Pembalasan Istri Yang Di Ceraikan Karena Dekil
“Saya terima nikah dan kawinnya, Naura Salsabila dengan Mas kawin 1 Set perhiasan dan seperangkat alat sholat di bayar TUNAI!.“
"Bagaimana para Saksi?" Tanya penghulu.
"Sah! Sah!" Jawab mereka serempak.
.
Masih teringat jelas di ingatan Naura, hari pertama Dirinya menjadi seorang istri dari Ilham Prasetya.
Hari itu Dirinya di sambut hangat oleh keluarga suaminya, walaupun pernikahan mereka di jodohkan dan awalnya Ibu mertuanya menolak keras perjodohan ini, tetapi akhirnya Ia menerima Naura untuk menjadi menantunya. Dengan syarat setelah menikah keduanya tidak boleh meninggalkan rumah.
Naura awalnya menolak, menurutnya tidak akan baik jika setelah menikah tinggal serumah dengan orang tua. tetapi Ilham meyakinkan dirinya. Lagipun kedua mertuanya tinggal berdua dirumah, sementara kakak dan adiknya sudah menikah dan punya rumah masing-masing. Akhirnya dengan berat hati Naura setuju untuk tinggal dengan mertuanya.
🌺Naura Salsabila, Dia menikah karena perjodohan oleh orang tua nya. Ayah Naura bersahabat baik dengan orang tua Ilham. Sedang Ibu kandung Naura sudah meninggal semenjak Naura berusia 16 tahun, kemudian sang Ayah menikahi teman Almarhumah istrinya.
.
.
.
...🌾🌾🌾🌾🌾...
.
.
Seperti biasanya, sehabis sholat subuh Naura merapikan rumah, menyapu dan mengepel. Saat Naura sedang menyiapkan sarapan untuk keluarganya, Ibu mertuanya keluar dari kamar dan menyapanya.
“Naura, jika masakan mu telah di hidangkan tolong kamu setrika baju ibuk dan ayah!.“ perintah sang mertua.
“Baik buk, Oh iya buk jam berapa nanti kita perginya?...“ tanya Naura. Hari ini mereka berencana pergi kondangan pernikahan sepupu Ilham, berarti keponakan ayahnya Ilham.
“Jam 10.20 wib udah berangkat kita, jadi kamu jangan lelet dandan nya.“_ Dirinya menyendok nasi goreng ke piring sang suami.
“Oh iya, Ilham pergi kan?..“ tanyanya lagi.
“Mas Ilham nggak bisa kayak nya buk, tadi dia bilang hari ini ada rapat mendadak“ jawab Naura.
Mertuanya hanya beroh-ria saja.
Setelah semua nya selesai sarapan, Naura segera membereskan dan mencuci piring serta alat masak lain nya. Setelah nya Ia masuk ke kamar untuk bebersih dan bersiap-siap.
.
.
Jam 10 Naura sudah siap dan keluar dari kamarnya.
Sambil menunggu kedua mertuanya, Naura duduk di ruang tamu sambil memainkan ponselnya.
Tidak berapa lama kemudian mertuanya keluar dari kamar.
“Yuk nak kita berangkat!.“ Ujar bapak mertua Naura. Orang tua ini memang baik, tidak pernah berkata kasar kepada sang mantu.
Mereka menaiki mobil yang di kendarai oleh bapak mertua Naura. Di rumah ada dua mobil, yang satunya di bawa Ilham kerja. Keluarga mereka termasuk kaya, berbanding terbalik dengan keluarga Naura sekarang. Dulunya keluarga Naura juga serba berkecukupan, tetapi semenjak Ayahnya menikah lagi dan punya anak tiri semua kekayaan mereka semakin menipis.
.
.
Setelah berkendara selama 30 menit, mereka tiba di Hotel tempat sepupunya menggelar resepsi. Bukan karena mau gaya-gayaan acara di Hotel, tetapi mengingat rumah sepupu Ilham di Gang sempit sehingga sulit mau mengadakan acara.
Naura mengikuti ibu mertuanya, karena memang dirinya tidak terlalu mengenal keluarga sepupu suami nya tersebut.
Kini mereka berkumpul di meja yang lumayan besar, di isi beberapa kursi.
“Ini menantu mbak kan?“_ tanya salah satu tantenya Ilham yang bernama Meta. Naura hanya tersenyum dan mengangguk.
“Iya, pernah sekali ketemu waktu pernikahan anak ku setahun yang lalu. Walah-walah..., belum hamil juga ya. Memang belum mau punya anak ya Nau, dan juga kok kelihatan nya kusam gitu? Bukannya Ilham itu kerja kantoran ya? Ya di rawat gitu Lo dirimu itu!“ tanya nya lembut, tetapi kalimatnya terselip sindiran.
