Kehidupan bahagia yang dijalani Thalia setelah dinikahi oleh seorang pengusaha kaya, sirna seketika saat mendengar kabar bahwa suaminya tewas dalam sebuah kecelakaan maut. Keluarga almarhum sang suami yang memang dari awal tidak merestui hubungan mereka berdua, mengusir Thalia yang sedang hamil besar dari mansion mewah milik Alexander tanpa sepeser uang pun.
Di saat Thalia berhasil bangkit dari keterpurukan dan mulai bekerja demi untuk menyambung hidupnya dan sang buah hati yang baru beberapa bulan dia lahirkan, petaka kembali menimpa. Dia digagahi oleh sang bos di tempatnya bekerja dan diminta untuk menjadi pelayan nafsu Hendrick Moohan yang terkenal sebagai casanova.
"Jadilah partner-ku, aku tahu kamu janda kesepian bukan?"
Bagaimanakah kehidupan Janda muda itu selanjutnya?
Bersediakah Thalia menjadi budak nafsu dari Hendrick Moohan?
🌹🌹🌹
Happy reading, Best...
Jangan lupa tinggalkan jejak
⭐⭐⭐⭐⭐ bintang 5
💖 subscribe
👍 jempol/ like
🌹 kembang, dan
☕ kopi segalon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa yang Ditemuinya?
Mereka berdua tertidur cukup lama, bahkan Zack yang masih setia menanti sang bos di luar ruangan presdir, sampai ketiduran di sofa ruang tunggu. Sahabat Moohan tersebut berharap, setelah kejadian ini Thalia tidak lagi menghindar dari bosnya dan mau menjadi kekasih Moohan. Sebab, dia sudah sangat jengah dengan celoteh bos TMC itu yang selalu saja memuji Thalia jika mereka berdua sedang bersama.
Sementara di kamar pribadi Moohan, Thalia baru saja membuka mata. Wanita cantik itu sangat terkejut, begitu mendapati dirinya berada dalam dekapan seorang pria. Keremangan cahaya di ruangan tersebut, membuat dia tidak dapat mengenali wajah pria yang semakin mendekapnya erat ketika mengetahui pergerakan kecilnya.
"Ale, benarkah ini kamu, Sayang?" gumam Thalia, bertanya. Efek obat yang belum sama sekali hilang, serta imaginasinya tadi yang merasa tengah bercinta dengan sang suami, serta postur tubuh pria di sampingnya yang sama persis dengan suaminya, membuat Thalia mengira dan berharap pria itu adalah Alexander Thomson, ayah kandung dari putrinya.
"Siapa Ale? Apa dia mantan suamimu?" tanya Moohan, sinis. Pria tampan yang baru saja terbangun ketika Thalia bergerak dalam dekapannya itu, merasa tidak nyaman karena Thalia sedari awal mereka bersama, terus saja menyebutkan nama Ale. Bahkan ketika tengah asyik bercinta, bibir Thalia terus saja mengucap nama tersebut.
"Ka-kamu! Apa yang telah kamu lakukan padaku?" Thalia segera beringsut dan kemudian turun dari ranjang dengan tergesa hingga membuat tubuhnya yang tidak bertenaga terjatuh ke lantai.
Thalia menjerit kecil dan kemudian
meringis menahan sakit. Thalia terdiam sejenak dan dia baru menyadari bahwa sekujur tubuhnya terasa remuk, seperti habis melakukan kerja ekstra berat. Terutama di area intinya, dia merasakan perih di sana.
Menyadari apa yang baru saja terjadi, Thalia tergugu. Dia merasa sangat bersalah pada suaminya. Thalia merasa telah mengkhianati cinta Alexander yang begitu setia dan sayang kepadanya.
"Maafkan aku, Ale. Maaf," isak Thalia sambil mendekap tubuhnya sendiri yang masih polos.
Melihat Thalia seperti itu, terbersit rasa penyesalan di hati Moohan. Harusnya dia tadi memanggil dokter atau memaksa Zack agar menghidupkan kembali kran airnya. Namun, Moohan juga tidak mau munafik, dia memang menginginkan Thalia.
Apalagi setelah merasakan tubuh Thalia yang begitu nikmat dan berbeda dengan teman-teman kencannya, membuat Moohan merasa ketagihan dan ingin selalu mengulang percintaan. Moohan kemudian mendekati Thalia yang masih terduduk di lantai seraya memeluk lututnya sendiri. Bos TMC itu menutupkan handuk piyama ke punggung wanita cantik yang sudah membuatnya berkali-kali merasakan kepuasan.
"Maafkan aku, Thalia. Aku melakukannya karena aku menyukaimu," ujar Moohan.
Thalia mendongak dan menatap pria di hadapan dengan penuh kebencian. "Semua ini rencana Anda, bukan? Anda yang sudah menyuruh asisten Zack untuk memberi saya obat! Kalau Anda suka sama saya, harusnya Anda tidak mengambil kesempatan!" Thalia menuding ke arah bosnya dengan jari telunjuk bergetar. Kemarahan telah benar-benar menguasai Thalia saat ini.
Wanita muda itu segera beranjak. Memunguti pakaiannya dan kemudian mengenakan kembali dengan cepat. Thalia tidak tahu sekarang jam berapa, tetapi sepertinya dia sudah sangat terlambat untuk pulang dan dia teringat dengan putrinya di tempat penitipan. Wanita yang rambutnya masih acak-acakan tersebut hendak berlalu dari kamar yang menyakitkan itu, tetapi langkahnya terhenti karena pria yang sudah menorehkan luka di hatinya, menarik tangan Thalia.
