Niat awal Langit ingin membalas dendam pada Mentari karena telah membuat kekasihnya meninggal.Namun siapa sangka ia malah terjebak perasannya sendiri.
Seperti apa perjalanan kisah cinta Mentari dan Langit? Baca sampai tuntas ya.Jangan lupa follow akun IG @author_receh serta akun tiktok @shadirazahran23 untuk update info novel lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shadirazahran23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Langit berdiri di depan pintu ruang tindakan, tubuhnya kaku, matanya terus mencoba mengintip dari celah kaca buram,berharap bisa melihat bagaimana dr. Rey berjuang menyelamatkan Minara.
Tangannya mengepal kuat, napasnya tak lagi beraturan.
Sementara itu Mentari duduk gelisah di kursi tunggu tak jauh dari sana. Wanita itu beberapa kali berdiri, lalu kembali duduk. Sesekali ia melakukan hal yang sama,mengintip dari balik jendela kecil,namun yang terlihat hanyalah bayangan dokter dan perawat yang berlalu-lalang dengan langkah tergesa.
Ia hanya bisa pasrah, menundukkan kepala, jemarinya saling bertaut erat.
“Selamatkan dia, Tuhan…,” ucap Langit lirih, nyaris seperti bisikan putus asa.
“Aku hanya punya dia.”
Mentari menatap pria itu lama. Ia terdiam, hatinya terasa diremas. Langit yang selama ini ia kenal,dingin, arogan,kini berdiri rapuh di hadapannya. Tak ada topeng kekuasaan, tak ada nada tinggi. Yang tersisa hanya seorang ayah yang takut kehilangan segalanya.
Waktu berjalan lambat, seakan sengaja menyiksa.
Satu jam berlalu dalam kecemasan yang menyesakkan.
Hingga akhirnya...
klik.
Pintu ruang tindakan terbuka.
Dr. Rey melangkah keluar, masker masih menggantung di lehernya, wajahnya lelah namun sorot matanya tenang. Langit dan Mentari serempak berlari kehadapanya.
“Rey?” suara Langit serak, hampir tak keluar.
Dr. Rey menarik napas dalam sebelum berkata,
“Kondisinya sudah stabil… tapi dia masih harus dirawat intensif.”
Langit terdiam sesaat, lalu tubuhnya melemah. Ia menutup wajahnya, bahunya bergetar lega sekaligus takut.
Mentari spontan menutup mulutnya, air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh.
“Terima kasih,Rey… terima kasih,” ucap Langit lirih, penuh syukur.
Dr. Rey mengangguk pelan.
“Dia anak yang kuat."
Dr. Rey menatap wanita yang berdiri di sisi Langit. Tatapannya seolah menelusuri ingatan lama.
“Kamu Mentari, kan?” tanyanya pelan.
Mentari mengangguk, sedikit terkejut.
“Dokter tau saya?”
“Tentu saja aku tau” jawab Dr. Rey tanpa ragu. Nada suaranya tenang, namun ada keseriusan di baliknya. “Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan pada kalian. Bisa ikut ke ruanganku sebentar?”
Mentari terdiam. Wajahnya dipenuhi tanda tanya.
“Ada apa?” tanya Langit, keningnya berkerut penuh rasa penasaran.
Dr. Rey meliriknya sekilas. “Ah, ikut saja. Nanti kamu akan tahu. Kamu juga, Mentari.”
Langit dan Mentari saling berpandangan, sama-sama tak mengerti. Namun sebelum sempat bertanya lagi, Dr. Rey sudah berbalik dan melangkah lebih dulu, seolah tak memberi ruang untuk penolakan.
“Mina gimana,Rey?” suara Langit tertahan, jelas tak ingin beranjak dari dekat putrinya.
“Ada perawat yang akan menjaganya,” jawab Dr. Rey singkat namun meyakinkan. “Percayalah, ini juga demi kesembuhan Mina.”
Langit menarik napas panjang. Dengan berat hati, ia akhirnya melangkah menyusul dan Mentari mengikuti di belakang.
