Katanya satu yang hilang dapat diganti dengan seribu yang datang. Tapi jika yang hilang adalah ibu, siapa yang mampu menggantikannya?
Meskipun begitu, aku memiliki seseorang yang mendampingiku. Merekapun menyayangiku tanpa syarat. Namun sayangnya, mereka malah saling memperebutkan aku. Hal inilah yang membuatku ditempatkan pada situasi yang sulit untuk memilih salah satu diantara mereka. Aku harus memilih antara menetap dengan kakak tiriku yang sejak kecil menemaniku ataukah pergi bersama kekasihku yang sangat aku cintai. Keputusan akhir yang kuambil adalah memilih untuk menetap. Tapi takdir punya rencana lain, ia malah mendatangkan kembali orang baru ke hidupku. Aku kembali di tempatkan di situasi yang sama yaitu dipaksa untuk memilih lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulyanee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Komunikasi Ialah Kunci
Tidak pernah Findra sangka bahwa untuk mengitari mansion ini akan sangat menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Meskipun begitu Findra tidak berhenti untuk terus berjalan.
"Suara air mengalir?" kernyitnya, "Darimana asalnya? Haruskah aku menemukankan?"
Findra yang berbekal suara air mengalir akhirnya menemukan seseorang yang tengah berdiri di jembatan kecil yang melintasi kolam ikan koi.
Findra menghampiri orang itu lalu tanpa segan langsung berdiri di samping orang itu tanpa berkata apa-apa.
"Ini bukanlah tempat janjian kita, apakah tidak masalah?"
Findra yang mendengar itu sontak terkekeh. Bisa-bisanya ia mempermasalahkan hal itu.
Kemarin siang, di hari kecelakaan itu terjadi Findra memang sedang menunggu seseorang yang mengajaknya untuk bertemu. Ia tidak lain adalah Ergi Kailash. Orang jni jugalah yang menarik Findra pada saat itu dan membawanya ke mansion ini.
"Bukankah itu sudah tidak penting lagi sekarang? Langsung saja apa yang kau ingin katakan dan inginkan dariku?"
Ergi lalu menjitak keras dahinya Findra, "Angkuh sekali, kau bahkan tidak mengucapkan terima kasih padaku. Padahal aku—"
"Terima kasih," sela Findra.
Dengan pandangan yang sedikit terkejut, Ergi hanya berdehem saja.
"Banyak yang ingin kubicarakan denganmu...tapi aku berubah pikiran untuk tidak membicarakannya saat ini, mungkin dipertemuan kita selanjutnya?...aku akan memperingatkan mu janganlah kau berhubungan dengan Seriya. Percayalah padaku segala sesuatu yang berhubungan dengan my sweethe— Seriya akan menjadi suatu hal yang berbahaya."
"Kenapa kau mengkhawatirkanku? Aku bahkan tidak mengenalmu sama sekali."
Ergi hanya menekankan, "Tidak masalah, aku mengenalmu lebih lama dari yang kau ketahui."
Findra tidak cukup puas dengan jawaban Ergi dan hanya memutar bola matanya malas, "Kau mengenal ayahku?"
"Siapa yang tidak mengenalnya? Diakan jenderal polisi yang tersohor. Kau tidak bangga? Kau juga harus, saking cintanya ayahmu kepadamu ia rela bermain kotor," ergi lanjut berbisik, "Ayahmu menerima sogokan untuk selalu menolak laporan dari kasus waktu itu. Kau juga tahu kan?"
Mendengar Ergi membahas kasus waktu itu membuatnya sedikit tersentak. Apalagi ditambah informasi bahwa ayahnya sampai tega hati melakukan perbuatan yang keji seperti itu.
"Kau yakin informasi itu akurat? Apakah ayahku benar-benar melakukan itu?"
Ergi merogoh saku celananya untuk mengeluarkan rokok dan sebuah pemantik, "Kau mau?" tawarnya.
"Hei apa-apaan ini pak tua! Kau hanya ingin mengatakan itu saja? Dengar ... aku tidak peduli pada apapun yang dilakukan oleh si jenderal polisi itu!"
Tatapan miris jelas diperlihatkan oleh Ergi untuk Findra. Sebelum melanjutkan bicaranya, Ergi menghisap dulu rokoknya, "Padahal alasan si jenderal polisi itu rela melakukan itu semata-mata untuk melindungimu, dia melakukan itu untuk dirimu. Tapi lihat, dasar anak anjing! Anak yang diperjuangkannya malah berprilaku angkuh seperti ini. Kau harus lebih menjaga etikamu!"
Findra jelas kesal pada bacotan Ergi barusan. Ergi dianggap telah lancang karena sudah mengomentari hubungan antara dirinya dengan sang ayah, "Tahu apa memangnya kau? Kau hanya orang asing yang tiba-tiba memasuki hidupku," tegas Findra, "Pada kejadian itu saat orang itu dipukuli secara brutal oleh Sanjaya ... kau juga menyaksikan kejadian itu kan? Tapi kau juga sama saja denganku...tidak melakukan apa-apa. Kau hanya—hei itu nada dering ponselku kan?"
