Alana Xaviera merasa seperti sosok yang terasing ketika pacarnya, Zergan Alexander, selalu terjebak dalam kesibukan pekerjaan.
Kecewa dan lapar akan perhatian, dia membuat keputusan nekad yang akan mengubah segalanya - menjadikan Zen Regantara, pria berusia tiga tahun lebih muda yang dia temui karena insiden tidak sengaja sebagai pacar cadangan.
"Jadi, statusku ini apa?" tanya Zen.
"Pacar cadangan." jawab Alana, tegas.
Awalnya semua berjalan normal, hingga ketika konflik antara hati dan pikiran Alana memuncak, dia harus membuat pilihan sulit.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7 : TCB
Alana berdiri diam, matanya fokus menatap bangunan rumah yang berdiri sendirian di tengah lahan yang sedikit tumbuh semak. Pintu kayu yang kusam, cat tembok yang sudah memudar total serta tidak adanya cahaya yang menyala seolah menandakan jika rumah itu tidak berpenghuni.
"Zen."
Zen menahan langkahnya saat pintu rumah itu sudah terbuka lebar, dia menoleh pada Alana dan melihat ketakutan diwajahnya.
"Aku takut, kita kembali ke mobil saja," Alana memegangi lengan Zen dengan kuat.
"Kita coba masuk dulu ya, siapa tahu kita bisa bermalam disini," Zen memindahkan tangan Alana kedalam genggamannya, melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah tersebut dengan satu tangannya lagi memegang handphone yang dia gunakan sebagai senter.
Sebelumnya Zen sudah mencoba menghentikan mobil yang melintas, namun tidak ada satupun mobil yang mau menghentikan laju kendaraan mereka. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membawa Alana mencari penginapan untuk bermalam. Namun sayangnya tempat yang mereka lalui itu sepi dan jauh dari keramaian kota hingga mereka tidak menemukan keberadaan hotel disekitar tempat itu.
Zen menyorotkan senter handphonenya pada sudut-sudut tembok yang terdapat banyak sarang laba-laba, ruangan itu nampak rapi meskipun kotor dengan debu karena memang tidak pernah dibersihkan.
"Kita menginap disini," putus Zen.
"Tidak!" tolak Alana cepat, "Aku tidak mau tidur dirumah berdebu."
"Aku akan membersihkannya." ujar Zen. "Ini sudah jam berapa, kita tidak mungkin keluar lagi untuk mencari penginapan. Penginapan jauh dari sini, Alana."
"Ini salah kamu!" sahut Alana kesal, menurunkan tangannya dari lengan Zen dengan gerakan cepat. "Kenapa kamu membawaku pergi naik kereta gantung ditempat yang jauh!"
Zen menghela napas, dia juga tidak menduga akan ada kejadian seperti ini. Ban mobil bocor dan akhirnya mereka harus terjebak disana.
"Kita kembali ke mobil saja." suara Alana terdengar pelan. "Kalau tidak ada mobil yang mau berhenti untuk menolong, kita tidur dimobil."
Zen tidak menjawab, sebenarnya dia bisa saja pergi sendiri untuk mencari bantuan, tapi dia tidak berani meninggalkan Alana sendirian di mobil. Akan sangat berbahaya meninggalkan wanita sendirian ditempat sepi seperti ini.
Zen melangkahkan kakinya dan mulai mencari-cari sesuatu yang bisa dia gunakan untuk membersihkan rumah tersebut. Ketika menemukan sapu dibelakang pintu, dia mulai menyapu lantai yang berdebu setelah sebelumnya menyalakan lilin yang dia temukan di salah satu laci lemari.
Ditempatnya berdiri, Alana hanya menatap tanpa berniat membantu. Sementara Zen mulai menggelar tikar yang dia temukan di salah satu kamar yang ada dirumah itu, dia hanya akan menggunakan ruangan depan untuk bermalam.
Zen kembali berdiri dengan tegak dengan napas sedikit tersenggal akibat rasa lelah setelah beberes.
"Sudah siap, sekarang kamu bisa istirahat," ujarnya, menatap pada Alana yang masih setia berdiri disana dengan wajah masamnya.
Alana menatap sekilas pada tikar yang sudah terpasang, lalu memalingkan wajahnya dengan kedua tangan yang dia lipatkan didada. "Tidak mau! Aku tidak mau tidur disitu."
Zen menaikkan bahunya, "Ya sudah, kalau kamu tidak mau ya biar aku saja yang tidur. Aku lelah,"
"Zen!"
Zen tak menghiraukan panggilan Alana, dia membaringkan tubuhnya terlentang di atas tikar dengan satu tangannya yang dia pakai sebagai bantalan kepala. Namun, melihat wajah Alana yang seperti ingin menangis, Zen merasa tidak tega dan kembali bangun. Dia segera menghampiri wanita itu.
