NovelToon NovelToon
Jenderal Reinkarnasi Kebangkitan Permaisuri Tak Dianggap

Jenderal Reinkarnasi Kebangkitan Permaisuri Tak Dianggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Romansa / Pembaca Pikiran / Balas dendam pengganti
Popularitas:11k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Fuan, seorang jenderal perempuan legendaris di dunia modern, tewas dalam ledakan yang dirancang oleh orang kepercayaannya. Bukannya masuk akhirat, jiwanya terlempar ke dunia lain—dunia para kultivator. Ia bangkit dalam tubuh Fa Niangli, permaisuri yang dibenci, dijauhi, dan dihina karena tubuhnya gemuk dan tak berguna. Setelah diracun dan dibuang ke danau, tubuh Fa Niangli mati... dan saat itulah Fuan mengambil alih. Tapi yang tak diketahui semua orang—tubuh itu menyimpan kekuatan langit dan darah klan kuno! Dan Fuan tidak pernah tahu caranya kalah...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Pagi pertama di Gunung Salju Guntur disambut cahaya matahari yang memantul indah di salju kristal. Kabut perlahan surut, memperlihatkan jalur bebatuan menuju altar kuno di puncak.

Fa Niangli, ditemani ketiga murid, Jiang Yuan, dan Qin Shuang, melangkah perlahan menuju altar. Di punggungnya, lambang naga bulan di jubahnya bersinar samar, seperti merespons sesuatu.

“Altar ini terhubung langsung ke Gerbang Langit, meskipun hanya secara simbolik,” jelas Qin Shuang. “Dulu kami gunakan untuk berkomunikasi dengan tetua besar sekte.”

Zhu Feng menatap altar penuh hormat. “Kalau tempat ini bisa bicara, pasti banyak cerita hebat.”

“Dan mungkin juga rahasia memalukan,” tambah Tong Lian.

“Seperti siapa yang pernah nyolong roti spiritual di tengah meditasi?” tanya Mo Qingluan kalem.

Tong Lian menoleh cepat. “ITU KAN RAHASIAKU?!”

---

Setibanya di altar, Fa Niangli berdiri di tengah lingkaran spiritual dan menanamkan energi ke tanah. Batu-batu berukir menyala satu per satu, membentuk simbol spiral bercahaya.

Udara berubah. Sunyi. Sejuk, tapi tidak menakutkan.

Tiba-tiba, dari tengah altar, muncullah bayangan kabur—seperti pantulan suara dalam bentuk cahaya.

Suara itu terdengar lembut... tua... dan dalam.

> “Wahai Pemurni Langit... kau mendengar bisikan kami?”

Fa Niangli mengangguk. “Aku mendengar.”

“Waktu telah berputar kembali ke poros awal. Cahaya dan kabut bersiap menyatu. Pilihannya bukan hanya membuka atau menutup... tapi menerima atau menolak kebenaran yang akan datang.”

Jiang Yuan menggenggam gagang pedangnya. “Apa maksudnya... kebenaran?” Suara itu menggema lebih pelan.

“Kau tahu siapa dirimu... tapi belum tahu siapa kamu dahulu.”

Fa Niangli mengerutkan kening.

> “Waktu kalian hampir habis. Temuilah kunci di Selatan, di reruntuhan Tanah Mengambang. Di sanalah suara masa lalu akan menjelma.”

Lalu, suara itu menghilang perlahan, menyisakan jejak cahaya di udara.

---

Tong Lian duduk bersila. “Oke... tadi suara siapa? Karena jujur, agak creepy tapi elegan.”

Zhu Feng mengangguk. “Kayak kakek-kakek bijak dari langit.”

Mo Qingluan mencatat di kertas kecil. “Tanah Mengambang... itu legenda. Pulau-pulau spiritual yang melayang di atas laut kabut.”

Fa Niangli memandangi altar yang mulai redup. “Kalau itu jalan kita, maka kita akan ke sana.”

---

Sore hari, mereka kembali ke perkemahan.

Fa Jinhai telah menunggu di bawah pohon salju sambil menyeduh teh herbal. “Aku dengar altar itu bicara?”

“Dan menyuruh kita ke Selatan,” jawab Fa Niangli.

Jinhai menyeruput teh. “Baik. Tapi jangan lupa... ibu mengirim keranjang makanan. Katanya kalian pasti lupa makan di tempat dingin.”

Tong Lian tiba-tiba muncul dari balik batu. “AKU TIDAK PERNAH LUPA MAKAN.”

---

Malam itu, mereka duduk mengelilingi api spiritual. Langit dipenuhi bintang yang tampak lebih dekat dari biasanya.

Zhu Feng mengangkat cangkir. “Untuk misi berikutnya... dan semoga tidak ada lagi kelinci yang menantang dansa!”

Tong Lian mengangkat kuali. “Untuk aku, kuali ini, dan takdir menakjubkan kami!”

Mo Qingluan mengangkat Xiao Kuai. “Dan untuk ayam... yang mengerti bahasa rumput.”

Fa Niangli tertawa. “Dan untuk keluarga... yang tumbuh tidak dari darah, tapi dari pilihan.”

Jiang Yuan menatapnya dari samping api. Tatapan matanya tak lagi ragu.

---

Namun jauh di Selatan, di reruntuhan Tanah Mengambang yang terlupakan...

Seseorang membuka matanya. Anak kecil berambut putih dengan mata dua warna—Xiao Er—duduk di antara reruntuhan, memeluk sebuah batu giok.

“Kenapa... aku merasa mereka akan datang?”

Dan angin laut membawa bisikan...

> "Pewaris Langit akan tiba."

...----------------...