Di ruang dokter,
Mentari dan Langit duduk berhadapan dengan dr. Rey. Suasana hening, hanya suara pendingin ruangan yang terdengar samar. Pria berjas putih itu lalu menyodorkan sebuah amplop berwarna putih ke hadapan Mentari.
Keduanya saling berpandangan, dahi berkerut dalam kebingungan.
“Apa ini?” tanya Mentari ragu, sebelum akhirnya membuka isi amplop tersebut.
“Aku baru menerimanya tadi pagi,” ujar dr. Rey tenang. “Sebenarnya aku ingin segera menghubungimu, Lang. Aku ingin menyampaikan kabar ini… tapi Minara lebih dulu mengalami kondisi kritis.”
Langit tak menanggapi. Perhatiannya sepenuhnya tertuju pada wajah Mentari,pada perubahan ekspresi wanita itu saat membaca selembar kertas di tangannya.
“Dokter… aku tidak mengerti,” ucap Mentari lirih.
Dr. Rey menautkan jemarinya di atas meja. “Kamu masih ingat beberapa minggu lalu kamu melakukan tes untuk donor sumsum tulang?”
Mentari mengangguk pelan. Ia mengingatnya dengan jelas.
“Lalu?” potong Langit tak sabar, dadanya berdebar.
“Hasil HLA Mentari cocok dengan Minara, bahkan hampir 100%” jawab dr. Rey tegas. “Dengan kata lain… Mentari bisa menjadi pendonor untuk putrimu.”
Mentari refleks menutup mulutnya, matanya berkaca-kaca.
Sementara Langit memejamkan mata, menarik napas panjang antara terkejut, lega, dan takut bercampur jadi satu.
“Jadi… Minara yang membutuhkan donor sumsum itu, Dok?” tanya Mentari, suaranya bergetar.
Dr. Rey mengangguk pelan.
“Aku dan Langit sudah melakukan segala cara untuk menemukan donor yang cocok,” lanjut dr. Rey. “Namun sejauh ini belum ada hasil. Dan sekarang… hanya kamu, Mentari.”
Ia berhenti sejenak, memberi ruang bagi keheningan yang berat.
“Apa kamu bersedia,” ucapnya akhirnya, menatap Mentari dengan penuh harap,
“mendonorkan sumsum tulangmu untuk Minara?”
Ruangan itu kembali sunyi.
Semua mata tertuju pada Mentari.Terutama Langit yang sangat berharap padanya.
Dan ketika wanita itu mengangguk lirih, rasa lega seketika menyergap Langit. Dadanya bergetar. Ia kembali memejamkan mata, membiarkan air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh.
Tak pernah ia sangka,wanita yang pernah ia sakiti, yang ia siksa dengan kata dan sikap, bahkan nyaris ia habisi,kini justru berdiri sebagai satu-satunya harapan bagi putrinya.
“Terima kasih, Tari,” ucap Langit lirih, suaranya pecah oleh penyesalan.
Di balik wajah Mentari yang tampak datar, Langit menangkap sesuatu yang tak ia duga,senyum tipis yang tulus.
Setelah berbincang beberapa menit, Langit dan Mentari pun berpamitan. Mereka berniat kembali ke ruang Minara.
Namun sebelum sempat melangkah.
“Lang, ada yang ingin aku bicarakan denganmu,” ucap dr. Rey tiba-tiba, nadanya berubah serius.
Mentari menoleh, menatap keduanya bergantian. Ia menangkap ketegangan yang mendadak muncul di wajah dokter itu.
“Kalau begitu, aku ke ruang Minara duluan,” ucap Mentari pelan.
Langit mengangguk singkat.
Mentari melangkah keluar, pintu tertutup perlahan di belakangnya.
Setelah memastikan wanita itu benar-benar pergi, dr. Rey dan Langit kembali duduk. Suasana kembali hening.
Dr. Rey menatap Langit lama, seolah menimbang kata-kata yang akan ia ucapkan. Lalu, dengan gerakan pelan, ia mengeluarkan sebuah amplop lain dan meletakkannya di hadapan Langit.
Dan Langit hanya menatap amplop itu tanpa menyentuhnya.
*
Malam itu, ruang rawat inap terasa begitu sunyi. Hanya bunyi pelan alat deteksi yang terpasang di tubuh Minara tit… tit…menjadi satu-satunya suara yang menemani waktu.
