Merelakan orang yang kita cintai demi kebahagiaannya adalah sesuatu yang tidak mudah dilakukan untuk sebagian orang. Namun, tidak bagi laki-laki bernama Lucky Pratama. Dia rela melepaskan wanita yang dia cintai menikah dengan laki-laki lain dan berharap bahwa wanita itu akan hidup bahagia.
10 tahun berlalu, Lucky kembali bertemu dengan mantan kekasihnya. Keadaan gadis itu jauh dari kata bahagia seperti apa yang dia harapkan ketika Lucky melepasnya kala itu.
Apakah Lucky Pratama akan kembali mengejar cintanya yang telah kandas? Atau, dia akan menatap lurus ke depan dan melupakan cintanya seperti yang sudah dia lakukan selama ini?
"Hi, Mantan. Apa Kabar?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbohong
"Sudah malam, saya pulang dulu, Star. Besok saya kembali lagi ke sini," ucap Lucky mencoba untuk menghindari pertanyaan Starla. Dia pun berdiri tegak.
"Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan aku, Luck?" tanya Starla mendongakkan kepala, menatap wajah mantan kekasihnya.
Lucky akhirnya kembali duduk tepat di samping Starla. Dia menatap wajah wanita itu seraya menopang dagunya menggunakan kepalan tangannya sendiri. Lucky tersenyum kecil seraya menatap wajah Starla lekat. Hal itu tentu saja membuat wanita yang tahun ini genap berusia 33 tahun itu merasa gugup juga salah tingkah.
"Jangan liatin aku kayak gitu. Mukaku keriput, kulitku juga tidak seputih dulu lagi. Aku tidak ada waktu untuk merawat diri, aku ini Ibu rumah tangga yang kerjanya mengurus perkejaan rumah dan anak-anak," ucap Starla seraya menahan senyuman di bibirnya, dia pun menatap lurus ke depan tidak berani untuk menatap wajah Lucky Pratama.
"Muka kamu bisa licin dan putih seperti dulu lagi kalau kamu mau jadi istri saya. Keriput kamu juga bakalan hilang kalau kamu menjadi pendamping hidup saya. Kamu tahu, seorang istri itu cerminan suaminya. Kalau penampilan kamu berubah seperti ini, itu karena suami kamu yang tidak mampu entah tidak mau merawat istrinya. Perawatan itu butuh uang, memakai pakaian bagus juga memakai uang," ucap Lucky panjang lebar.
"Ish! Dasar sombong, jadi kamu mulai menyombongkan uang kamu, begitu?" decak Starla akhirnya menoleh dan menatap wajah mantan kekasihnya.
"Sekali-kali boleh dong menyombongkan diri? Dulu saya tidak punya apa-apa, saya hanya pemuda pengangguran. Ngapel ke rumah kamu aja pake motor butut, tapi sekarang--"
"Iya-iya, aku percaya sama kamu. Sekarang kamu sudah berubah, kamu telah menjelma menjadi pemuda kaya raya, tapi kenapa kamu masih menjomblo sampai sekarang?" sela Starla.
"Hmm! Kenapa ya? Mungkin karena jodoh saya masih jadi milik orang, makannya saya masih menjomblo sampai sekarang," jawab Lucky seraya tersenyum cengengesan masih dalam posisi yang sama.
"Kenapa kita jadi ngebahas hal yang tidak penting kayak gini sih? Bukannya menjawab pertanyaanku yang tadi, malah muter-muter kayak komedi puter lagi," decak Starla menatap wajah Lucky dengan tatapan mata tajam.
"Pertanyaan yang mana?" tanya Lucky lagi-lagi bersikap bodoh.
"Apa yang kamu katakan kepada Mas Akbar sehingga dia pergi meninggalkan aku dan anak-anak? Kamu gak bilang kalau sebenarnya kamu mantan pacar aku, kan?" tanya Starla panjang lebar.
"Saya tidak mengatakan apapun sama dia. Saya hanya memberikan uang yang dia minta, dia bilang sih sebagai uang kompensasi untuk Lucky, eh ... nyatanya malah kabur begitu saja. Dasar laki-laki tidak bertanggung jawab," jawab Lucky berbohong.
"Yakin kamu tidak sedang membohongiku?"
"Hah? Hahahaha! Mana berani saya membohongi kamu, sayang!"
Starla seketika tercengang seraya membulatkan bola matanya menatap wajah Lucky dengan tatapan mata tajam. Sayang? Jiwanya seketika melayang ke masa lalu, di mana kata sayang adalah panggilan untuknya kala itu.
