Idola! kebanyakan orang pada umumnya, memiliki seseorang yang menjadi idolanya. Tidak soal kamu tua mau pun muda.
Seperti Freya Collie Lambert, gadis berusia dua puluh tiga tahun, diam-diam mengagumi seorang pria dewasa, yang semua orang kenal pria itu sangat kejam dan dingin.
Tidak tahu kapan persisnya, Freya sangat mengagumi sosok pria kejam itu, yang ia ingat, ia tanpa sengaja melihat pria itu membantai sekumpulan pria pembunuh bayaran dengan begitu kerennya.
Austin Chloe, tidak menyangka di usianya yang memasuki hampir empat puluh, yang tepatnya tiga puluh sembilan tahun, di kagumi oleh seorang gadis muda yang sangat jauh di bawah usianya.
Bagaimana sikap Austin Chloe, si pria yang dulunya di anggap semua orang pria sampah, menghadapi gadis muda dan polos yang jatuh cinta padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 10.
Austin menatap tangannya, yang baru saja bersentuhan dengan jemari gadis mungil, Pelayan toko dessert yang ramah dan sangat sopan kalau berbicara.
Ia dengan jelas melihat bagaimana gugup dan takutnya gadis itu melayani mereka, sampai gadis ramah itu gemetar saking takutnya melihat tampangnya, dan ke dua anak buahnya.
Ia terlalu memaksakan diri, dan pasti sangat berat hati saat tahu siapa yang memesan dessert di ruang satu! bisik hati Austin sembari masih terus memandang tangannya dengan nanar.
Tangan kecil gadis itu terasa begitu lembut bersentuhan dengan ujung jemarinya, dan gadis kecil itu sangat jelas sekali ia lihat terkejut, saat bersentuhan tanpa sengaja dengan jemarinya.
Austin tahu, banyak wanita ketakutan padanya, apa lagi melihat tato pada kulit tubuhnya, membuat ia terlihat sangat tidak menarik. Perlahan Austin mengepalkan tangan, yang baru bersentuhan dengan jemari gadis mungil itu dengan erat.
Setiap ia mendapat mimpi yang mengerikan itu, ia akan memakan makanan manis, untuk menghilangkan stress nya.
Dadanya yang terasa berat, karena mengingat masa remajanya yang suram, dan kehilangan keluarga angkatnya, perlahan akan mereda saat memakan makanan penutup tersebut.
"Tuan! anda lihat gadis itu? dia sangat cantik, senyumannya sangat manis sekali, aku tidak bisa memalingkan mataku dari memandangnya, sangat menenangkan perasaanku!" sahut salah satu anak buah Austin tersenyum lebar, setelah mereka menatap pintu yang tertutup dengan sedikit kencang.
Plak!
Austin memukul kepala anak buahnya itu, "Kalian seperti tidak pernah melihat perempuan saja! apa kalian tidak sadar! kalau dia sangat ketakutan saat melihat siapa yang berada di ruangan ini? dia memaksakan dirinya bersikap ramah, untuk menutupi rasa takutnya pada kita!"
"Tidak Tuan! kami melihat gadis itu sangat tenang tidak takut sama sekali!" ujar anak buah Austin satu lagi dengan raut wajah yang terlihat sangat yakin sekali.
Plak!
Ia pun mendapat pukulan dari Austin, sama seperti temannya tadi, "Apa kalian tidak lihat tangan gadis itu gemeteran saat melayani kita?!" sentak Austin memandang tajam anak buahnya bergantian.
"Oh!"
Ke dua anak buah Austin seketika terdiam mendengar bentakan Austin. Mereka kemudian saling memandang, mencoba mengingat hal yang terlewatkan soal gadis cantik Pelayan dessert tadi. Mereka tidak melihat tangan gadis itu gemeteran.
Sepertinya mereka terlalu fokus memandang wajah cantik, dan senyuman manis gadis Pelayan yang sangat ramah itu, sehingga tidak memperhatikan yang lainnya pada diri gadis itu.
"Kalian hati-hati kalau memandang seorang wanita, jangan menatapnya dengan lekat tanpa berkedip! sampai kapanpun seorang wanita tidak akan pernah menyukai kalian!" kata Austin dengan tegas.
Austin meraih piring dessertnya, lalu dengan pelan mulai mencicipi dessert, sembari melihat ke luar kaca tempered.
Sementara itu, Freya yang merasakan wajahnya masih memerah, bergegas masuk ke dalam kamar toilet. Ia memandang wajahnya yang merona, lalu membasahi tangannya dengan air.
Ia kemudian menepuk-nepuk kan tangannya yang basah, ke wajahnya yang memerah. Ia masih merasakan dadanya berdegup dengan kencang. Freya kemudian menghela nafas, untuk menenangkan perasaan gugup dan berdebarnya.
Perlahan ia membawa tangannya ke dadanya. Tangan yang tadi tanpa sengaja bersentuhan, dengan jemari Austin yang terasa hangat. Ia genggam dengan erat, sembari menatap wajahnya ke dalam cermin wastafel.
Mata berbinar Freya semakin berbinar, dan senyuman pada bibirnya perlahan semakin merekah. Ia pun mengeluarkan tawa cekikikan manja, karena merasa sangat senang sekali.
Freya semakin menekan tangannya ke dadanya, lalu ia memutar tubuhnya seperti menari, membayangkan tangan besar Austin tanpa sengaja bersentuhan dengan jemarinya.
Tadi ia ingin sekali menatap wajah pria idolanya tersebut, tapi karena saking gugupnya bahkan sampai gemetar, ia tidak sanggup untuk mengangkat wajahnya.
Freya terus memutar tubuhnya sembari tersenyum bahagia, ia benar-benar senang sekali. Tangan Austin yang terlihat bertato, sedikit pun tidak menakutkan di matanya.
"Freya! apa kamu di toilet?" tiba-tiba terdengar suara rekan sekerja Freya dari luar pintu kamar toilet.
Freya seketika menghentikan gerakan berputarnya, ia menurunkan dengan cepat tangannya yang ia tekan di dada. Dan kemudian membenarkan penampilan nya, lalu bergegas membuka pintu toilet.
"Kenapa lama sekali, dessert pelanggan VIP di ruang tiga perlu di antar!" ujar teman Freya, begitu pintu kamar toilet terbuka.
"Oh, oke!" Freya dengan langkah cepat keluar dari toilet, dan pergi untuk mengantar dessert ke ruang VIP.
Bersambung......
Akhirnya Austin ketemu Erick🤗
lanjut