WARNING!!
Kita akan berkelana ke Dunia Fantasi, Karena itu, ada beberapa lagu yang akan di rekomendasikan di awal cerita untuk membawamu ke sana. Putarlah dan dengarkan sembari kamu membaca >>
___
Di sebuah kerajaan, lahirlah dua putri kembar dengan takdir bertolak belakang. Satu berambut putih bercahaya, Putri Alourra Naleamora, lambang darah murni kerajaan, dan satu lagi berambut hitam legam, Putri Althea Neramora, tanda kutukan yang tak pernah disebutkan dalam sejarah mereka. kedua putri itu diurus oleh Grand Duke Aelion Garamosador setelah Sang Raja meninggal.
Saat semua orang mengutuk dan menganggapnya berbeda, Althea mulai mempertanyakan asal-usulnya. hingga di tengah hasrat ingun dicintai dan diterima sang penyihir jahat memanfaatkannya dan membawanya ke hutan kegelapan. Sementara itu, Alourra yang juga berusaha mencari tahu kebenaran, tersesat di tanah terkutuk dan menemukan cinta tak terduga dalam diri Raja Kegelapan, makhluk yang menyimpan rahasia kelam masa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hutan Kabut Peri
‧˚♪ 𝄞 :
...ᝰ.ᐟ...
Pagi itu, sesuai perintah Graclle, sang Kepala Akademi, Alourra menemuinya di depan altar megah yang berdiri di halaman Akademik Stevia.
“Ikuti aku,” ucap Graclle singkat sambil melangkah mendahului.
“Kita akan ke mana, Kepala Sekolah?” tanya Alourra pelan, rasa penasaran melintas di matanya. Namun, Graclle tidak menjawab. Langkahnya tegas, menuntun mereka menuju arah yang tak pernah diduga Alourra sebelumnya "Hutan Kabut Peri."
“Mungkinkah…?” bisik hati Alourra, dadanya berdebar.
Tak lama, keduanya tiba di tepi hutan misterius itu. Kabut putih bergelayut pekat, begitu tebal hingga menelan pandangan sejauh mata memandang. Dari luar saja, mustahil melihat apa pun yang tersembunyi di dalamnya.
“Kita akan masuk. Berhati-hatilah,” kata Graclle, melangkah masuk tanpa ragu.
Alourra hanya mengangguk, mengikuti di belakangnya.
Begitu memasuki hutan, kabut menyelimuti mereka bagai tirai raksasa. Setiap langkah membuat dunia luar terasa semakin jauh, seolah mereka melangkah ke dimensi lain. Bahkan sosok Graclle yang berjalan di depan perlahan memudar, tertelan warna putih yang mendominasi.
“Bertahanlah. Di bagian tengah, kabut ini tidak akan setebal sekarang,” ujar Graclle, suaranya samar, seolah datang dari jauh.
Alourra menarik napas panjang, lalu terus melangkah dengan hati-hati. Detak jantungnya seakan mengikuti irama langkah kakinya yang teratur.
Beberapa saat kemudian, kabut mulai menipis. Meski masih menggantung di udara, tak lagi sesesak ketika mereka pertama masuk.
“Kita sampai,” ucap Graclle akhirnya.
Alourra menoleh ke belakang. Jalur yang baru saja mereka lewati kini tampak seperti hutan biasa, pepohonan berbalut kabut tipis, tak ada yang istimewa. Namun sesuatu dalam hatinya mengatakan, mereka telah meninggalkan dunia yang ia kenal.
“Alourra, lihatlah di belakangmu.”
Ia berbalik… dan matanya membelalak tak percaya.
Di hadapannya menjulang sebuah pohon raksasa, begitu besar hingga ia harus mendongak tinggi untuk melihat puncaknya. Namun sia-sia—ujung pohon itu tak tampak, lenyap ditelan kabut yang mengambang di angkasa.
Betapa besar pohon ini… gumamnya dalam hati, napasnya tercekat.
Namun, yang membuatnya kian terperanjat bukanlah ukuran pohon itu, melainkan sesuatu yang terpatri di batangnya.
“Apa yang kau lihat, Alourra?” suara Graclle memecah keheningan.
“Ada… sebuah pintu. Di tengah batang pohon itu,” ucap Alourra, melangkah mendekat. Jemarinya menyentuh permukaan pintu yang dingin, meraba simbol-simbol aneh yang terukir di sana. “Simbol-simbol sihir ini… apa, Graclle?”
Graclle menatapnya lekat. “Kau bisa melihatnya, Alourra?”
“Ya. Sangat jelas.”
Sorot mata Graclle berubah serius. “Ini adalah Pohon Penjaga Abadi.”
Alourra tersentak. “Graclle… apa benar ini Hutan Kabut Peri?” tanyanya dengan nada hampir berbisik.
“Benar. Dan kau ada di sini sekarang,” jawab Graclle.
“Tapi… bukankah hanya mereka yang terpilih yang bisa sampai ke sini?” tanya Alourra, rasa penasarannya kian membuncah.
“Kemarilah. Akan kujelaskan,” ucap Graclle, memberi isyarat agar Alourra mendekat.
Dengan langkah ragu, Alourra menghampiri sosok Graclle yang kini berdiri di hadapan pintu misterius itu.
“Letakkan telapak tangan kananmu di tengah pintu,” perintah Graclle.
Meski bingung, Alourra menuruti instruksi itu. Begitu telapak tangannya menyentuh permukaan pintu, simbol-simbol sihir yang tadinya redup mulai bersinar. Cahaya keemasan merayap dari ukiran itu, berpendar indah, hingga akhirnya seluruh pintu berubah wujud menjadi sebuah portal berwarna biru yang berputar pelan, memancarkan aura magis yang luar biasa.
Alourra menatap takjub, bibirnya terkatup rapat.
“Masuklah, Alourra,” kata Graclle tenang.