"kenapa kamu setujui mereka angkat rahim aku?" teriak Nindi pada Juna sang suami. Nindi telah menikah dengan idola tampan, yang merupakan aktor terkenal. Ia harus menghadapi kenyataan pahit saat rahimnya di angkat. "Punya rahim ataupun tidak. Kamu tetap istriku" kata Juna. Itu hanya kata-kata penenang yang akhirnya hilang bersamaan tuntutan cucu dari keluarga besarnya. Punya istri simpanan atau jujur menikah untuk yang kedua kalinya adalah pilihan yang harus Juna ambil. Tapi dari kedua pilihan tersebut sama sekali tidak ada yang menguntungkan untuk Nindi. Jadi apakah yang harus juna lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bulan Madu kedua
Nindi duduk di balkon kamarnya, menikmati angin yang menerpa wajahnya. Matahari akan segera terbenam, warna jingga mulai mewarnai langit.
Matanya menatap langit dengan pandangan kosong, beberapa kali ia menarik nafasnya berat.
"Dingin di luar. Ayo masuk" seorang perempuan menyelimuti tubuhnya bagian atas dari belakang. Perempuan itu membenarkan selimut itu di bagian depan agar menyelimuti semua tubuh Nindi.
"Sebentar lagi buk" jawab Nindi pada ibunya. Sudah lebih dari sebulan ibunya di sini menemaninya.
"Tadi Juna nelpon, katanya bentar lagi pulang. Kita tunggu dia didalam yok" ajak ibunya lagi.
Nindi diam sebentar, kemudian menatap langit yang mulai gelap. Ia mengangguk dan berdiri, ibunya dengan setia berdiri disampingnya. Nindi melangkah pelan ditemani ibunya menuju ruang keluarga.
Nindi merasa ada yang hilang darinya, memang hilang. Jika dikatakan, ia memang sudah kehilangan hampir sebagian hidupnya. Ia tak tertarik melakukan suatu kegiatan untuk saat ini. Ia kadang menangis sendiri jika mengingat apa yang terjadi padanya.
"Assalamualaikum" suara Juna menyapa memasuki ruang keluarga. Pria tampan itu salim kepada ibu mertuanya kemudian duduk disamping istrinya tercinta.
"Ibu siapkan makan malam dulu ya" kata ibu berdiri dari duduknya. Ia sebenarnya lebih mau memberi ruang untuk Nindi dan Juna.
" Ya buk"
Juna melonggarkan tangannya di pinggang Nindi, memeluk perempuan itu erat. Ia mengecup keningnya lembut sebelum menyandarkan kepalanya ke bahu Nindi.
Ini adalah kegiatan rutin pulang kerja Juna belakangan ini, ia tau Nindi sangat kesepian. Ia ingin Nindi tau bagaimanapun keadaan Nindi. Ia tetap mencintai Nindi.
"mas mandi dulu, habis itu kita makan" ucap Nindi.
Walaupun ia berkata pada Juna tapi ia sama sekali tak menatap Juna yang duduk disampingnya.
Juna menangkup wajah Nindi dengan kedua tangannya agar menatapnya. Menatap mata yang terlihat sayu itu, pandangan matanya tidak sama lagi sekarang dan dulu.
"Minggu depan mas cuti, kita ke jepang yuk" ajak Juna tersenyum, menatap Nindi menunggu reaksi istrinya.
Nindi terdiam sesaat, menatap Juna dengan pandangan datar. Tak ada ekspresi senang, antusias atau apapun.
"Kenapa?" akhirnya ada kalimat meluncur dari mulutnya walaupun bukan itu pertanyaan yang ingin Juna dengar.
"Jalan-jalan, udah lama kita gak jalan-jalan berdua"
"Untuk apa ?" Lagi-lagi pertanyaan mematikan dari mulut Nindi keluar.
Juna menarik nafasnya pelan sebelum akhirnya menatap dalam kedalam mata sang istri.
" Kamu gak mau jalan-jalan sama mas ke jepang?" tanya Juna dengan nada lembut tapi penuh intimidasi.
Nindi terdiam, terlihat ia kaget mendengar pertanyaan Juna dari matanya.
Juna masih menatap Nindi menunggu jawabannya, Nindi membalas menatap mata Juna. Juna terlihat tersenyum menunggu jawaban Nindi, air mata Nindi mengenang di kelopak matanya.
" Hei... Kenapa? Juna menyeka air mata yang jatuh di pipinya.
Isak kecil lolos dari bibirnya, Juna menarik tubuh wanita itu dalam pelukannya. Memeluknya erat, mengusap punggung yang mulai bergetar menahan tangis itu.
"Mas akan selalu berada di samping kamu, gak peduli apapun yang terjadi. Jangan pernah berfikir kamu sendirian, ada mas" ucap Juna semakin memeluk erat Nindi.
" Maaf Mas" ucap Nindi dalam isaknya.
Ibu Nindi yang dari tadi sudah menyelesaikan tugasnya menyiapkan makan malam, duduk di kursi makan. Ia tau apa yang terjadi. Ia juga saat ini menahan isak tangisnya, walaupun air matanya jatuh di pipinya. Hatinya sama hancurnya dengan anaknya. Tapi ia bahagia karena ia tau sang menantu mencintai anaknya
................
"Juna Putra Pratama mengajak istri untuk liburan ke jepang usai mendapat musibah. Juna berangkat berdua dengan istrinya, Nindi ke Jepang pada Senin pagi, Juna menuturkan kalau ia ingin honeymoon lagi" itu lah laporan berita gosip yang didengarkan mama Juna di televisi. Ia mematikan Tv nya dengan kasar, ia kesal dengan berita yang ia dengar.
" Honeymoon apa? Dia aja gak punya rahim" maki mamanya.
" Biarkan aja lah ma" kata Jessica yang duduk disamping mamanya dari walaupun lebih fokus pada hp nya tapi ia masih mendengar Berita di televisi dan omelan mamanya.
"Buang-buang uang, mau bulan madu ke bulan pun dia. Namanya mandul tetap juga mandul" maki sang mama lagi.
" Rahimnya kan udah gak ada" lanjutnya lagi.
"Mas Juna itu sayang kali sama Mbak Nindi, wajar lah ma" ucap Jessica lagi.
"walaupun sayang, tapi keluarga kita butuh cucu. Juna anak laki-laki satu-satunya keluarga kita" kata Mamanya.
Jessica memutar bola matanya malas, berdebat dengan mamaknya hanya akan menyusahkan dirinya sendiri. Mamanya gak akan mau mengalah jika itu masalah Juna ataupun Nindi.
" Terserah mama, Aku mau ke kamar"Jessica berdiri dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya di lantai 2.
Sang mama hanya menatap dengan cemberut saat Jessica menghilang dari pandangannya.
...****************...
Jadi yu buruan gabung karena kapasitas kami terbatas
Caranya hanya cukup Follow akun saya, maka saya akan undang kalian masuk. Terima Kasih