Sesama Author tolong saling menghargai, dilarang mampir jika hanya skip skip saja dan baca setengah-setengah, 🙏
Sebuah pernikahan harus didasari oleh kejujuran dan rasa saling percaya, tapi apa jadinya jika seorang Suami selalu berbohong kepada Istrinya dan lebih memilih menuruti semua keinginan Orang tua serta Keluarganya dibandingkan dengan keinginan Sang Istri?
Yuni selalu berharap jika Sang Suami bisa menjadi sandaran untuk dirinya, tapi ternyata semua itu hanya menjadi angan-angannya saja, karena Hendra bahkan tidak pernah membela Yuni ketika dia dihina oleh keluarga Suaminya sendiri.
Akankah Yuni bertahan apabila keluarga Sang Suami selalu campur tangan dalam rumah tangganya?
Baca kisah selengkapnya dalam Karya saya yang berjudul 'Suamiku Boneka keluarganya'.
Mohon dukungannya untuk Karya-karya receh saya, 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Pak Ibrahim begitu syok mendengar cerita Hendra. Beliau kecewa terhadap Yuni karena mengira jika Anak sulungnya tersebut sudah berselingkuh dengan Bayu.
"Bapak sudah gagal menjadi seorang Ayah, Bu. Bisa-bisanya Yuni berselingkuh dengan Nak Bayu. Bapak malu. Apa kata orang nanti jika mengetahui Anak kita sudah berbuat dosa besar," ucap Pak Ibrahim setelah menceritakan semuanya terhadap Bu Siti.
Bu Siti terlihat berpikir. Beliau tidak percaya begitu saja dengan perkataan Hendra, apalagi selama ini Bayu dan Yuni tidak pernah terlihat mesra.
"Pak, kita baru mendengarnya secara sepihak. Jadi kita tidak boleh membuat kesimpulan dulu. Ibu yakin Yuni tidak mungkin mengkhianati pernikahannya. Sebaiknya nanti kita tanyakan semua kebenarannya kepada Yuni," ujar Bu Siti.
"Bu, faktanya sudah di depan mata. Yuni sudah berbohong kepada kita. Dia beralasan pindah ke sini karena Denis, tapi ternyata dia sengaja membawa selingkuhannya tinggal berdekatan supaya mereka bebas melakukan maksiat," ujar Pak Ibrahim.
"Astagfirullah Pak. Bapak tidak boleh menuduh Yuni dan Nak Bayu seperti itu."
"Apa jangan-jangan sebenarnya Ibu sudah tau tentang perselingkuhan mereka? Makanya Ibu selalu berusaha mencegah Bapak menjodohkan Nak Bayu dengan Mia?" ujar Pak Ibrahim dengan nada tinggi.
Yuni dan Bayu terkejut ketika mendengar perdebatan Pak Ibrahim dan Bu Siti. Apalagi saat keduanya mengucap salam, Pak Ibrahim langsung melayangkan tangannya kepada Yuni.
Plak
Tamparan keras mendarat pada pipi Bayu. Bayu yang melihat pergerakan tangan Pak Ibrahim bergegas menghalangi tubuh Yuni.
"Astagfirullah Pak, apa yang Bapak lakukan? Bay, kamu tidak kenapa-napa kan?" tanya Yuni.
"Aku baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir," ucap Bayu dengan tersenyum.
Pak Ibrahim menatap tajam Bayu dan Yuni. Beliau semakin murka ketika melihat keduanya pulang bersama.
"Seharusnya Bapak yang bertanya sama kalian. Yuni, apa kamu ingin mencoreng nama baik keluarga kita?" teriak Pak Ibrahim.
Yuni masih tidak mengerti dengan perkataan Pak Ibrahim, apalagi dia tidak merasa melakukan kesalahan apa pun.
"Maaf Pak, tapi Yuni tidak mengerti apa yang Bapak bicarakan."
"Sudahlah, kalian tidak usah berpura-pura lagi. Sekarang Bapak sudah tau kalau ternyata kamu dan Nak Bayu telah berselingkuh."
Yuni langsung menyangkalnya. Dia tidak terima karena merasa sudah difitnah.
"Semua itu fitnah Pak. Bapak mendengar gosip tersebut dari mana?" tanya Yuni.
"Tadi Bapak bertemu dengan Nak Hendra. Dia sudah menceritakan semuanya. Ternyata alasan kamu pindah ke sini bukan karena Denis, tapi karena kamu ingin bebas berselingkuh dengan Nak Bayu. Kenapa kalian berdua melakukan semua itu?"
Degg
Jantung Yuni rasanya berhenti berdetak mendengar perkataan Pak Ibrahim. Dia tidak menyangka jika Hendra tega memutar balikan fakta.
"Pak, Yuni bersumpah kalau Yuni dan Bayu tidak pernah berselingkuh, justru yang sebenarnya sudah berselingkuh adalah Mas Hendra," ucap Yuni.
"Iya Pak, Yuni benar. Kami tidak mungkin melakukan perbuatan serendah itu," tambah Bayu.
Pak Ibrahim memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa sakit. Beliau tidak tau harus percaya terhadap siapa.
