Pembalasan Istri Yang Di Ceraikan Karena Dekil

Sebulan telah berlalu semenjak kepulangan Ilham. Naura tidak lagi pernah memberi Ilham nafkah batin. Dirinya tahu jika itu dosa, tetapi dia tidak mau melakukan hubungan badan karena terpaksa. Apalagi dirinya begitu jijik membayangkan sang suami berbagi peluh dengan selingkuhannya.

Ilham bahkan heran kenapa istrinya akhir-akhir ini bersikap aneh. Ada saja alasannya jika di ajak berhubungan badan. Terkadang dirinya juga selalu ngantuk berat, padahal belum terlalu malam.

Ilham tidak tau saja jika dirinya di kasi obat tidur dengan dosis rendah. Naura sengaja memberikan nya di minuman dan kue, demi menghindari ajakan sang suami.

Seperti tadi malam, Ilham menganggap mereka telah melakukannnya, padahal tidak sama sekali. Naura memberi nya sesuatu, sehingga Ilham berhalusinasi. Entah dari mana Naura mendapatkan ramuan herbal tersebut.

****

Di meja makan, aura Ilham kembali semangat karena telah di kasi jatah tadi malam, Pikirnya.

Lain hal nya dengan Naura, dia tersenyum mengejek.

“Hari ini Tante mu Meli dan meta beserta keluarga akan ke sini. Kamu kan dekil dan mandul!, jadi karena keahlianmu itu bikin kue jadi, setidak nya ada sedikit yang bisa di banggakan.’’ ucap Lidya. Dia meminta tolong, tetapi ucapannya begitu menghina sang menantu.

“Ibuk ini apa-apaan Sih buk, ibu minta tolong, tetapi mulut ibuk menghina istriku!’’ Ilham emosi.

Naura tersenyum mengejek melihat drama murahan mereka berdua.

“Jangan munafik kamu Ilham. Kamu sebenarnya malu kan membawa dia kemana-mana, tapi kamu menutupi rasa malu mu!’’ tunjuk Bu Lidya ke arah Naura.

“Cukup Bu, jika ibu terus-menerus menghina istriku..aku tidak akan segan lagi pergi dari rumah ini!’’ pungkas Ilham.

Dia menarik Naura untuk masuk ke kamar mereka.

Sementara Bu Lidya kesal bukan main. Setelah selingkuh masih saja sang anak membela menantu dekil dan mandul itu. Pikirnya.

...****...

Di kamar Ilham memasukkan pakaian nya dan Naura ke dalam koper.

“Mau kemana sih mas?’’ Naura pura-pura tidak tahu.

“Kita pergi saja dari sini, mas lelah melihat sikap ibu yang terus menghina mu nau.’’ ucapnya tulus. Dan Naura melihat ketulusan itu.

“Setidaknya pikirkan ayah mas. Nau nggak tega ninggalin ayah.’’ Naura begitu menghormati dan sayang pada ayah mertuanya. Karena dirinya sudah tidak pernah lagi mendapatkan kasih sayang ayahnya, semenjak ayahnya menikah kembali.

Sebenarnya Naura ini bingung, sebenarnya apa yang di pikirkan suami nya ini sehingga berselingkuh.

Naura bisa merasakan kasih sayang sang suami dengan tulus, tapi mengapa Ilham mendua? Apa karena dirinya tidak bisa memberinya keturunan? Atau apa?

Itu yang menjadi pikiran Naura sekarang.

.

“Baiklah, kita tetap tinggal di sini. Ini demi kamu dan ayah saja.’’ Ilham masih saja kesal pada Ibunya.

Naura hanya diam saja.

.

...*****...

.

Sora harinya, kelurga ilham tiba.

Sebenarnya Bu Lidya sangat malas menerima saudara dari suami nya ini. tapi karena takut di amuk ayah Indra, terpaksa dirinya beramah tamah.

Naura dan Ilham keluar dari kamar mereka, langsung saja Naura menyalami para orang tua.

“Eh Naura, apa kabarnya?’’ tanya meli.

“Alhamdulillah sehat tante.’’ jawab Naura tersenyum simpul.

“Sudah beberapa bulan belakangan kita ketemu di resepsi pernikahan waktu itu, wajahmu tetap tidak berubah dan tidak juga hamil ya Nau!?’’ ucapnya tanpa bisa di filter.

Naura hanya tersenyum, sementara Ilham menggenggam erat jemari nya. Kalau saja tidak mengingat ni ipar ayahnya, sudah di usir mereka ini. Dari dulu selalu menghina sang istri.

Lain pula dengan Bu Lidya, dirinya malu bukan main. Dirinya hanya diam, malahan dia teringat dengan wanita yang ada di foto itu. Dia membayangkan jika saja wanita itu istrinya Ilham, tentu saja tidak akan kembali malu seperti ini. Wanita itu cantik, bahkan kemungkinan hamil.

Tiba-tiba keluarga Melda datang. Setelah salaman dengan semua orang, Erna segera saja mendekati Naura. Dia mengedipkan matanya, tentu saja Naura tidak mengerti.

Erna duduk di samping ayah Indra.

“Om, boleh tidak Erna izin membawa Naura jalan-jalan sebentar?’’ Erna malah izin dengan orang tua ini. Dia tahu hanya ayah Indra yang baik di rumah ini.

“Sayang, izin itu ke Ilham, bukan sama papa nya.’' ucap Willy tidak enak hati.

“Ilham sudah jelas mengizinkan donk, Dia juga tau dari pada Naura di sini juga tidak di hargai.’’ balas Erna tajam. Willy langsung kicep.

“Kalian ini, para istri kenapa sudah mau malam begini, malah jalan-jalan? Para keluarga semua berkumpul disini!’’ timpal meta.

“Kami hanya sebentar kok Tan, jalan-jalan malam itu seru loh. Dari pada mengoreksi kekurangan dan menghina fisik orang lain!’' ucap nya pedas.

Meta dan meli langsung bungkam.

“Ma,pa, om, sayang, kami pamit sebentar ya!’’ pamit Erna pada mereka, kecuali meta dan meli.

“Iya hati-hati, jangan lama-lama.’’ balas mereka.

“Kami ni mbak, menantu kurang ajar begitu kok diam saja. kamu juga Wil, istri jalan-jalan malam begini kok di biarin, ntar di sambar buaya lo...’’ ucap julid meta.

“Tante, Erna itu baik kok, lembut. Tapi jika sama mama, karena mama ku tipe.mertua yang fair, nggak menuntut menantu yang sempurna, juga nggak cerewet. Dan satu lagi, memangnya jika sudah menikah tidak boleh jalan-jalan untuk meluangkan waktu mereka sendiri?... Oh iya, jangan salah menilai Tan. Banyak kok pasangan yang di rumah kelihatannya baik dan setia, ternyata diam-diam berkhianat!’’ Ucap Willy panjang lebar.

Willy adalah tipe cowok cool, dan tidak banyak bicara. Dia hanya ramah ke teman-temannya saja. Tetapi jika ada yang mengusik keluarganya, dirinya tidak akan tinggal diam. Dia akan membalas ucapan mereka dengan cara halus, tetapi pedas dan menohok.

Meta dan Meli terdiammdengan ucapan Willy. Sementara Ilham, secara tidak langsung merasa tersindir dan Bu Lidya malah menatap wajah sang putra setelah mendengar ucapan Willy. Ayah Indra hanya tersenyum samar.

Orang tua ini terkadang juga sebal mendengar ocehan ipar dan istrinya, tetapi sebagai orang tua dia lebih bijaksana dan tidak ingin wibawanya tercoreng bila.memarahi mereka di khalayak ramai.

Hanya adiknya Melda dan iparnya yang sehat hati mereka, pikir ayah Indra.

.

.

...*****...

Kedua wanita itu kini berada di taman. Erna membeli beberapa makanan dan minuman dingin.

“Kamu ini, kok malam-malam begini malah beli minuman dingin sih?’’ Naura heran, tak urung dirinya meminum juga coklat dingin itu.

“Tapi kamu suka kan?... Lumayan,, untuk menyejukkan hati yang panas. Ingin sekali ku sumpal mulut kedua nenek gayung itu!’’ Erna mempraktekkan tangannya seolah merampas mulut. Naura hanya tertawa melihat kelakuan random Erna.

Erna masih saja kesal dengan ucapan dua Tante ilham itu. menurutnya itu sangat kurang ajar. Hal pribadi orang malah di jadikan bahan hinaan.

.

.

.

Sampai kapan kau mau menutupi hubungan mu itu Ilham?