Thalia menoleh ke belakang. "Ada apalagi, Tuan Moohan? Belum puaskah Anda telah menyakiti hati saya?" Tatapan Thalia begitu tajam, menusuk ke jantung Moohan.
"Thalia, Jadilah partner-ku, aku tahu kamu janda kesepian bukan? Aku janji, aku akan membahagiakan kamu dan menuruti segala permintaan kamu. Aku juga janji, aku tidak akan mencari kepuasan lagi pada wanita lain. Cukup kamu Thalia," pinta dan janji Moohan, sungguh-sungguh.
Tanpa Moohan duga, Thalia melayangkan tamparan keras di pipi bos TMC tersebut. Membuat pipi putih pria tampan itu, memerah karena bekas tamparan kuat dari Thalia. "Saya memang janda, Tuan, tapi saya bukan wanita seperti itu! Anda salah jika menilai saya demikian! Bahkan, jika perusahaan dan seluruh kota ini Anda berikan kepada saya, saya tidak sudi menerimanya!" Thalia segera berbalik dan kemudian membuka pintu dengan kasar.
Sebelum benar-benar melangkah dari kamar pribadi Moohan, Thalia kembali menoleh pada bosnya itu. "Saya benci Anda, Tuan, dan saya harap kita tidak akan pernah bertemu lagi!" Thalia mengucapkan dengan suara bergetar dan air mata yang bercucuran.
Wanita cantik itu segera berlalu dari hadapan Moohan, Thalia bahkan melupakan sepatunya. Dia melewati begitu saja asisten Zack yang rupanya sudah terbangun dan berdiri di depan pintu ruangan sang bos. Thalia menyambar tas miliknya yang disimpan di dekat meja sekretaris dan terus berlari kecil menuju lift.
"Ya, Tuhan. Jam berapa sekarang? Maafkan mommy, Sayang," gumamnya sambil tangannya memencet tombol lift dengan tidak sabar.
Asisten Zack yang melihat air mata Thalia serta pergerakannya yang terburu-buru, menjadi bertanya-tanya. Belum sempat Zack masuk ke ruangan sang bos, Moohan sudah berdiri di ambang pintu dengan wajah kusut dan penampilan yang tidak kalah kusut. Membuat Asisten Zack yang melihat penampilan sang bos, merasa bersalah.
"Bos, apa yang terjadi?" tanya Zack, hati-hati.
"Semua ini salahmu, Zack! Dia sangat marah padaku! Thalia membenciku, Zack!" kesal Moohan, menatap tajam sang asisten.
"Bos, kita bisa kejar dia. Dia pasti belum jauh. Aku akan jelaskan pada Thalia, kalau ini bukan salahmu, Bos," saran Zack, penuh penyesalan.
Tanpa menjawab, Moohan langsung menuju lift yang diikuti oleh Zack. Mereka berdua terus berjalan menuju mobil tanpa ada yang mengeluarkan suara. Moohan dengan penyesalannya, kenapa dia menuruti hasrat dan bukannya menolong Thalia dengan cara lain. Sementara Zack juga dengan penyesalannya karena telah menjebak Thalia.
Thalia yang tadi terus berlari dan baru menyadari bahwa ternyata hari telah malam ketika dia tiba di luar gedung, tidak mau membuang waktu dengan menunggu bus kota. Thalia memilih pulang dengan melewati jalan pintas. Jalan yang pernah ditunjukkan oleh Maria dan dia pun pernah melaluinya ketika berangkat dengan terburu-buru beberapa hari yang lalu.
Dengan melewati jalan tersebut, Thalia memang bisa lebih cepat sampai. Hanya saja, jalan yang dilaluinya itu berbatu dan penuh dengan rumput liar yang berduri. Thalia terus saja berlari, tanpa mempedulikan kakinya yang mulai berdarah terkena bebatuan dan juga duri tajam.
Thalia juga melupakan rasa sakit di inti tubuhnya akibat percintaan di luar kendali bersama Moohan barusan. Dia juga mengabaikan air hujan yang tiba-tiba turun dan membasahi pakaiannya. Di ingatannya sekarang, hanyalah Aletha. Dia sudah sangat terlambat untuk menjemput putrinya.
Thalia mengetuk pintu rumah penitipan anak dengan tidak sabar, berharap pengasuh tersebut belum tidur dan masih menunggunya untuk menjemput Aletha. Setelah cukup lama menunggu, pintu dibuka dari dalam dan seorang wanita paruh baya melongokkan kepala dengan tatapan tidak suka pada tamunya. Thalia mengangguk hormat kemudian.
Sementara itu, Asisten Zack yang mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, tiba-tiba saja mengerem mobilnya. Membuat Moohan yang berkonsentrasi melihat ke arah kanan dan kiri jalan untuk melihat barangkali saja Thalia ada di sana, dibuat terkejut. "Ada apa, Zack? Kenapa berhenti mendadak?" protes Moohan.
"Bos, bukankah itu Thalia? Sedang apa dia berdiri di depan rumah itu?" Zack menunjuk ke arah rumah yang berada di kiri jalan.
"Siapa yang ditemuinya? Bukankah tempat tinggal Thalia masih masuk ke gang di depan sana?" gumam Moohan yang pernah mengantarkan Thalia sampai di depan gang pada saat pertama kali wanita cantik itu bekerja, dengan dahi berkerut dalam.
☕☕☕☕☕☕☕☕☕☕ tbc.