Amirul, yang dikira anak kandung ternyata hanyalah anak angkat yang tak sengaja tertukar pada saat bayi.
Setelah mengetahui jika ia anak angkat, Amirul di perlakukan dengan kasar oleh ibu angkat dan saudaranya yang lain. Apa lagi semenjak kepulangan Aris ke rumah, barang yang dulunya miliknya yang di beli oleh ibunya kini di rampas dan di ambil kembali.
Jadilah ia tinggal di rumah sama seperti pembantu, dan itu telah berlalu 2 tahun lalu.
Hingga akhirnya, Aris melakukan kesalahan, karena takut di salahka oleh ibunya, ia pun memfitnah Amirul dan Amirul pun di usir dari rumah.
Kini Amirul terluntang lantung pergi entah kemana, tempat tinggal orang tuanya dulu pun tidak ada yang mengenalinya juga, ia pun singgah di sebuah bangunan terbengkalai.
Di sana ada sebuah biji yang jatuh entah dari mana, karena kasihan, Amirul pun menanam di sampingnya, ia merasa ia dan biji itu senasib, tak di inginkan.
Tapi siapa sangka jika pohon itu tumbuh dalam semalam, dan hidupnya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
...happy reading...
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
Beberapa hari kemudian, pohon uang Amirul tumbuh semakin besar. Batangnya yang dulu ramping kini mulai kokoh, daunnya semakin lebat, dan buah-buah uangnya menggantung lebih banyak dari biasanya.
Pohon itu tumbuh dengan kecepatan yang hampir tidak masuk akal. Lemari kecil yang dulu ia gunakan untuk menyembunyikan pohon itu kini sudah tidak muat lagi. Daun-daunnya mencuat keluar dari celah-celah pintu lemari, dan akarnya mulai merambat keluar, menyentuh lantai kamar kos yang sempit.
Amirul berdiri di depan lemari dengan tangan bersedekap, alisnya berkerut. "Ini sudah nggak bisa dibiarkan lagi," gumamnya. "Kalau terus begini, pohon ini bakal ketahuan. Aku harus segera cari solusi."
Hari itu, Amirul memutuskan untuk bolos sekolah. Ia tahu risikonya, tapi ia merasa ini adalah hal yang lebih mendesak. Ia mengambil gunting kecil dari meja belajarnya dan mulai memetik uang dari pohon itu. Ia melakukannya dengan hati-hati, memastikan tidak ada suara mencurigakan yang bisa menarik perhatian. Setiap lembar uang yang ia petik, ia hitung dan letakkan dalam tumpukan rapi di atas meja.
"Wah, hari ini aku memetik delapan juta," katanya pelan, matanya berbinar melihat tumpukan uang yang semakin tinggi. Ia mengeluarkan uang yang ia simpan kemarin dari kotak rahasianya di bawah tempat tidur, lalu menghitung semuanya. "Di tambah uang simpanan kemarin, sekarang aku sudah punya sepuluh juta."
Amirul duduk di kursinya, menatap tumpukan uang di depannya. "Kira-kira cukup nggak ya untuk membeli rumah? Meskipun rumah kecil?" tanyanya pada dirinya sendiri, berpikir keras. Ia tahu bahwa harga rumah di kota ini sangat mahal, tapi mungkin ada peluang untuk menemukan sesuatu yang sesuai dengan anggarannya.
Ia membuka ponselnya dan mulai mencari rumah kecil atau tanah murah di pinggiran kota. Setelah beberapa saat, ia menemukan sebuah rumah sederhana dengan harga 15 juta. Rumah papan kecil yang hampir rusak, tidak ada kamar, hanya ada kamar mandi kecil dan dapur bersambung dengan ruangan, tapi itu lebih dari cukup untuknya. Apalagi, lokasinya di pinggiran kota, jauh dari keramaian, cocok untuk menyembunyikan pohon uangnya.
"15 juta... aku masih kurang lima juta," gumam Amirul sambil menggigit bibirnya. Ia menatap pohon uangnya yang terus tumbuh di dalam lemari. "Kalau aku panen lagi dalam beberapa hari, mungkin aku bisa mencapai jumlah itu."
Namun, ada satu masalah besar yang membuat Amirul gelisah. Pohon itu tumbuh terlalu cepat. Jika ia menunggu terlalu lama, pohon itu bisa saja tumbuh lebih besar dan tidak mungkin lagi ia sembunyikan di kamar kosnya.
"Aku harus kirim surat izin kepada guru kalau aku demam nih, jadi selama 2 hari ini libur, agar aku bisa memantau pohon uang ini," kata Amirul penuh semangat.
"Hm... aneh, kenapa Amirul libur dalam beberapa hari ini ya?" tanya Raka bimbang.
"Ha ha ha, aku tahu kenapa dia tidak sekolah, itu karena dia takut" kata Aris tertawa.
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
thanks teh 💪💪💪