Istri Kecil Gus Zayyan

Keesokan hari nya Zayyan mengantar Fira, umi dan salah satu penanggung jawab dapur pondok. Mereka berbelanja untuk keperluan pondok. Karena hari ini hari Minggu jadi Fira bisa ikut membantu umi.

"Zay, kamu bersama Fira tolong ambilkan barang-barang ini yah nak!" umi menyerahkan selembar kertas catatan bahan apa saja yang akan di beli. Umi dengan mbak Hanum sebelah sana." Sambung umi.

Mereka pun berpisah kemudian mencari bahan yang sudah tercatat.

"Ayo." Zayyan menggandeng tangan Fira dan sebelah tangannya mendorong troli.

"Lepasin mas, malu tau." ucap Fira ketus.

"Kamu malu punya suami seperti aku?"

"Bukan begitu, mas kan tahu aku masih sekolah, jika ada yang lihat aku jalan sama mas gimana, bisa disangka sugar baby aku nya." Ucap Fira.

"Mas tidak setua itu utk dikatakan sugar Daddy." Ucapan Fira seolah ia adalah pria yang sudah berumur, padahal usia nya baru menginjak dua puluh delapan tahun.

"Tau ah," Fira memakai masker untuk menutupi waja

Zayyan menghela nafas, ia hampir saja lupa siapa yang ia nikahi itu.

"Maaf ya fir, mas hampir saja lupa jika kamu masih sekolah." ucap zayyan.

Melihat penyesalan Zayyan, Fira pun merasa tidak tega." Ya udah jalan yok! Ajak Fira berjalan menuju rak bumbu dapur. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan agar tidak terbawa suasana.

"Emang mas paham tentang bumbu dapur?" Tanya Fira sambil berjalan bersisian dengan Zayyan.

"Paham dong, apa sih yang mas gak bisa." ucap Zayyan tertawa untuk menghilangkan kesunyian.

"Masa? mana buktinya" Tantang Fira.

"Kalau mas benar gimana?"

"Ya gak gimana-gimana, aku hanya ingin tahu." gerutu Fira.

"Ya sudah ayok." Zayyan mengambil barang yang tertulis ia masukkan kedalam troli.

Fira menganga melihat kepiawaian Zayyan dalam berbelanja, sungguh laki idaman banget.

Akhirnya sepanjang jalan mereka pun berbincang, mereka sudah seperti suami istri yang saling mencintai. Mereka juga masuk ke area fruit and dairy, disana mereka memilih buah dan kebutuhan lainnya.

"Mas aku mau buah naga, anggur, guava, juga semangka." tunjuk Fira pada buah buah itu.

"Okey, mas akan belikan untuk kita di rumah". Zayyan pun memilih buah-buah itu dan menimbangnya. Fira hanya santai mengamati tanpa mau membantu.

"Mas, aku mau ini juga." tunjuknya pada puding coklat premix.

"Kamu suka puding?" tanya Zayyan.

"Suka benget, boleh ya" rayu nya. Ia merengek seperti anak kecil yang sedang minta jajan.

"Ya sudah, ambil apapun yang kamu mau!" Jawab Zayyan. Ia senang istrinya mau meminta padanya. Dengan begitu ia merasa telah menafkahi Fira.

Disuruh seperti itu, Fira pun mengambil apa pun dia inginkan tanpa ragu. Ia tidak peduli apakah. zayyan mampu membayarnya atau tidak.

"Ya ampun, ini semua barang kamu butuhkan atau hanya keinginan kamu Fira?" Tanya zayyan. Troli mereka sudah hampir penuh dan sebagian adalah kebutuhan Fira.

"Ya kebutuhan aku lah, mas gak tahu kalau kebutuhan wanita itu banyak? makanya kalau mau nikah tu di pikir dulu, jangan sampai gak bisa nafkahi istri". Ucap Fira tanpa basa-basi.

Pletak

Zayyan langsung menepuk kening fira. "Kalau ngomong itu di jaga mulutnya." Ucap Zayyan kesal.

"Loh kenapa? sakit tau!" Fira pun kesal sambil mengusap keningnya.

