"I love you, om!!
maaf Tari pergi tanpa pamit, karena ternyata selama ini perasaan Tari, bukanlah rasa sayang seorang ponakan pada pamannya, melainkan rasa sayang seorang wanita pada lawan jenisnya, maaf sekali lagi, Tari pergi tanpa pamit, dan semoga kita bertemu setelah Om menikah."
Itu adalah isi surat dari Mentari Putri untuk pamannya yang bernama Andre tian.
Putri pergi tanpa pamit, karena sungguh jika dia harus pamit secara langsung, rasanya tidak mungkin, Tari tidak akan kuat, sungguh.
Sementara itu yang membaca surat langsung meremas surat tersebut dengan sangat kuat, sampai urat ditangannya terlihat mengeras,-
Dan semoga karya saya kali ini, bisa dinikmati banyak pembaca Aamiin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan kaki
Semua sudah siap untuk berangkat namun saat akan masuk mobil masing-masing, Mentari berkata "Gak seru banget kalau kita berangkat terpisah."
"Benar Juga, jadi mobil siapa yang mampu membawa kita semua?" tanya Bayu, meminta pendapat.
"Mobil ku" ucap Andini yang memang mempunyai mobil yang bisa membawa mereka semua, tapi ya gitu yang duduk di belakang harus rela berdesakkan.
"Kamu punya mobil? sejak kapan?" ucap Mentari yang tidak percaya jika Seorang Andini yang katanya orang biasa, harta orangtua tak seberapa tapi kini dia bilang Mobil-ku, dan satu lagi dia tidak melihat mobil lain disekitar rumah Tian selain punya dirinya dan sang Abang.
"Eh, bukan punya aku aku sewa untuk acara hari ini" balas Andini.
"Niat bener, yang ngajak jalan-jalan, lalu dimana mobilnya?" tanya Mentari yang memang tidak melihat mobil yang dimaksud Andini.
"Di bawah, dia tidak bisa bawa mobil dijalan yang menanjak." jawab Aira.
"Lah terus kalian kesini gimana? gak mungkin jalan kaki kan?" ucap Bayu yang belum tahu jika dibawah sana ada tukang Ojek pangkalan.
"Ya engga lah Bang, bisa-bisa gagal rencana kami, kalau kami jalan kalaki kesini." ucap Andini karena jalan menuju rumah tian sangat menanjak, dan selalu membuat takut para pengendara amatir.
"Terus kalian kesini bagai mana? Gak mungkin pakai baling-baling bambu kan" ucap Bayu. yang agaknya berpikir jika tempat tinggal Tian berada dikota tempat tinggal Nobita, yang seingat penulis gak pernah ada tukang ojek.
"Ya ampun, sadar Bang ini bukan di dunia nobita, disini ada yang namanya tukang ojek." ucap Mentari mengingatkan.
"Iya tahu," ucap Bayu
"Oh lagi ngelucu ternyata, sayang tidak lucu, pake baget" balas Mentari.
"Sudah-sudah!!, lebih baik sekarang kita cepat kebawah, biar cepet sampe" ucap Tian yang agaknya sudah pening mendengar obrolan kakak adik yang tidak ada manfaatnya.
"Jalan kaki?" tanya Bayu, dan hal itu ditujukan pada Tian, berharap Tian mengerti maksud ucapannya, yang ingin solusi lain, misal diantar satu-satu kebawah menggunakan motor Tian.
"Iya, ayo biar kalian sehat" ucap Tian dan dia langsung melangkah sebagai pemimpin rombongan.
Semua mulai melangkah dan yang terus menggerutu adalah Bayu, dan jujur sikap Bayu sekarang menurut Mentari agak aneh, berbeda dari biasanya. Tunggu atau jangan-jangan di lagi caper.
Mentari yang ingin meminta pendapat sang Om, tentang sikap Bayu langsung berjalan cepat untuk mensejajarkan langkahnya dengan sang Om, dan setelah sejajar Mentari berkata "Om, menurut Om Bang Bayu kenapa?"
"Maksudnya?" ucap Tian kurang paham karena kurang fokus.
"Is Om ini, itu Bang Bayu kenapa sikapnya aneh, cerewet, so manja, tidak seperti biasanya sebelas dua belas sama Om." jelas Mentari.
"Oh itu" baru sadar "Menurut Om sih dia kaya gitu lagi caper,"
"Tunggu, jadi menurut Om, Bang Bayu menyukai salah satu temen aku?" Sungguh diluar nalar, pikir Mentari, dia baru tahu ternyata seperti ini jika sang Abang tertarik pada seseorang.
Dan setelah mendapatkan jawaban dari Tian pertanyaannya, Mentari pun berniat untuk kembali pada teman-temannya, namun saat melihat kearah belakang, niatnya itu langsung berubah lantaran melihat jika kedua temannya sedang sibuk dengan Bayu sang abang.
Sementara Tian yang berada disamping Mentari, kini sedang menekan degup jantungnya yang kian menjadi lantaran Mentari terus berjalan disampingnya.
"Kenapa selalu seperti ini" batin Tian, yang sadar jika segala sesuatu yang dilakukan pertama kali dengan Mentari selalu membuat jantungnya berdegup kencang, dan dia berpikir sambil menatap kosong kedepan, sampai tidak sadar jika ada mobil dari arah belakang yang ingin lewat, tapi terhalang olehnya.
"Om!!" ucap Mentari sambil menarik tangan Sang Om agar bergeser.
"Iya ada apa?" ucap Tian yang belum sadar akan genggaman tangan Mentari. Karena masih fokus pada mobil yang baru saja melewati dirinya.
"Om itu lagi ngelamunin apa sih, sampai tak dengar suara klakson mobil tadi" ucap Mentari yang penasaran dengan isi kepala sang Om, dan Mentari berbicara masih dengan tangannya yang memegang tangan Tian.
Saat akan menjawab pertanyaan mentari tian terlebih dahulu melihat kearah Mentari, dan dia kini melihat tangannya yang masih digenggam mentari, dan karena darahnya berdesir, tian langsung melepaskan genggaman tangan mentari.
Mentari hanya melongo melihat sikap Omnya itu, apa lagi sang Om langsung berjalan tanpa menjawab pertanyaannya lebih dulu setelah melepaskan tangannya.
"Aku berasa menjijikan" batin Mentari menatap Tian yang mulai menjauh.
jadi cowok munafik banget, sudah jelas tau kalo mentari mencintai nya dan dia pun mencintai nya kenapa gak mutusin indah saja
Sabar terus mau selebar apa tubuhku ini kalau harus sabar terus hik hik hik/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
plissssssss./Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
ku mohon.....
Jadi plis kasih bintangnya dong biar penulis amatir ini semangat nulisnya /Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
satu lagi jang lupa tinggalkan jejak dengan cara vote, dan like. makasih dan sehat selalu.