NovelToon NovelToon
Mahligai Impian

Mahligai Impian

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Angst
Popularitas:4.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Desy Puspita

"Seiman, aku ingin seperti Mama yang cium tangan Papa di sepertiga malam sambil pakai mukena ... belajar ngaji selepas Isya dan berdiri berdampingan di Jabal Rahmah." - Zavia

Menjadi pasangan seorang Azkayra Zavia Qirany adalah impian seorang Renaga Anderson. Namun di sisi lain, sepasang mata yang selalu menatapnya penuh cinta justru menjadikan Renaga sebagai cita-cita, Giska Anamary.

Mampukah mereka merajut benang kusut itu? Hati mana yang harus berkorban? Dongeng siapa yang akan menjadi kenyataan? Giska yang terang-terangan atau Zavia yang mencintai dalam diam.

Follow ig : Desh_puspita

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10 - Sadar

Tidak ada yang lebih sakit, selain jatuh cinta sendirian bagi Giska. Dia menjalaninya sangat lama, berawal dari candaan hingga lama kelamaan perasaan itu kian dalam saja. Giska menarik napas dalam-dalam sebelum kemudian menghembuskannya perlahan.

Dingin menusuk kulit, persendiannya terasa ngilu. Akan tetapi, tempat ini adalah pelarian paling menenangkan untuk dirinya. Riuh kendaraan yang mulai redup, pantulan cahaya dari aliran sungai di bawah sana lebih damai dari hidupnya.

Sempat terbesit di pikirannya untuk terjun dalam hitungan ketiga. Namun, sejak sepuluh menit yang lalu hitungannya hanya sampai dua dan itu dia ulang berkali-kali.

Terlalu banyak yang Giska pikirkan, orangtua, sahabat dan juga cintanya. Yah, itupun hanya kemungkinan kecil. Jika saja dia melakukan hal sebodoh itu, maka bukan hanya persahabatan mereka yang mungkin hancur, melainkan persahabatan orangtua mereka.

Sejak dahulu mereka ketahui, betapa Giska menginginkan Renaga. Jika sampai dia bunuh diri di saat Renaga kembali, maka itu sama artinya dengan dia membunuh banyak hati tanpa sengaja.

Hubungan Keny dan Justin tentu akan hancur, saling menyalahkan dan bukan tidak mungkin Renaga yang akan dihajar sang papa. Yah, Meski Giska sedikit berisik, bukan berarti otaknya tidak dapat berpikir panjang.

Di saat dirinya tengah memantapkan niat, seseorang memeluknya begitu erat hingga Giska merasakan sesak. Secepat itu niatnya untuk mati menghilang, apalagi kala dia merasakan tubuhnya sudah ambruk begitu saja di atas tubuh seseorang yang menariknya mundur.

"Aaawwh."

Mata Giska membola kala menyadari seseorang yang sekarang ada di bawahnya adalah seoprang pria. Tunggu? Apa mungkin Renaga? Tapi kenapa dia sampai memeluknya dengan cara ini.

"Tolong berdiri, tubuhmu berat."

Mendengar suaranya asing sekali, Giska yakin dugaan awalnya salah. Sontak Giska menjauh dan duduk di sisi pria itu. Sedikit kecewa, karena dia berharap yang memeluknya adalah Renaga.

"Woah, kaum hawa di negeri tampaknya sudah hilang akal semua ... tidak ada cara lain selain bunuh diri? Hei, bunuh diri tidak akan menyelesaikan masalah, paham?"

Lihatlah pria ini, sama sekali tidak tahu duduk perkaranya. Dia mengira jika Giska salah langkah, yah memang sempat terpikir dia akan mengambil jalan itu. Akan tetapi, Giska tidak senekat itu.

"Kau tahu berapa banyak di luar sana yang ingin hidup? Lihat ke bawah, bersyukur jadi manusia ... kau tahu di bawah kolong jembatan ini bahkan ada yang bertahan hidup, dan kau!! Coba buka matamu!!"

Mata Giska mengembun, ini adalah pertemuan pertama yang paling tidak terduga sepanjang hidupnya. Entah dari mana pria ini datang, dia marah dan membentak Giska seakan telah melakukan kesalahan besar.

"Nangis? Jangan bodoh, jika memang benar-benar ingin mati di rumah saja, jangan di sungai ... karena pasti merepotkan tim evakuasi untuk mencari jasadmu."

Giska yang belum bisa berpikir jernih, kembali dibuat tidak bisa berkata-kata setelah mendengarnya. Melihat pria itu berdiri, dan mengusap sikunya yang sedikit berdarah, Giska melakukan hal yang sama.

"Pulanglah, masih punya orangtua, 'kan?"

