Mahligai Impian
Menjadi pasangan seorang Azkayra Zavia Qirany adalah impian seorang Renaga Anderson. Namun di sisi lain, sepasang mata yang selalu menatapnya penuh cinta justru menjadikan Renaga sebagai cita-cita, Giska Anamary.
Mampukah mereka merajut benang kusut itu? Hati mana yang harus berkorban? Dongeng siapa yang akan menjadi kenyataan? Giska yang terang-terangan atau Zavia yang mencintai dalam diam.
...****************...
"Seiman, aku ingin seperti Mama yang cium tangan Papa di sepertiga malam sambil pakai mukena ... belajar ngaji selepas Isya dan berdiri berdampingan di Jabal Rahmah."
Sesederhana itu keinginan Azkayra Zavia Qirany. Namun, akan teramat sulit bahkan mustahil untuk seorang Renaga Anderson. Sementara di sisi lain pemilik mata indah yang selalu menatapnya penuh cinta, justru menjadikan Renaga sebagai cita-cita.
"Renaga, are you okay?"
"Hm? Fine ... sampai mana tadi?"
Renaga tidak bisa fokus sama sekali, seperti biasa kencan buta semacam ini hanya sia-sia. Sudah berulang kali dia coba, tapi entah kenapa hatinya tidak memiliki ketertarikan sedikitpun.
"Aku pergi."
Sama seperti beberapa wanita yang sempat dia temui, mereka menyerah di pertemuan pertama. Sikap dingin Renaga jelas aja menjadi alasannya, dia tidak bisa sekalipun mencoba bersikap hangat.
Waktunya ada di negara ini menyisakan beberapa hari lagi. Justin mulai mengusiknya lantaran tidak pulang-pulang juga padahal Renaga sudah menyelesaikan pendidikannya di sana.
"Aga ... apa maumu sebenarnya?"
Pria itu kesal sendiri, tujuh tahun menata diri sama sekali tidak membuahkan hasil. padahal, jika melihat teman-temannya, menjalin hubungan dengan wanita bukanlah hal sulit.
Malam itu dia habiskan dengan menatap langit-langit kamar, seakan ada sesuatu yang dia rindukan. Pikirannya melayang jauh, semakin dia selami lukanya kian menganga.
Gelak tawa Zavia, jeritan Fabian dan air mata Giska. Semua tergambar jelas dalam benak Renaga, hanya demi mengubur perasaan Renaga meninggalkan semua itu.
"Aku ingin jadi istri kak Aga."
Uhuk
Sial, kenapa suara gadis itu terngiang teramat jelas. Renaga sadar sesadar-sadarnya kala mengingat Giska Anamary, gadis tengil yang menjadi sebab Renaga darah tinggi di usia muda.
Dia yang merengek minta diantar pulang masih terbayang jelas di otak Renaga. Setiap malam Renaga selalu begini, bayangan masa lalu selalu menghantui. Padahal, dia pergi baik-baik dan sama sekali bukan melarikan diri.
Pria itu membasuh wajahnya, sejenak mencari ketenangan karena memang dunianya teramat menyulitkan. Terlalu kasar dia menggosok tangannya, hingga tanpa sengaja jemari Renaga membentur kran air.
Tidak berselang lama, ponselnya berdering beberapa kali. Sudah pasti Justin akan kembali mendesaknya untuk pulang. Demi Tuhan, Renaga enggan meski kerinduan juga membelenggunya.
"Cia?"
Senyumnya mengembang, dia masih punya Cia yang menjadi alasan untuk segera pulang. Bidadari kecilnya yang kini sudah beranjak dewasa, semakin hari semakin cantik dan Renaga lupa dengan janjinya sewaktu Cia lahir ke dunia.
"Kapan pulang?"
"Lusa," jawab Renaga seraya menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur.
"Lama ... Daddy mau adopsi kakak baru untuk Cia."
"Hahaha mana bisa, Daddy mana?"
Paham betul kenapa wajah adiknya muram seperti itu. Jelas saja dia marah lantaran Renaga benar-benar betah di negeri orang, egois dan mereka tidak akan bertemu jika Justin tidak membawa istri dan anaknya mengunjungi Renaga.
"Ada, nih kalau mau lihat."
Cia memperlihatkan kegiatan mereka di ruang tamu, kedua orang tuanya tampak bahagia menata dekorasi ulang tahun adiknya. Panggilan video itu termasuk undangan ulang tahun secara tidak langsung dari Cia, beberapa kali dia menunjukkan beberapa sisi.
Hingga, beberapa detik kemudian mata Renaga terpaku pada wanita dengan rambut yang tergerai indah itu. Pria itu sontak terbangun dan menatapnya lekat-lekat, sekian lama tidak berjumpa, bahkan saling menyapa saja tidak.
Sayangnya, Cia hanya menunjukkannya sebentar. Setelah itu, kembali wajah Cia memenuhi layar ponsel renaga, adiknya memang menyebalkan di beberapa keadaan.
"Hahaha Kakak kenapa?"
"Cia, yang tadi siapa?"
Renaga berpura-pura tidak mengetahui, padahal dari jauh saja dia bisa mengenali. Terlebih lagi, wajahnya teramat jelas di mata Renaga.
"Yang mana?"
"Di depanmu."
"Ah bentar, kak Giska!!"
Kepala Renaga mendadak berasap mendengar nama gadis itu. Apa mungkin Renaga salah lihat? Tidak, seingat dia bukan Giska yang tadi dia lihat.
Lebih menyebalkannya lagi, Cia memberikan ponsel itu pada Giska hingga sejenak keduanya sama-sama diam. Butuh waktu untuk Giska bisa menyesuaikan diri, matanya tidak berkedip hingga Renaga berdehem baru Giska bisa bicara.
"Ap-apa kabar, Giska?"
Kaku sekali, padahal dalam bayangan Renaga gadis ini masih kerap membuatnya sakit kepala. Akan tetapi, saat ini Giska terlihat berbeda. Apa mungkin belum kumat saja, pikir Renaga.
"Giska?"
"Ganteng banget," gumamnya pelan, tapi terdengar jelas oleh Renaga.
Sudah Renaga duga, gadis ini tidak berubah. Salah besar jika dia berpikir Giska sedikit berbeda. Yah, penampilan memang tidak lagi sama, dia semakin cantik dan tumbuh sebagai wanita yang dewasa pada umumnya.
"Kak Aga kapan pulang? Aku sudah dewasa loh."
"Hahaha, lalu kenapa?" Renaga tertawa sumbang, terlalu lucu dan dia tidak bisa menahan tawanya.
"Mama umur 20 sudah melahirkan aku, Kakak tidak punya rencana apa gitu?"
"Ada, lanjut S3," jawab Renaga kemudian tersenyum simpul kala Giska berdecak sebal.
"Yang lain?"
Renaga hanya diam, tapi dia sendiri bahkan tidak yakin dengan dengan kata hatinya. "Biarkan waktu yang menjawab, Giska."
.
.
- To Be Contine -
Hallo semua❣️ Yang agak berat baca season satu boleh langsung loncat ke season dua-nya di Bab 75 ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Laksmi Amik
renaga anak siapa? klw anak justin berarti umurnya dibwh zavia sama giska dong
2024-09-05
0
Nanik Kusno
Ohhh...ini ceritanya Zavia....baru ngeh...🤭🤭🤭
2024-06-17
1
Nazwaputri Salmani
akhirnya ketemu kisah cinta segitiga ini
2024-05-02
0