Hanya ada di noveltoon, bila ada yang lain maka plagiat.
Desa pandan Arum mendapatkan teror yang amat mengerikan selama satu tahun terakhir anak anak atau pun remaja, banyak yang meninggal dalam keadaan mengerikan dan itu hanya untuk berjenis kelamin laki laki saja.
Mereka di temukan dalam keadaan anus rusak parah, semua nya sudah tidak bernyawa ketika sudah kembali pada keluarga nya.
siapa yang sudah membunuh mereka?
siapa pula yang membuat teror mengerikan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Anak Pak RT hilang
"Huaaaam, nguap terus tapi tidak bisa tidur!" Bardi duduk di teras rumah nya.
Gara gara ucapan Pak Lurah tadi siang membuat dia tidak bisa mau memejamkan mata, rasa nya dia sudah tidak sabar mau segera habis masa jabatan ini dan dia akan naik pangkat di sana. maka nya dia tidak bisa mau tenang, sangat geram dan juga penuh dendam.
Dasar otak nya saja yang selalu di penuhi ambisi kuat sehingga kalau melihat yang lebih tinggi maka akan selalu saja iri, apa lagi kan kabar nya Pak Lurah tidak butuh modal besar untuk menjabat lagi. memang murni pilihan nya warga desa, mereka suka dengan lurah yang ini karena sangat baik.
"Kurang ajar sekali dia, awas saja besok kalau aku sudah jadi lurah maka akan ku tindas dia!" geram Bardi sembari menghembuskan asap rokok.
"Mas, ini loh Rafli nangis terus." Bu RT keluar dari dalam rumah sambil menggendong putra nya yang berumur lima tahun.
"Ah sana lah, aku lagi mumet ini malah kau kasih anak pula." Bardi menolak nya kasar.
"Kamu selalu saja begitu kalau di ajak gantian urus anak, padahal aku sudah lelah seharian mengurus dia!" rutuk Bu RT membawa putra nya masuk lagi.
"Mengurus anak pun kau tidak bisa!" Bardi kelihatan kesal sekali.
Sedang mumet karena rasa iri hati nya malah di suruh pula mengurus anak, terserah Rafli di dalam sana menangis kian keras saja. karena saat ini pandangan Bardi mengarah pada pohon rambutan depan rumah, di samping nya seolah ada bayangan manusia sedang berdiri tegak mengawasi diri nya dari sana.
"Siapa itu?!" teriak Bardi menyorot senter nya.
Namun sama sekali tidak ada apa apa di balik pohon rambutan tersebut, Bardi segera mendekat sambil membawa senapan yang sudah ada peluru nya. siapa pun yang macam macam akan ia tembak, entah itu orang cuma iseng atau memang ada niat jahat pada diri nya.
"Tidak ada apa apa, tapi tadi kelihatan ada orang berdiri kok di sini." gumam Bardi menatap pohon lain nya.
"Apa cuma perasaan ku saja, tapi terlihat jelas tadi berdiri di sini." Bardi masih yakin soal penglihatan nya tadi.
"Keluar, siapa yang sudah berani mengganggu ku!" teriak Bardi sendirian di depan halaman rumah yang luas.
Tapi memang sama sekali tidak ada siapa pun di sini, Bardi juga tidak segan keluar sampai jalan karena bagian sebrang rumah nya ada rumah kosong juga yang sudah tidak di urus. banyak rumah kosong di desa ini, akibat penghuni nya yang tidak betah untuk menetap.
Mungkin sebentar lagi bakal jadi desa mati seperti desa tetangga yang habis di bantai oleh sosok hantu kafan hitam, namun kalau warga sini banyak pindah karena keadaan yang sepi sehingga mereka memilih kampung ujung pandang atau kampung yang sudah hampir jadi kota, lebih enak tinggal di sana karena semua ada.
Wuusssshh.
"Siapa itu?!" Bardi berteriak karena ada angin yang menerpa punggung nya.
"Mas, Rafli sama kamu ya?" teriak Bu RT dari dalam.