Tanpa Giska sadari, dia mengangguk pelan. Seakan patuh meski tidak dipinta, tapi dia lupa jika sebelumnya pergi jalan kaki. Dia membuang kesedihan dengan cara lama, Giska yang menyedihkan akan pulang dengan cara yang sama.

"Woey pulang!!"

"Ck, kenapa kau selalu berteriak kepadaku? Heh dengar ya, kau salah paham dan aku belum mau mati!!"

Sejak tadi terlihat diam, dan kesabaran Giska habis ketika pria itu kembali meneriakinya. Entah apa salah Giska, mungkin belum sempat minta maaf, pikirnya.

"Pulang, kenapa ke arah sana."

"Hah?"

Benar, Giska salah arah. Tapi dari mana pria itu tahu dia salah arah. Di saat dia yang terlihat bingung, mobil putih yang melaju cepat dari arah berlawanan tampak mendekat.

"Kak?"

Senyumnya kembali terbit, tidak dapat dipungkiri Renaga benar-benar obatnya. Giska yang terlihat menyedihkan membuat Renaga menghela napas perlahan, tempat favorit Giska masih sama.

"Ya Tuhan, Giska."

Bibirnya bergumam, sementara matanya menatap tajam pria yang berdiri tidak jauh darinya. Mata Giska yang memerah membuat Renaga berpikir macam-macam, terlebih lagi ketika dia melihat rambut Giska sedikit berantakan.

"Siapa?"

"Tidak kenal," jawab Giska apa adanya, sejak dahulu dia memang sejujur itu jika Renaga bertanya.

Renaga yang tidak percaya segera menghampiri pria itu dan menatapnya seakan musuh bebuyutan. Melihat Renaga seperti itu, Giska segera menahannya karena paham betul emosi Renaga biasanya tidak bisa terkontrol dengan baik.

"Apa yang kau lakukan padanya?"

"Kau pacarnya? Jaga baik-baik, dia hampir loncat beberapa menit lalu."

Tanpa menunggu jawaban Renaga, pria itu berlalu meninggalkan mereka. Giska belum mengucapkan terima kasih, tapi buat apa juga, pikir Giska.

Selepas pria itu pergi, hanya mereka berdua yang berada di sana. Giska seakan deja vu, mereka yang berdiri berhadap-hadapan dengan Renaga yang terlihat marah padanya.

"Benar kata orang itu tadi?"

"Tidak, Kak ... aku tidak sebodoh itu," jawab Giska pelan, Renaga menatap gurat kesedihan begitu dalam di matanya.

"Hm, tujuh tahun aku tinggalkan, seorang Giska pasti sudah lebih dewasa dan paham keadaan ... Ayo pulang, semua orang khawatir ... terutama Papamu."

.

.

- To Be Continue -

1
fey11
allahuma bariklana fiima rozaktana....
fey11
renaga : demi cinta aku rela 😉
fey11
ini karya kak desy yg kesekian, aku g ngitung, tetap bagus, kisah yg memang berbeda dari klan megantara sebelumnya,alur baru biar g monoton, salut buat ide2 critanya, aku g bisa nulis cuma penikmat cerita... dan aku suka😘😘
fey11
sopir...taksi😂😂
fey11
capek g ya lari dari kenyataan????🤔🤔🤔🤔
fey11
aku baru baca kisah ini sambil nungguin kak desy up boncap azkara😁😁😁 tinggal ini karya kak desy yg belum ku baca..
Lusi Kurniawati
ngakak parah 🤣🤣🤣
minarni 0714
Luar biasa
fitriani
sweet bgt🥰🥰🥰🥰
fitriani
terkadang alam bawa sadar kita masih sakit ketika mengingat luka dr org masa lalu kita
fitriani
bnr2 y giska ngatain suaminya kurang se ons😂😂😂😂😂
fitriani
wkwkwkwkwk baru taw kl giska punya bakpao imut🤣🤣🤣🤣🤣🤭🤭🤭🤭🤭
fitriani
🤣🤣🤣🤣🤣🤣😂😂😂😂perut aku kram gara2 ketawa
fitriani
idih alah si gabi gak jelas bgt... kan dy yg mencampakkan giska lah skr berasa dy yg korbannya giska😏😏😏😏😏
fitriani
nah gmn giska setelah karma datang padamu krn dulu sering bikin aga naik darah😂😂😂😂😂
fitriani
widih auto lgsg jadi mantu ini ma🤣🤣🤣🤣🤣
fitriani
hati2 giska pasti nanti ada kalimat tambahan dari crist😂😂😂😂😂
fitriani
kmrn giska melongo krn hp skr karena mobil🤣🤣🤣🤣🤣🤣
fitriani
kirain emaknya mau ngucapin selamat ultah eh tawnya minta obat sakit gigi😂😂😂😂😂😂
fitriani
wkwkkwwkkw lucu bgt giska sampe melongo gara2 lht hp crist🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!