NovelToon NovelToon
Become The Duchess Of Lala Land

Become The Duchess Of Lala Land

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Reinkarnasi / Time Travel / Dunia Lain / Masuk ke dalam novel
Popularitas:104.2k
Nilai: 5
Nama Author: Harsie Alive

Hahh.... hahh...

arrkkkkhh!! Ampun!! ampun!! sakit sekali!!

kumohon, aku mohon ampun buuu....

Suaraku bergetar memohon ampun pada ibu Tiriku yang menjambak rambutku dan menampar wajahku berkali-kali. Tatapannya yang tajam dan pukulannya yang kasar tak akan ku lupakan bahkan sampai aku mati.

ini kah takdirku? aku hanya ingin hidup bahagia, meski hanya sehari saja. Jika aku hidup kembali, kumohon Tuhan, Langit, Dewa atau apapun itu, kumohon berikan aku setetes kebahagiaan agar dahagaku terpuaskan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harsie Alive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Shuvin Menangis?

Sudah dua Minggu lamanya Shuvin ditinggal sang Duke sendirian di mansion Green Village. Selama dua Minggu itu juga, Shuvin beradaptasi dengan kehidupan disana. Dengan bantuan ingatan pemilik tubuh dia berhasil menyatukan dirinya dengan tradisi dan kebiasaan di desa kecil yang penuh intrik itu.

Kekuatannya dia latih diam-diam saat malam tiba, tapi tak bisa terlalu lama karena panas apinya membuat tidur terganggu.

Shuvin duduk di balkon lantai dua sambil memutar-mutar gelas berisi teh hangat kesukaannya. Dia melemparkan pandangannya ke arah desa yang tampaknya juga kesulitan dalam ekonomi.

"Desa ini sangat indah, jika dijadikan wilayah pariwisata, maka akan memungkinkan tempat ini berkembang pesat!" Gumamnya.

Shuvin teringat akan kejadian hari itu, saat dia bertemu jiwa yang sama dengannya. Perlahan dia mengerti, bahwa ini adalah kehidupannya di dunia yang lain, kehidupan sebelumnya yang juga dia jalani tanpa kebahagiaan.

Bahkan di dunia lain maupun masa depan, Shuvin belum mengecap yang namanya kebahagiaan.

Greepp...

Dia mencengkram pakaiannya penuh amarah. Baik di kehidupan ini, maupun di masa yang akan datang, Shuvin bertekad akan menciptakan kebahagiaannya sendiri.

Walau di kehidupan ini dia diabaikan keluarganya bahkan suaminya, dia tidak akan peduli, dia akan melakukan apa saja dan hidup bahagia sesuai kemauannya.

"Lilian!" Panggilnya pada pelayan pribadinya. Shuvin menempatkan Lilian di sisinya dan membiarkan wanita itu menjalankan rencananya agar Shuvin bisa menangkap sosok dibaliknya. Licik namun beresiko.

Seorang pelayan berwajah lembut dengan rambut cokelat di kepang dua memasuki ruangan Shuvin sambil membungkuk hormat.

"Ada apa nyonya," tanya Lilian takut dan gugup apalagi mengingat kejadian dua minggu lalu.

"Panggilkan semua orang di kediaman, minta mereka berkumpul di ruang kerjaku!" Ucap Shuvin.

Lilian terkejut, mengurus kediaman adalah hal yang paling dibenci oleh Shuvin sehingga tanggungjawab itu untuk sementara dialihkan kepada kepala pelayan atau biasa disebut butler.

Lilian menatap nyonya nya dengan wajah penasaran, tapi tak mengeluarkan pertanyaan. Mengerti akan tatapan Lilian, Shuvin bangkit berdiri sambil tersenyum.

"Mulai hari ini aku akan mengelola kediaman juga desa ini, aku akan melakukan tugas dan tanggung jawabku sebagai seorang Duchess,' terangnya agar Lilian paham.

Wajah Lilian sontak berbinar, belum pernah dia melihat aura kharismatik dan percaya diri yang ditunjukkan Shuvin saat ini. Dia benar senang karena majikannya akhirnya mulai menunjukkan dirinya. Tentu saja semua itu palsu.

"Baik nyonya!!!" Seru Lilian penuh semangat.

Shuvin tertawa geli," aku yang mulai bekerja, tapi dia yang paling semangat, senyuman palsunya sangat jelas," gumamnya sambil geleng-geleng kepala.

Seperti yang disebutkan Shuvin, semua orang kini berkumpul di ruang kerja keluarga dalam mansion itu.

Tiga dayang utama Shuvin berbaris paling kanan bersama Butler, kepala dapur dan para penjaga, di sisi kiri para pelayan mulai dari pelayan dapur, pekerja rumah, pekerja taman berbaris rapi menunggu sang majikan. Kepala dapur yang sudah tua itu sudah memutuskan pensiun seminggu lalu dan Shuvin menerimanya dengan baik.

Dua dayang Shuvin lainnya memutuskan keluar dari kediaman itu dan Shuvin tidak mempermasalahkannya.

"Apa lagi yang mau dilakukan nyonya besar ini!" Celetuk Lera dengan nada sedikit keras. Dia memang paling senang menantang maut.

"Shshttt jangan berisik!" Tegur Silva seraya menyenggol lengan Lera.

Lera hanya mendengus mengerucutkan bibirnya, dia belum sepenuhnya percaya pada Shuvin tapi tak rela jika harus meninggalkan Shuvin, sungguh aneh bukan?

"Baiklah, dengan segala hormat atas wilayah Lala Land, sebelumnya aku, Duchess of Lala Land meminta maaf dengan tulus atas semua kekacauan dan keributan yang ku perbuat di masa lalu!" Ucap Shuvin seraya membungkuk dengan tulus.

Tentu mereka semua terkejut dengan ucapan Shuvin ini. Seorang majikan meminta maaf pada anak buahnya, hal yang tidak pernah terjadi dalam sejarah kekaisaran Chester!

"Nyo-Nyonya jangan seperti ini!" Ucap mereka tak enak hati.

Shuvin tersenyum, belakangan ini dia memang banyak tersenyum sampai membuat semua orang terpana dengan auranya.

"Jadi kalian mau tidak memberiku kesempatan kedua?" Tanya Shuvin penuh harap.

Yang pertama kali dia lakukan tentunya adalah membangun kembali hubungan yang baik dengan pelayan di kediamannya.

Mereka semua saling menatap satu sama lain. Perubahan Shuvin selama dua minggu ini memang sangat drastis, dan wanita itu tidak lagi seperti dulu.

"Tentu nyonya !" Balas mereka serentak menyambut Shuvin dengan senyuman.

Entah karena merasa diterima atau tubuh itu juga merasakannya, buliran bening dari pelupuk mata Shuvin mengalir begitu saja saat mereka mengatakannya.

" Waduhh... Kalian gak asik!" Celetuk Shuvin sambil menyeka air matanya dengan jemarinya.

"Nyonya...." Ucap mereka khawatir.

Wanita itu kembali tersenyum dan menatap mereka satu persatu. Awal yang baru selalu saja mengharukan.

"Baiklah, mulai hari ini, mari kita bekerja sama demi wilayah Lala Land!" Ucap Shuvin yang sudah siap melaksanakan tanggung jawabnya baik sebagai Princess of Savna maupun Duchess of Lala Land.

"Juan, bawakan seluruh buku keuangan ke ruangan kerjaku, Lera dan Silva bawakan semua buku yang berhubungan dengan ekonomi dari perpustakaan,"

" kalian berdua akan menjadi asistenku, lalu Michelle akan melakukan pengawasan langsung pada desa ini,"

" Ku dengar ada masalah terhadap persiapan pangan untuk menghadapi musim dingin, tolong segera kalian cek dan pastikan kekurangan dan masalahnya," ucap Shuvin.

"Dan kau Lilian tetap di sisiku!" Titahnya. Lilian tidak boleh lepas dari pengawasan nya.

"ba-baik nyonya," balas Lilian terkejut .

"Sial, bagaimana caranya aku mengirim laporan? Wanita licik ini selalu menempel padaku seperti parasit!" Umpat Lilian dalam hati.

Lagi-lagi mereka tercengang, setahu mereka, Shuvin tidak peduli dengan desa yang sudah mereka tempati selama hampir sebulan itu.

Tujuan Duke datang ke sana juga untuk mengatasi masalah pangan terutama krisis akibat serangan negara tetangga di area perbatasan itu.

"Nyonya, bagaimana anda bisa tahu semua itu?" Tanya Butler Juan terheran.

"Meski aku tidak peduli, tapi aku punya telinga Juan," ucapnya yang sontak menutup mulut semua orang yang ada di sana.

Semua pelayan melakukan persis seperti yang diperintahkan oleh sang Duchess. Meski sedikit kebingungan akan apa yang sedang direncanakan oleh Duchess, mereka tetap melakukannya dengan baik.

Di ruangannya Shuvin tengah berbincang dengan Juan si Butler, Countess Lera dan Countess Silva serta kepala dapur dan kepala keamanan.

Lilian?

Dia sedang diperintahkan membersihkan kandang kuda bersama para ksatria. Shuvin benar-benar membuatnya menderita.

"Nyonya, apa yang sedang anda rencanakan!" Tanya Lera dengan nada curiga.

"Jangan-jangan setelah kepergian Duke, anda berniat membakar desa ini!" Tukas Lera sambil menatap sang Duchess tak senang.