Di tengah-tengah kemarahannya, Findra mendapati suara ponselnya berbunyi. Ergi kemudian menunjukkan ponselnya Findra yang ia simpan di balik saku jaketnya. Di sana memperlihatkan nama dari si penelpon "Daffin".
"Ini kukembalikan lagi pada pemiliknya, aku tidak pernah menginginkan hal yang pada dasarnya bukan milikku ... ini selalu berdering sejak semalam, Daffin sepertinya merindukanmu. Aku akan berdo'a ... semoga anak yang bernama Daffin itu tidak akan pernah mampu mencelakaimu."
Mendengar do'a seperti itu dari orang asing membuat Findra mengernyitkan dahinya.
Melihat itu Ergi terkekeh, "Pergilah! Ikuti lorong itu. Di ujung sana kau akan menemukan gerbang untuk keluar dari sini."
Tanpa menjawab, Findra segera berlari meninggalkan Ergi. Findra ingin cepat-cepat meninggalkan tempat ini.
"Aku tidak melakukan apa-apa juga kan untuk melindungimu. Memangnya kau yakin jika aku tidak berdiam diri di sana dia tidak akan menghajarmu juga?" gumamnya Ergi.
Ergi merasa Findra terlalu membenci ayahnya. Padahal ayahnya selalu mati-matian melindungi putranya.
Banyaknya panggilan tak terjawab dari Daffin membuat Findra berinisiatif untuk menelpon balik. Tapi sebelum melakukannya Findra melihat ada pesan SMS dari Daffin yang menyuruhnya untuk datang ke rumahnya Ettan. Pesan itu dikirim kurang lebih sekitar 1 jam yang lalu. Tanpa berlama-lama Findra pun langsung menuju ke rumahnya Ettan.
Di rumahnya Ettan sudah tidak ada lagi Seriya. Ia sudah pulang beberapa waktu yang lalu. Seriya merasa sedikit canggung setelah pembahasan Karissa sebelumnya tentang Ettan. Seriya pun memutuskan untuk pulang saja.
Mendengar Karissa bercerita pada Seriya membuat Ettan menjadi sedikit murung. Ettan bahkan menyuruh Daffin untuk pulang saja. Tentu saja Daffin menolak, ia tidak akan pergi begitu saja.
"My bad, gimana ini sayang? Abis ini I sama dia bakal jadi canggung deh. Ettan pasti akan semakin menghindar sama I deh ke depannya."
"Fine aja sih cinta. Dia juga kan pengecut. Dia pikir dengan menghindari membahas masalahnya, itu akan beres gitu aja? Ettan kan udah gede, harusnya di tahu bagaimana cara untuk mengatasi masalahnya. Sebaiknya kan harus dikomunikasikan sama orang-orang terdekatnya."
Mendengar perkataan itu membuat Karissa menyadari kepengecutan adiknya dalam menanggapi masalah. Ettan akan selalu menghindar dan selalu berkata bahwa ia tidak apa-apa. Ettan terlau menganggap dirinya rendah. Sifatnya yang seperti itulah yang malah membuatnya menjadi pengecut.
"Sini peluk I! Udah lama juga kan? Sini come to mommy!"
"Eh—ehhhh jangan di sini sayang," lirihnya.
"Gapapa cinta, ini kan lagi di kamar I. That's okay."
"No no no!" ia lalu lanjut bicara, "Kalian itu sama aja yah adek kakak. Adeknya ngga ngasih tahu punya kakak eh kakanya ngga ngasih tau punya adek."
"Emm ... I have a reason, just like him. But you still love me, right Mr.Daffin?"
Daffin dan Karissa menjalani hubungan asmara baru-baru ini sekitar 6 bulan yang lalu. Daffin memang menyukai older women dan Karissa juga menyukai younger man. Itulah mengapa mereka akhinya memutuskan untuk menjalin hubungan asmara.
Daffin juga sebelumnya sudah memberitahu Karissa bahwa ia pernah bertanya alasan dari kenapa Ettan menutupi fakta bahwa ia memiliki seorang kakak.
"Cinta, aku masih belum ngerti sama relationship kamu sama Ettan. Kamu bilang hubungan kamu sama dia itu rumit kan? I just curious, ceritain sayang ceritain!"
Karissa tampak cengengesan melihat Daffin yang memohon-mohon seperti itu. Inilah alasan kenapa Karissa sangat menyukai pria yang lebih muda darinya.
"Biarlah dia aja yang ceritain hal yang ngga I ceritain ke you. I juga tadi hampir keceplosan ke Seriya. Untung I langsung lihat you di sana."
Daffin hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda setuju, "Kita ke luar aja yuk! Findra bentar lagi pasti nyampe."
Daffin ke luar lebih dulu lalu di ikuti Karissa di belakangnya.
"Oyy anjing!" Teriak Ettan yang menyaksikan Daffin yang keluar dari kamarnya Karissa.