"Bapak tidak tau bagaimana kehidupan Yuni selama tinggal di rumah keluarga Mas Hendra. Mereka sudah berbuat dzolim terhadap Yuni dan Anak-anak. Di sana Yuni tidak diperlakukan seperti Menantu, tapi sebagai Pembantu."
Yuni mengambil handphone miliknya, lalu dia memperlihatkan foto foto Hendra dan Lisa yang sedang bercum*bu tanpa mengenakan sehelai benang pun.
"Bapak lihat sendiri buktinya. Mas Hendra yang sudah mengkhianati pernikahan kami. Apa Bapak tidak percaya terhadap Yuni?"
Bu Siti merasakan sesak dalam dadanya ketika melihat perbuatan tidak senonoh Hendra, sedangkan dada Papa Ibrahim semakin sakit melihat semua itu.
"Bu, Pak, maaf jika Yuni sudah membuat kalian kecewa. Yuni sudah membuat keputusan untuk bercerai dengan Mas Hendra."
Deg deg deg
Jantung Pak Ibrahim berdetak kencang mendengar kabar perceraian Yuni, sampai akhirnya beliau pingsan, beruntung Bayu bergegas menopang tubuh Pak Ibrahim sebelum terjatuh di atas lantai.
"Astagfirullah, Bapak," teriak Yuni dan Bu Siti secara bersamaan.
Bayu bergegas menelpon Ambulance. Setelah mobil Ambulance datang, Yuni dan Bayu membawa Pak Ibrahim menuju Rumah Sakit, sedangkan Bu Siti tidak bisa ikut karena harus menjaga Denis dan Nadira.
Sepanjang perjalanan menuju Rumah Sakit, Yuni terus menangis dengan menggenggam tangan Pak Ibrahim.
"Pak bangun Pak. Maafin Yuni."
"Yun, kamu yang sabar ya. Bapak pasti akan baik-baik saja," ucap Bayu.
"Bay, aku sudah membuat Bapak seperti ini. Aku_"
Bayu angkat suara untuk menenangkan Yuni. Hatinya sakit melihat Yuni yang terus-terusan menyalahkan diri sendiri.
"Cukup Yuni. Jangan pernah menyalahkan diri sendiri. Semua yang menimpa Bapak bukan sepenuhnya salah kamu. Jika ada orang yang harus di salahkan, itu adalah Hendra. Seandainya dia tidak menuduh kita selingkuh, Bapak tidak mungkin salah paham."
Yuni akhirnya diam. Dia semakin membenci Hendra, apalagi Hendra sudah tega memfitnahnya.
Aku harus membuat perhitungan dengan Mas Hendra. Tega sekali dia menuduh ku, padahal aku adalah Ibu dari Anak-anaknya, ucap Yuni dalam hati.
......................
Yuni dan Bayu menunggu Pak Ibrahim di depan ruang IGD. Keduanya harap-harap cemas, apalagi sudah dua jam Dokter masih belum ke luar juga.
"Mbak, bagaimana keadaan Bapak?" tanya Mia yang baru sampai di Rumah Sakit.
"Dokter masih belum ke luar, Mia." jawab Yuni.
"Mbak, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Bapak bisa sampai pingsan?" tanya Mia yang merasa penasaran.
Yuni hanya diam mendengar pertanyaan Mia. Dia sebenarnya malas membahas tentang Hendra, sampai akhirnya Bayu angkat suara.
"Sekarang waktunya tidak tepat. Sebaiknya kamu jangan menanyakan apa pun kepada Yuni."
Mia sebenarnya sudah jatuh hati kepada Bayu, tapi selama ini Bayu selalu bersikap dingin terhadap dirinya.
Kenapa selama ini kamu selalu dingin terhadap ku, Kak Bayu? Apa yang harus aku lakukan supaya kamu bersedia melihat ku? Batin Mia kini bertanya-tanya.
Beberapa saat kemudian, Dokter ke luar dari dalam ruang IGD. Yuni beserta yang lainnya bergegas menghampiri Dokter untuk menanyakan kondisi Pak Ibrahim.
"Dok, bagaimana kondisi Bapak saya?" tanya Yuni.
Dokter menghela napas panjang, apalagi kondisi Pak Ibrahim semakin memburuk.
"Pasien terkena serangan jantung. Saat ini pasien masih belum melewati masa kritisnya."
Tubuh Yuni seketika terasa lemas, bahkan Yuni hampir terjatuh seandainya Bayu tidak bergegas menopang tubuhnya.
"Bay, Bapak Bay_" ucap Yuni dengan menangis.
Secara tidak sadar Bayu langsung mendekap erat tubuh Yuni untuk menenangkannya.
"Yun, kamu harus kuat. Sekarang yang bisa kita lakukan hanyalah berdo'a untuk kesembuhan Bapak," ucap Bayu dengan mengelus lembut bahu Yuni.
Hati Mia berdenyut sakit melihat perlakuan Bayu yang begitu lembut terhadap Yuni.
"Maaf Mbak, kalian bukan muhrim. Tidak sepantasnya kalian berpelukan," ucap Mia dengan nada penuh sindiran.
Bayu dan Yuni langsung melepaskan pelukan mereka ketika mendengar perkataan Mia.
"Maaf Yun, aku tidak bermaksud kurang ajar terhadap kamu."
*
*
Bersambung