Shuvin memijit batang hidungnya, memang mulut Lera yang paling sarkas di antara semua bawahannya.

" Aku akan membuat desa ini menjadi pusat perekonomian dan menciptakan perdamaian dengan negeri tetangga!" Ucap Shuvin penuh tekad.

Brakk!!!

Juan spontan memukul meja saking terkejutnya dengan ucapan konyol sang Duchess. Bagaimana mungkin desa terpencil dengan resiko perang tinggi bisa menjadi desa yang makmur? Tentu ini hanya angan-angan semata.

"Nyonya ucapan anda terlalu konyol!" Ucap Juan.

"Anda mungkin selama ini hidup melimpah di kekaisaran sampai anda tidak tahu betapa menyedihkan nasib rakyat di desa ini, tujuan Duke membawa anda ke desa ini hanyalah sebagai simbol perdamaian, "

"Tapi kita tidak dapat menciptakan perdamaian itu!" Ucap Juan.

"Membangkitkan ekonomi dan menciptakan perdamaian adalah mimpi belaka nyonya!" Ucapnya tak sabaran.

"Benar, ide anda terlalu berlebihan nyonya,"

"Saya tidak tahu apa yang merasuki anda beberapa hari ini, saya bersyukur sifat jahat anda sedikit berkurang, tapi saya tidak setuju dengan ide anda, "

"Atau jangan-jangan anda hendak menjatuhkan desa ini!?" Balas Lera berapi-api.

Suasana hening seketika memenuhi ruangan itu. Shuvin juga terdiam melihat kedua orang itu sedang menekannya. Sedang Silva, dan Kim si kepala dapur hanya menjadi pendengar saja.

"Baiklah, kalau begitu kalian saja yang menjadi Duchess!" Ucap Shuvin sambil bangkit berdiri lalu pergi dari sana tanpa ekspresi.

" Du-duchess...." Panggil Silva khawatir.

"Kalian berdua terlalu berlebihan, nyonya baru saja menunjukkan ketertarikannya pada desa ini, tapi kalian langsung memutus semangatnya!" Tegur Silva pada Butler Juan dan Countess Lera.

Lera dan Juan mendengus kesal tapi juga merasa bersalah. Nyonya mereka yang manja itu tentu saja belum tahu menahu soal desa itu, tapi mereka malah menekan sang nyonya begitu kuat.

"Sial!"

"Sejak dia memilihku menjadi dayangnya, aku tak berhenti waspada setiap dia melakukan sebuah tindakan!"

"Kalian tahu sendiri kan, Duchess sangat sulit ditebak, kepribadiannya benar-benar kacau!" Adu Lera dengan wajah pasrah.

"Sudahlah, bukankah kita berniat memberi kesempatan, kita ikuti saja!" Nasehat Kim pada Juan dan Lera.

Sementara itu, Shuvin masuk ke dalam kamarnya sambil mengucek matanya.

"Nyonya, anda menangis?" Tanya salah satu pelayan khawatir.

Shuvin menoleh dengan mata sembab dan berkaca-kaca," Dasha, ternyata kau... Arhhh... Sial!!!"

1
Narimah Ahmad
bru mulai ni,😍
Ririn Santi
kecolongan lg deh
Ririn Santi
hahahaha.......gak kuat ketawa, sakit perutku guling guling
Ririn Santi
pangeran kodok udah se frekuensi dg si gadis random
Nur Hayani
terharu sekali melihat keluarga Evan apalagi istrinya shuvin
Ririn Santi
benar" menegangkan
Ririn Santi
hahaha..... wir bang Toyib pulang
Ririn Santi
hais kurang kerjaan bgt , ngapain coba pakai ngicipin bulu pengerat begitu sih
Ririn Santi
kampret, Cok, hah ....random bgt si sulvin ini
Ririn Santi
haaaah .. sak karepmu lah shuv...shuv....
Ririn Santi
buat si duke kejedug dan menyesal sedalam dalamnya shuv
Ririn Santi
hahaha .....
hancur...hancur hatiku...😁😁😁😁
Ririn Santi
terharu, jd pingin nangis hiks...hiks....
Ririn Santi
toeng....toeng....
Ririn Santi
pada kagok pelayannya😁
Putri Kemuning
akhirnya.....
terimakasih thor sudah membuat karya ini
Nsaa Indri
the end .bahagia deh
Musdalifa Ifa
seru
mobilbutut11
Author semangat yaaa cepet² up kalo bisa bikin season 2 pliss harus sih ini,AYO SEMUANYAAA DUKUNG TERUS AUTHOR SIAPA TAU DIBIKININ SEASON 2/Pray/

SEHAT² SEMUANYA/Smile/
✨rossy
mampirrrrrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!