan di dasar lautan yang terbelah berakhir ketika mereka bertemu dengan dinding bebatuan terumbu karang yang berlubang.
Mereka berlima masuk melalui lubang gua tersebut.
Dan ketika mereka semua sudah berhasil masuk melewatinya, tiba-tiba lubang gua itu langsung tertutup.
Meninggalkan lautan yang terbelah, titik bulatan hitam yang keempat yang berhasil dilalui dengan tidak mudah.
Dimana Ayu, Emil, Jono, Cindy dan Arya sekarang?
Setelah lubang gua sebagai jalan masuk itu tertutup, seketika semuanya berubah menjadi gelap gulita.
“Dimana ini?”
“Dimana kita sekarang?”,