"Ini lagi sibuk terus masalah Rafli, sudah jelas anak sama dia masih saja sibuk nanya sama aku!" kesal Bardi segera datang kerumah.
"Mas, Rafli nya mana?!" Bu RT melihat hanya suami nya saja.
"Jangan sampai mulut mu itu yang tembak ya! anak yang bawa tadi kan kau, malah kau tanya pula sama aku." bentak Bardi.
"Lah terus sekarang Rafli di mana? tadi ku taruh dalam kamar, terus aku buat teh untuk dia!" panik Bu RT langsung masuk kedalam rumah lagi.
Kamar tempat menaruh Rafli sudah kosong sehingga membuat Bu RT panik bukan kepalang, bagai mana bisa anak nya hilang begitu saja dan sekarang suara tangis nya pun tidak ada. mana mungkin bocah itu berani keluar, selama ini pun dia selalu saja penakut dan tidak banyak tingkah walau laki laki.
"Anak ku, di mana anak ku pergi nya?!" Bu RT kelabakan mencari Rafli.
"Kamu yang benar lah kalau ngasuh anak, ini sudah malam!" Bardi tau nya hanya marah marah saja.
"Beneran cuma ku taruh sini dan aku buat teh, masa iya dia bisa hilang dan nangis nya diam gini loh!" Bu RT begitu panik.
"Ah buat masalah saja kau ini bisa nya!" Bardi segera keluar rumah untuk mencari putra bungsu nya.
"Rafli! kamu di mana, Nak?" Bu RT berteriak ke sebelah rumah untuk mencari.
"Rafli, kamu di mana?" Bardi juga berteriak dan keliling rumah untuk mencari anak nya berumur lima tahun.
Tapi sudah keliling dari depan ke belakang pun sama sekali tidak ada yang menjawab, Rafli sudah bisa ngomong dengan jelas sehingga kalau di panggil begini pasti nya bisa jawab. tapi ini sama sekali tidak ada jawaban dari sang anak, membuat dia orang tua nya bingung dan juga pusing harus bagai mana pula sekarang.
"Kenapa kok teriak teriak, Pak RT?" tanya Imran tetangga nya.
"Rafli hilang barusan saja, kata Ibu nya tadi ada di kamar tapi kok tidak ada." jawab Pak RT.
"Tadi ada yang menangis di pojok rumah saja, apa itu dia ya?!" Imran segera menuju belakang rumah.
"Memang tadi lagi nangis, entah kenapa dia rewel sekali." jawab Pak RT mengikuti Imran.
"Tadi di sini, suara nya jelas dan malah kata istri saya anak nya Bambang karena kan anak dia sering nangis kalau malam." ujar Imran lagi.
"Aduh aku mau cari dulu, tolong kabari kalau ketemu orang orang ya biar nanti cari." suruh Bardi.
Imran memang besty nya sehingga mau saja dan mereka segera pisah untuk cari Rafli ada di mana, susah sekali mau di temukan membuat Bardi lama lama agak takut juga ada apa apa. entah kenapa malam ini pun firasat dia tidak enak, seperti sedang di awasi oleh seseorang sehingga mau gerak itu terbatas.
"Rafli, ini Ayah!" Bardi berteriak sambil menyorot senter nya.
"Rafliii, ayo pulang sekarang." Bu RT juga berteriak keras.
"Kamu pergi lah arah kanan, aku mau kiri sambil minta tolong pada warga juga." suruh Bardi.
"Ya sudah, pokok nya temukan anak ku sekarang." Bu RT sudah menangis.
"Perintah saja tau mu, maka nya punya anak itu di jaga bagus bagus!" Bardi tetap menyalahkan istri nya.
Mereka berpisah untuk mencari anak mereka yang mendadak saja hilang entah kemana, Bu RT merasa agak aneh karena tadi di kamar nya dan sekarang malah tiba tiba saja menghilang sehingga terasa memang ini ada sesuatu yang berbeda.
Jangan lupa like dan komen nya ya sayang ku.