Naura sudah sedikit faham dengan sifat dan sikap keluarga Ilham, apalagi Meta ini, Sang mertua dan ipar Mayan nya ini memang kerap kali perang dingin. Baik itu masalah kekayaan maupun soal cucu.
Sedangkan Lidya, ibu mertua Naura, wajahnya sudah pias mendengar celetukan Mayan nya.
“Tidak ada yang menunda, jika Allah belum menitipkan kepada kami ya mau diapakan lagi. Kami hanya berusaha, selebihnya berserah saja tante.“ balas Naura lembut.
“Masa sih, udah mau 4 tahun belum punya anak!?..., tuh!, lihat Erdian anakku, tahun lalu kan kalian hadir di pernikahannya, nah sekarang anak nya udah 9 bulan saja usia nya. Gita juga, anaknya Oom Yuda mu, 5 bulan lalu menikah sekarang sudah 3 bulan saja kehamilannya.“ Ucap ipar mayan mertua Naura yang bernama Meli.
“Tante, semua orang itu beda, nggak ada yang sama, anak Tante saja cuma Erdin. Sedangkan bude ada tiga.“ timpal Erna, salah satu istri dari sepupunya Ilham. Dirinya mengusap bahu Naura, seolah mendukung Naura.
Naura hanya tersenyum, sudah malas dirinya menanggapi ocehan para tantenya Ilham yang menurutnya tidak penting.
“Naura kan ya nama nya?“ tanya Erna. Dia menarik pelan tangan Naura, mereka berjalan menuju makanan prasmanan.
“Makan dulu, mendengar burung beo ngoceh juga butuh tenaga.’’ canda nya terkikik. Dirinya mengambil mangkok dan masukkan beberapa biji siomay dan bakso. Sengaja bikin satu wadah.
Sedangkan Naura, sudah tidak berselera makan karena mendengar hinaan yang di kemas dalam bentuk perhatian. Dirinya hanya mengambil dessert chesse cake dan ice cream saja.
Mereka sengaja memilih meja yang sudut agak sepi orang, supaya lebih enak ngobrol.
“Namaku Erna, istrinya Wili. Menikah udah mau dua tahun. Kamu pasti tidak pernah melihatku kan?... Karena aku baru 4 kali ke kota ini.“ ucap nya bertanya dan menjawab sendiri.
“Oh ya?... Aku juga pernah dengar kok tmtentang pernikahan Wili. Tapi nggak bikin pesta kan ya, makanya kita baru ketemu ini.“ Balas Naura tersenyum senang. Akhirnya punya teman ngobrol jika ke pesta saudaranya Ilham.
“Iya, aku kan di bandung kerja, Wili juga, jadi bisalah itu dijadikan alasan yang logis.“ dirinya kembali tertawa pelan.
Naura hanya menggeleng kepala.dan tersenyum. Iya belum bisa terlalu akrab karena baru kenal.
“Apapun ucapan mereka jangan berkecil hati, aku juga pernah di posisi kamu. Tapi aku cuek aja.“ ucapnya.
Memang Erna orangnya santai, apalagi mertuanya tidak memberatkan tentang keturunan. Jika di kasih bagus, jika tidak bukan masalah bagi mereka. Beruntungnya Erna ini karena menikah dengan anaknya adik ayah Ilham. Kedua mertua nya berfikiran modern, apalagi Wili anak tunggal, betapa di sayang Iya sebagai menantu.
.
“Kemana sih Naura ini?“ ucap Lidya mencari sang menantu.
“Kamu ini buk!!!, di cari dulu, jangan mengomel saja, itu Lo Naura duduk sama menantunya Melda.“ Sang suami menunjuk ke arah meja Naura. Dirinya menggeleng kepala akan tingkah istrinya.
“Ck, setiap pesta pasti aku akan di permalukan begini!“ gerutu nya pelan sambil menuju ke meja sang menantu.
“Eh Tante, apa kabarnya?“ tanya Erna basa-basi.
“Erna? Tante baik, cocok sekali kalian berteman ya?!“ ujar nya menekankan kata cocok.
Erna mengerti maksud perkataan Lidya ini, tapi dia pura-pura tidak ngerti saja.
“Kamu di cariin dari tadi, rupanya disini. Ayo!, Ayah sudah menunggu di mobil!“ Lidya langsung meninggalkan kedua wanita itu.
“Aku pamit dulu ya, kapan-kapan kita nongki.“ Ucap Naura.
“Iya, hati-hati“ Jawab Erna.
.
.
Setelah masuk ke mobil, Ayah Indra langsung menjalankan kendaraan nya. Sepanjang perjalanan hanya keheningan, Lidya sibuk bermain ponselnya, sedangkan Naura hanya menatap ke luar jendela mobil melihat keramaian di jalan, ini waktu nya istrihat kerja dan anak-anak pulang sekolah. Sesekali Dirinya menimpali obrolan bapak mertuanya.
.
.
.
Assalamu'alaikum ini karya Author🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments