Menceritakan tentang gadis belia yang memutuskan menikah muda, mampu kah ia menjalani biduk rumah tangga yang penuh liku-liku? akan kah ia menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspita.D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Mas Tio makin sering menemui ku, tapi dia bukan pria yang setiap saat meminta ciuman pada kekasih nya. Walau sebenar nya aku rindu dengan ciuman itu, wangi nafas nya lembut.
"Put...aku dah lama nggak lihat kamu jalan bareng Agus, apa kalian putus?"
Salah satu teman wanita Agus yang bernama Dewi bertanya padaku.
"Iya. Memang nya kenapa? Kalo kamu mau ambil aja" jawab ku ketus.
"Hayo lagi ngomongin aku ya?" eh tiba-tiba Agus muncul.
Aku yang malam itu habis dari pasar beli jajan, rasanya jadi nggak mood.
Kupercepat langkahku. "eh Put..tunggu" seru Dewi.
"Kamu kenapa sih?" tanya nya.
"Mungkin dia nggak suka ada aku di sini" ucap Agus yang masih mengikuti langkahku.
"Kata nya pulang kok masih di sini?" tanya Agus, aku semakin risih.
Di tengah perjalanan, aku lihat Tio yang sedang nongkrong di pinggir jalan sembari menikmati rokok nya.
"Tuh sudah di tungguin, pulang gih sana sama kang mas mu" ucap Agus, lah dia tau dari mana kalo aku sekarang menjalin hubungan dengan Tio.
Tanpa menghiraukan nya aku pun menghampiri Tio yang melempar senyum nya pada ku.
"Mas Tio ada di sini?" sapa ku basa basi
"Iya nungguin kamu" jawab nya, aku pun tersipu malu.
"habis beli apa?"
"ini, ada Nasi goreng, Martabak telor, sama jus buah"
"Banyak banget buat siapa aja?"
"Ya...buat aku toh mas, masa buat kucing"
"Habis?"
"emmm biasa nya sih habis"
"Kalo gitu aku duluan ya mas" aku pun memalingkan tubuhku untuk segera kembali.
Kulirik Dewi dan Agus yang masih mengamati sedari tadi kami bercakap pun, melangkah pergi.
"Eh tunggu toh masa mas di tinggal" seru mas Tio, ia bangkit dan menyusul langkahku.
Kami pun berjalan beriringan dengan santai. Rasa nya damai sekali bisa berjalan berdua dengan orang yang aku cintai.
"Mas aku masuk dulu ya, nggak enak sudah malam"
"Ya sudah masuk lah, selamat makan" ucapnya dengan senyum yang selalu aku rindukan.
Aku pun masuk, dan segera mengunboxing makanan yang beli tadi, entah kenapa rasanya belum puas kalo belum ada kopi.
Aku pergi ke dapur untuk membuat secangkir kopi hitam.
Perlahan aku santap makanan yang aku beli satu persatu, aku nggak perlu takut ada yang lihat dengan cara makan ku, karna aku makan di dalam kamarku.
Setelah menyantap habis makananku. Rasanya perutku begah sakit seperti mau pecah. Karna kekenyangan aku pun tertidur hingga subuh menjelang.
"Put...kata Bos kamu pulang aja, nggak perlu kerja lagi" pagi yang mengejutkan bagiku.
"Loh kenapa pak de, apa aku buat salah?" tanyaku.
"Nggak tau juga sih, alasan nya, yang pak de dengar sih, karna sekarang kamu sudah punya pacar, takut terjadi sesuatu, dan Bos nggak nanggung resiko, jadi lebih baik kamu pulang saja" tutur pak de panjang lebar.
"Iya baik lah, siang ini setelah selesai pekerjaan ku aku pulang pak de"
Aku pergi meninggalkan pak de, yang mata melas nya memandangku. Aku nggak mau di kasihani. Apa lagi mengemis dengan om Sony.
"Harus nya dia tal berpikiran macam-macam pada ku hingga seenak nya dia memecatku hanya karna aku punya pacar" gerutuku, aku benar-benar kesal.
Karna kesal hari ini aku hanya memasak sederhana, sambal terasi sama goreng Tempe dan Tahu.
Aku bingung bagaimana caraku menyampaikan pada nas Tio, kalo aku di pecat.
Akhirnya aku putuskan untuk ke rumah kakak nya mas Tio.
Pucuk di cinta ulam pun tiba, mas Tio ada di sana.
"Loh Putri, Ada apa? Kok kaya nya kamu habis nangis?" tanya mas Tio yang melihat mataku sembab.
"Mas aku mau pamit"
"Pamit? Ke mana?"
"Aku mau pulang, om Sony tak butuh aku lagi,"
"Ya sudah, biar mas antar ya?" aku menggeleng.
"Nggak usah mas, aku nggak mau membuat mama ku marah"
"loh kenapa mesti marah, toh nanti ujung nya kita nikah yo?"
"Pokok nya nggak usah mas, oh ya aku pulang sekarang,aku tadi sudah mengemas barang-barangku"
Aku pun pamit pada mas Tio, siang itu aku benar-benar pulang, tanpa bertemu om Sony. Emang dasar om Sony seperti b*nci saja yang menyuruh pak de untuk menyampaikan pemecatan ku. Kenapa nggak dia aja yang ngomong langsung.