Pagi yang tenang. Langit bersih di atas kapal spiritual mereka yang melayang menuju Tanah Mengambang—wilayah kuno yang dikabarkan menyimpan banyak reruntuhan Sekte Langit Tertinggi sebelum kehancurannya seratus tahun lalu.

Fa Niangli berdiri di dek, ditemani Jiang Yuan dan Yuyu.

“Tempat ini pernah menjadi cabang pelatihan luar sekte,” jelas Jiang Yuan. “Tapi sudah lama tak ada yang menginjakkan kaki di sana.”

Fa Niangli menatap cakrawala. “Dan sekarang waktunya kita ambil kembali apa yang milik kita.”

---

Di bawah, ketiga murid sedang sibuk dengan urusan masing-masing.

Tong Lian: “Aku sedang eksperimen membuat teh dari awan! Gimana, Mo Qingluan, tertarik?”

Mo Qingluan (memeluk Xiao Kuai): “Kalau awannya bisa bicara, aku kabur.”

Zhu Feng tertawa dari ruang senjata. “Teh dari batu petir malah lebih masuk akal.”

Yuyu datang sambil membawa nampan berisi cemilan. “Kalau kapal ini meledak karena teh awan, kalian tetap wajib makan ini!”

---

Pada hari keempat, kabut terbuka, memperlihatkan pemandangan pulau-pulau kecil yang mengambang di udara, diikat oleh pilar cahaya spiritual. Tanah Mengambang.

Pulau pertama yang mereka datangi tampak hening. Kuil setengah runtuh berdiri di atas tanah berlumut. Aura spiritualnya... menggetarkan hati.

Dan di sana—berdiri seorang pemuda.

Rambut keperakan, kulit pucat, dan mata kelabu yang seolah menembus waktu. Jubah lamanya membawa simbol Sekte Langit Tertinggi... meski pudar.

Fa Niangli melangkah mendekat. “Siapa kamu?”

Pemuda itu menunduk perlahan. “Namaku... Shan Yue. Aku tidak tahu kenapa aku di sini. Tapi aku... merasa harus menunggumu.”

---

Di dalam kuil, Shan Yue memperlihatkan ruang tersembunyi yang hanya bisa dibuka dengan sentuhan Fa Niangli.

“Ini... seperti bereaksi pada kekuatanmu,” ujar Shan Yue.

Begitu pintu terbuka, mereka menemukan lukisan dinding kuno. Di dalamnya tergambar seorang wanita berjubah naga bulan—jelas melambangkan Pemurni Langit—dan seorang pria berjubah hitam di belakangnya... wajahnya buram.

Jiang Yuan menatap lukisan itu dalam diam. “Ini bukan lukisan biasa. Ini... ramalan.”

Di sudut ruangan, batu giok tua menyala. Shan Yue meletakkan tangannya di atasnya—dan saat itulah, kilasan ingatan membanjiri semua orang yang hadir.

Ledakan. Api. Sekte terbakar.

Seorang murid—Shan Yue muda—dibawa kabur oleh tetua yang terluka. “Pergilah ke Tanah Mengambang... dan tunggulah cahaya itu kembali.”

---

Shan Yue terduduk lemas. “Aku adalah murid Sekte Langit Tertinggi... tapi aku lupa semuanya... sampai hari ini.”

Fa Niangli menatapnya dalam. “Kamu kembali ke rumahmu, Shan Yue. Mulai hari ini, kamu adalah muridku.”

Mata Shan Yue berkaca-kaca. “Terima kasih... Guru.”

---

Malamnya, suasana di kamp mereka hangat.

Zhu Feng: “Kalau terus begini, sebentar lagi kita butuh aula murid baru!”

Mo Qingluan: “Aku bisa bangun satu... asal tanahnya nggak bicara.”

Tong Lian: “Shan Yue! Kau suka teh dari awan?”

Shan Yue bingung. “Aku... tidak tahu.”

Tong Lian tersenyum. “Bagus! Kamu sempurna jadi kelinci percobaan!”

Semua tertawa. Bahkan Shan Yue tersenyum untuk pertama kalinya.

Fa Niangli menatap langit. Bintang bersinar di atas pulau-pulau yang melayang... seolah-olah semesta ikut menyambut satu murid lama yang telah kembali ke pelukan keluarganya.

bersambung

1
Nitnot
penulis kesayanganku ga pernah gagal.. sukaaa
inda Permatasari: terima kasih bunda 🌹
total 1 replies
Osie
makin seru dna perjalanan masih panjang
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Eehh si tong lian nih aya2 wae
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Hhmm kirain udah mulai buka gerbang
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Baguuss ada lucuna juga 💞💞
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
/Joyful//Facepalm//Facepalm/ Aya2 wae
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Rasana beda dari novel2 mu sebelumna thor
Dewiendahsetiowati
Tong Lian murid yang paling nyleneh sendiri dan bikin suasana ceria🤣🤣
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Waahh 😃 calon jodoh ni kayana
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Wahh kejutan menanti
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Siapa lagj tuh
Wahyuningsih
klau jln critanya bisa d tebak gk srulah y gk thor dtnggu upnya thor yg buanyk n hrs tiap hri jgn lma2 semedinya thor ntar lumutan loh 😁😁 sellu jga keshtn tetp 💪
Ai Shiteru
novel pertama yang alurnya susah aku tebak, biasanya bisa ketebak baru awal2 baca, tapi ini luar biasa ceritanya, terima kasih thor.
Osie
fa niangli capek bgt ya
Osie
tong lian emang saingan ma tong makan nih/Facepalm/
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Sudah dibuktikan mao apa lagi coba 😏
Dewiendahsetiowati
Tong Lian mesti bikin kisruh dan aneh sendiri
Cindy
lanjut kak
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Mereka hanya iri
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Ujian na bikin dilema
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!