"Malam ini saja, aku akan jagain kamu," ucap Zen lembut dengan tatapan memohon. Dia tahu Alana juga merasa lelah setelah seharian ini mereka pergi jalan-jalan.
"Aku tidak bisa tidur kalau tidak ada AC," ucap Alana.
"AC ya," Zen menggaruk pelipisnya dan nampak berfikir. "Tunggu disini sebentar, sepertinya tadi aku melihat sesuatu dibelakang yang bisa kita jadikan kipas untukmu."
Zen meninggalkan Alana sendiri diruang depan, setelah beberapa saat dia kembali dengan membawa tutup panci berbahan aluminium yang dia ambil dari dapur.
"Berbaringlah, aku akan mengipasimu dengan ini," ujarnya seraya menunjukkan tutup panci yang dia pegang.
Alana menatap dengan mulut yang sedikit menganga, sejak kapan tutup panci bisa dijadikan kipas? Namun, sebelum dia sempat memprotes, Zen sudah lebih dulu menarik tangannya dan mendudukkannya di atas tikar, kemudian Zen menutup pintu rapat, setelahnya dia ikut duduk di sebelah Alana.
"Ayo berbaring, aku akan mengipasimu supaya kamu bisa tidur dengan nyenyak," ujar Zen, dia sudah siap dengan tutup panci ditangannya.
"Mengipasi apanya? Ini tutup panci, Zen!" sahut Alana.
"Lihat ini," Zen mengibas-ngibaskan tutup panci itu didepan wajah Alana. "Berasa kan anginnya,"
"Sekarang berbaring dan tidurlah, malam ini aku akan terjaga untuk menjagamu," perintahnya dengan nada lembut.
Sebenarnya Alana merasa tidak nyaman tidur ditempat seperti itu, tapi dia sudah sangat lelah dan tidak ingin berdebat lagi. Dengan ragu-ragu Alana mulai membaringkan tubuhnya miring menghadap ke arah Zen, tangan kanannya dia gunakan sebagai bantalan.
Disampingnya, Zen duduk bersandar pada dinding dengan satu kakinya dia tekuk untuk menopang tangan kanannya yang memegang tutup panci. Perlahan dia mulai mengipasi Alana dengan tutup panci itu.
"Zen," panggil Alana, suaranya terdengar lembut dan sudah tidak sekesal sebelumnya.
"Hem," jawab Zen singkat, tanpa mengalihkan pandangannya. Namun, ayunan tutup panci dia perlambat sedikit.
"Kalau aku tidur, kamu tidak akan macam-macam kan?" tanya Alana pelan, menggigit sedikit bibir bawahnya karena cemas akan jawaban yang Zen berikan.
Zen menyunggingkan senyum tipis, "Dalam keadaan ramai saja aku berani, apalagi sekarang kita cuma berdua."
"Tutup matamu sekarang. Besok pagi saat kamu bangun, mobil pasti sudah siap," imbuhnya.
Alana hanya tersenyum tanpa menjawab, dia tahu Zen tidak akan mungkin macam-macam dan hanya menakutinya saja. Seiring waktu yang berputar, mata Alana mulai terpejam dengan Zen yang masih setia mengipasinya.
Suara dering ponsel membuat Zen mengalihkan pandangannya dari wajah Alana ke handphone Alana yang tergeletak di sampingnya. Dia mengambil ponsel itu dan melihat panggilan masuk dari kontak dengan nama 'Sayangku' terpampang di layar ponsel.
Zen menoleh untuk memastikan Alana sudah benar-benar terlelap. Dengan gerakan hati-hati dia beranjak bangun supaya tidak membangunkan tidur Alana dan pergi ke teras rumah dengan membawa ponsel milik Alana ditangannya.
-
-
-
Zergan mulai nampak gelisah karena Alana tak kunjung mengangkat telefon darinya. Tadi siang dia tidak sempat menelfon Alana setelah mendengar cerita dari Roy ditelefon yang mengatakan jika Roy dan istrinya bertemu dengan Alana digedung bioskop sendirian. Itulah sebabnya dia mencoba menghubungi Alana malam ini untuk bertanya.
"Sayang, kenapa kamu tidak mengangkat telefon," gumam Zergan dengan tatapan terus tertuju pada layar ponsel yang sedang melakukan panggilan.
Beberapa saat setelah panggilan itu terhenti, sebuah panggilan lain masuk. Zergan langsung menggeser tombol hijau dengan cepat dan menempelkan handphone itu ke telinganya.
"Halo."
-
-
-
Bersambung....
mo komen di paragrap gak bisa,, lagi repisi katanya🤧🤧
gonjang-ganjing hubungan
selamat berpusing ria ya lana 😂
Kalo zergan, Dateng lagi Jan diterima ya rin.dia ngebuang kelean sebegitu enaknya
sory ini ya Alana Mungin agak jahat. tapi Karin cerita aja dech.
biar bisa dapet selotip yang baek