"Maaf, saya keceplosan, hehehehe!" ujar Lucky seraya tersenyum cengengesan juga menggaruk kepalanya yang tiba-tiba saja terasa gatal.
"Memangnya berapa uang yang kamu kasih ke Mas Akbar?"
"50 juta."
"Hah?" Starla seketika berdiri tegak seraya membulatkan bola matanya merasa terkejut, bahkan sangat terkejut.
"Gak usah terkejut kayak gitu. Uang saya gak bakalan habis hanya karena memberi dia uang sebesar 50 juta," imbuh Lucky santai.
Bruk!
Starla seketika menjatuhkan tubuhnya di atas kursi. Dia menyandarkan kepalanya di sandaran kursi seraya memijit pelipisnya yang tiba-tiba saja terasa pusing. Kenapa suaminya tega meninggalkan mereka dengan membawa uang sebanyak itu? Laki-laki yang telah mentalak dirinya itu pun tidak memberi anak-anaknya uang jajan. Hati Starla seketika terasa sakit, ibarat kata, Akbar telah menyiramkan air garam ke atas luka yang sedang di derita Starla.
"Kamu kenapa? Kepala kamu sakit? Apa perlu saya memanggilkan Dokter kemari?" tanya Lucky mengusap bahu Starla seraya menatap wajahnya dengan tatapan mata sayu.
'Maafkan saya karena tidak berkata jujur sama kamu, Star,' batin Lucky merasa bersalah.
"Aku tidak apa-apa, lebih baik sekarang kamu pulang, Luck. Ini udah malam," jawab Starla dengan nada suara lemah.
"Baiklah, saya pulang dulu," ujar Lucky, dia meraih dompet dari dalam saku celananya. Laki-laki itu pun meraih uang dalam jumlah yang banyak dan hendak memberikannya kepada Starla.
"Apa ini?" tanya Starla mengerutkan kening.
"Ambil uang ini untuk bekal kamu dan anak-anak selama di Rumah Sakit," jawab Lucky mengepalkan uang tersebut di telapak tangan Starla.
"Tidak, aku tidak bisa menerima uang ini. Aku sudah terlalu banyak merepotkan kamu, Luck. Kamu bahkan memberikan uang kepada Mas Akbar. Biar nanti aku minta saja sama dia," tolak Starla mengembalikan uang tersebut.
"Apa kamu yakin Mas Akbar mu itu akan kembali lagi ke sini?"
Starla diam seribu bahasa. Dia memejamkan ke dua matanya sejenak lalu kembali membukanya dengan perasaan kacau. Ya, Akbar tidak mungkin kembali ke sana. Laki-laki itu bahkan mengabaikan tangisan Rani yang memintanya untuk tidak pergi. Terlebih status mereka sudah bukan lagi suami istri karena Akbar sudah mentalaknya. Namun, dia pun tidak mungkin menerima uang pemberian Lucky. Laki-laki itu sudah mengeluarkan terlalu banyak uang untuk dirinya dan juga anak-anak.
"Saya mohon terima saja uang ini, Star. Saya tidak yakin kalau suami kamu itu akan kembali lagi ke sini," pinta Lucky seketika membuyarkan lamunan panjang seorang Starla.
"Bagaimana kamu bisa seyakin itu?" tanya Starla.
"Ya, saya cuma nebak aja. Laki-laki seperti dia gak akan peduli dengan keadaan keluarganya. Buktinya, dia tidak bilang sama kamu kalau saya memberi dia uang sebanyak itu. Minimal, si Akbar itu menitipkan uang untuk jajan anak-anaknya. Nyatanya, dia pergi begitu saja dengan membawa uang itu. Laki-laki macam apa dia," sahut Lucky benar-benar merasa kesal.
"Tapi tetap saja. Aku tak bisa menerima uang ini. Aku masih ada tabungan ko."
Lucky menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan. Apa yang harus dia lakukan agar wanita ini bersedia menerima uang darinya?
"Baiklah, saya tidak akan memberi kamu uang, tapi besok saya akan kembali lagi ke sini setelah saya memeriksa pekerjaan saya di proyek," imbuh Lucky menyerah.
"Terima kasih, Lucky. Aku benar-benar berterima kasih karena kamu sudah menemani aku di sini. Memberikan hadiah kepada Rani juga menempatkan putraku di ruangan yang sangat nyaman, sehingga dia bisa mendapatkan perawatan yang spesial. Namun, aku harap kamu tidak terlalu berharap lebih kepada aku, Luck. Aku sudah tidak sama seperti dulu lagi. Di luaran sana masih banyak perempuan yang lebih cocok untuk kamu."
BERSAMBUNG
tp very good kak . swemangatt 👌