Langit berdiri di sisi ranjang, menatap gadis kecil yang selama ini menjadi pelipur laranya. Wajah Minara pucat, napasnya naik turun pelan, membuat dada Langit terasa sesak setiap kali melihatnya.
Pandangan pria itu kemudian berpindah pada wanita yang tertidur di sisi ranjang. Mentari tampak lelap, duduk bersandar di kursi, jemarinya masih menggenggam tangan Minara yang terhubung dengan selang infus.
Perlahan Langit membuka jasnya, lalu menyelimutkan di punggung wanita itu dengan pelan.
"Aku tidak punya pilhan lain, maafkan aku."Bisiknya lirih.
Bersambung...
Kira-kira Langit dan Dr.Rey ngobrolin apa ya? Tunggu di bab selanjutnya.
mentari menjadi tumbal kekasihnya
hampir runtuh,,,jadi Abi pura pura koma
kayanya pakai seragam polisi nya makanya di kira penjaganya dan pasti
pergi pelan pelan mungkin juga ada teman nya yang membantu nya,,,apa pakai ilmu
menghilang 😄 kocak si baru akan bahagia kupikir tidak selamat tapi biar selamat tetapi namanya tupai melompat
suatu hari akan terjatuh jadi biarlah
kena tuai dulu,,, jahat
sangka kan ternyata yang katanya orang
tua tidak menjerumuskan anak anak nya
nah sekarang entu malah benar benar di
dorong ke jurang kesakitan senang sesaat
kesakitan seumur hidup,,,, manusia emng
ga ada yang sempurna tetapi harus kita
ingat kepada sang pencipta karena beliau
yang punya segalanya,,,,nasib sudah di
tanggung badan mana ada kata ampun
sudah dah kehendak ilahi takdir,,🥺
orang baik cuma ambisi mama nya dan
Abi mencintai gadis miskin mentari bubedesss ga terima harus selevel
dan kini justru tidak dapat kan apapun
karir ancur hidupnya masih kembang kempis,,,,antara hidup dan mati hanya
keajaiban tetapi hidup nanti akan di
masukan ke hotel juga wahhh ngenes
lama menerima perasaan pait dan getir
jadi buat bubedesss dan Abi saja yang pait gantian Langit pun sudah berbesar hati merawat Mina yang lemah,
sudah menjadi pasangan suami istri jadi
mentari tidak harus takut atau was was
lagi karena sudah ada bodyguard sekali
Gus Suami Langi sang pangeran berkuda
telah menjemput mu di kala hati terluka
dan mulai saat ini jangan lagi resah di
kemudian hari akan selalu bersama hingga menua bersama menjadi pasangan
yang solid dan penuh kebahagiaan dan
kini sudah ada pendamping ada anak yang
harus di jaga,,, semoga benih nya langsung jadi tumbuh 🤣❤️lope lope sekebon bunga' 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
belum menemukan nya. ternyata sudah tau milina di besarkan Pangit,
dan mentari akan hidup bersama Anak dan ayahnya yang mengadopsi putrinya
semoga cepat ya Lang. ,,,mumpung
nenek lampir bubedesss belum menemukan. cucunya yang sudah di buang,,, ayo mentari sebentar lagi ada
yang akan selalu mendampingi mu
dan ada malaikat yang butuh kasih sayang
kalian berdua dan yang mau di laporkan
koma over dosis dan bubedesss juga
jadi penjaga bahaya,
hidup segan mati pun mau,,,dan bubedesss merasakan penyesalan
panjang jadi sama sama tersiksa dengan
masa lalunya,
kira mentarilah yang sudah membunuh sila ternya Abi ,,,dan mentari yang di jadi
kan kambing hitam oleh Abi demi jabatan
agar tidak gugur,,,,maka itu langit kerja
sama dengan makdes,,,, untuk mengambil
putrinya mentari tak lai tak bukan adalah
cucunya sendiri ,,,, sekarang langit yang
beruntung bisa dapat. mentari dan putrinya biarpun lain Ayah' ga masalah
to 👍👍 semangat