"Siapa bilang mas gak bisa nafkahi kamu? kamu mau beli apa silahkan, mas sanggup." Ucap Zayyan. Sebagai laki-laki, ia merasa tersinggung ketika kemampuannya untuk menafkahi istri di ragukan.

Setelah itu mereka bertemu dengan umi dan mbak Hanum dan pergi ke kasir untuk membayar semua belanjaan mereka. Kemudian mereka pulang.

Sesampainya di rumah Fira langsung menuju kamarnya, dan Zayyan menyusulnya.

"Mas mau ngapain?" Tanya Fira saat suaminya ikut masuk.

"Mau bobo sama kamu." Sahut Zayyan kemudian melepaskan bajunya.

"Mas jangan macam-macam yah, masa masi siang udah mesum." Fira salah tingkah saat melihat suaminya melepas baju.

Zayyan tersenyum sambil melempar baju itu ke wajah Fira. "Kamu tuh yang mesum! cuma lihat suaminya buka baju aja dah panik." Sahut Zayyan lalu mengambil handuk dan langsung kekamar mandi.

"Ohh... dia mau mandi!" gumam fira malu. Kemudian ia menghirup sisa aroma harum yang masih tersisa di baju suaminya. "Dia pake parfum apa sih, kok wanginya enak?" tanya nya dalam hati, selama ini ia tidur dengan Zayyan membuat ia nyaman menghirup aroma ini, sehingga ia tidur dengan nyenyak.

Selesai mandi Zayyan memasang baju di depan Safira tanpa malu membuat Fira memalingkan wajahnya karena malu. Ia malu melihat tubuh Zayyan. "Bisa gak kalo pake baju di kamar mandi". Gerutunya kesal.

"Sudah selesai", Zayyan menghampiri safira. "mas mau ke halaman belakang pondok, kamu mau ikut gak?" tanya nya pada Fira.

"Belakang pondok? ngapain?" Fira mengerutkan dahi nya.

"Hari ini kan Minggu, ada ekskul memanah." ucap Zayyan. Selama Fira mondok sebenarnya ia sudah tau ada ekskul itu namun ia enggan untuk ikut bahkan melihat nya saja pun.

"Enggak, males." Jawabnya dan langsung berbaring.

"Ya udah, mas pergi dulu assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Saat sudah kepergian zayyan Fira nampak berfikir jika disana pasti banyak santriwati genit yang suka cari perhatian suaminya.

"Jika mereka menggoda suami gue gimana?" gumamnya berfikir, tanpa sadar ia takut jika suami nya di goda wanita lain. "Ah tidak, gue harus kesana." Ucapnya dan langsung pergi menyusul Zayyan ke halaman belakang pondok.

Sesampainya di sana ia tidak mendapati suami nya, mata nya mencari keberadaan Zayyan namun tidak ia temui. "Kemana dia? katanya mau lihat anak-anak memanah." Ucap nya dalam hati.

"Fira, sini" panggil Julia melambaikan tangannya. Melihat Julia dan eli ada disana ia pun menghampiri.

"Kamu mau ikut fir?" tanya Eli yang sambil memegang panah untuk membidik sasaran.

"Enggak, gue cuma mau lihat-lihat aja." Sahut Fira.

"Yah meleset." Pekik Eli saat anak panahnya tidak tepat sasaran.

"Anti mau coba gak fir? seru tau." Julia membujuk.

"Tidak" Jawabnya dengan mata yang masih mencari sosok Zayyan.

"Hey Julia, antum gak usah suruh dia nyobain, cewek manja kayak dia mana bisa memegang panah, bisanya cuma main dan ngelayap gak jelas," Ucap ayu yang tiba-tiba langsung meremehkan.

"Ayu apaan sih kamu tu." Cela Julia tidak suka sahabat nya di remehkan.

"Kenapa? memang benar kan. Dia cuma anak manja yang urakan." Sahut ayu sinis.

"Jangan sotoy lo, siapa elu yang bisa memvonis dan menilai gue ini itu?" Balas Fira kesal karena ayu yang selalu mencari gara-gara dengannya.

"Lo mau lihat gue memanah kan? oke akan gue tunjukin." Balas Fira.