Gadis dan Dara adalah sepasang gadis kembar yang tidak mengetahui keberadaan satu sama lain.
Hingga Dara mengetahui bahwa ia punya saudara kembar yang terbunuh. Gadis mengirimkan paket berisi video tentang dirinya dan permintaan tolong untuk menyelidiki kematiannya.
Akankah Dara menyelidiki kematian saudaranya? Bagaimana Dara masuk ke keluarga Gadis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Freya Alana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melenyapkan
Gadis selesai menunaikan ibadah sholat maghrib di sebuah mesjid dekat pintu keluar tol. Irsad atau mobilnya masih belum nampak.
Duduk di dalam mobil Gadis mengingat kebahagiaan yang dirasakan bersama Jadden selama mahligai pernikahan mereka. Sebelum semua terbongkar.
Jadden adalah tipe suami yang lembut, perhatian, dan tidak segan menunjukkan afeksi meski mereka tidak sedang berdua. Kakek menjuluki mereka pasangan bucin.
Sebagai pasangan yang tidak melalui tahap pacaran, Gadis langsung merasa klik dengan suaminya. Ia adalah tipe pendengar yang baik. Meski berprofesi sebagai dokter, tapi Jadden dibesarkan di lingkungan pengusaha. Gadis banyak mendapatkan masukan untuk mengembangkan steak house dari Jadden yang memiliki intuisi bisnis tajam.
Masa bulan madu tidak berakhir ketika mereka pulang dari Eropa. Jadden dan Gadis membuat hari-hari pernikahan mereka indah dan penuh cinta.
Tak pernah sedikit pun Gadis mencurigai suaminya walau ia sering bepergian ke luar negeri untuk urusan pekerjaannya. Mereka tetap video call setiap malam. Bertukar cerita dan melepas rindu.
“Kamu dengan telak membohongi semua orang, Jadden,” gumam Gadis mulai terisak.
Gadis mengingat wajah Mel yang lebih terlihat merasa bersalah.
“Mel, aku nggak ngerti bagaimana kamu bisa melalui dua tahun ini. Aku yang baru seminggu mengetahui hubungan kalian saja sudah hancur lebur.”
Gadis melanjutkan pikirannya, “Tapi kamu sama bersalahnya. Kamu dan Jadden telah melakukan kebohongan besar!”
Bunyi klakson menyadarkan Gadis. Ia melihat berkeliling dan belum ada tanda-tanda Irsad atau mobilnya. Dengan tak sabar ditekannya nomor Irsad namun tidak ada jawaban.
Gadis memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju villa. Tidak terlalu jauh, namun jalannya mendaki. Belum lagi jurang di sisi kiri dan lereng gunung di sisi kanan. Gadis sudah terbiasa karena dulu sebelum menikah ia sering mengunjungi villa Darius untuk refreshing singkat.
Sebelum berangkat ia mengirimkan pesan ke Irsad:
Gue cabut dulu. Sad, tolong fokus buat lusa kita ketemu Dara, ya. Gue pengin dia tinggal di Jakarta sama gue dan Opa. Thanks sebelumnya, ya. Oya gue mau fokus nyetir jadi hape gue silent. Lu balik aja, I’m fine. Will be. I don’t know.
Setelah menyimpan hape Gadis menyalakan mobil kemudian menuju villa Darius yang terletak tak jauh dari puncak gunung.
Sementara itu Irsad merutuki sebuah mobil jeep besar berwarna hitam yang berlari kencang dan menyalipnya dengan kasar. Arifin yang mengemudikan kendaraan refleks membanting stir ke bahu jalan dan sialnya ban mobil terkena paku. Hanya dalam jarak beberapa meter saja, mobil mereka terpaksa berhenti untuk mengganti ban.
Hape Irsad tertinggal di mobil sehingga panggilan Gadis tidak terjawab. Setelah selesai, mereka segera mengejar Gadis yang sudah berangkat menuju villa.
Berjarak beberapa belas kilometer di depan, Gadis dengan terampil mengemudikan mobilnya melintasi tanjakan terjal dan berliku.
Sejak sudah bisa menyetir sendiri, Gadis sering ke villa ini untuk refreshing. Gemericik air dan burung berkicau di pagi hari lalu orkestra jangkrik di malam hari selalu berhasil memberikan ketenangan. Wanita itu perlu ketenangan.
Santai namun pasti, Range Rover yang dikendarai Gadis mendekatkan jarak dengan villa. Dari kaca spion ia melihat sepasang lampu mobil mendekat dengan cepat.
Dengan sigap Gadis menepi dan memberi jalan jika mobil di belakangnya hendak mendahului. Matanya memicing ketika mobil itu malah menempel padanya. Sebuah sundulan pelan dirasakan.
“Innalillahi! Ini orang maunya apa sih?”
Gadis mencoba melihat siapa pengemudinya namun kaca terlalu gelap. Ia menambah kecepatan, diikuti mobil belakang yang kembali menyundulnya.
Melihat gelagat aneh, Gadis berusaha menghindar. Ia sempat melihat kendaraan di belakangnya adalah sebuah jeep besar. Tiba-tiba jeep tersebut menyalakan lampu depan tambahan yang begitu terang. Matanya berusaha beradaptasi dengan lampu putih yang menyilaukan dari belakang.
Tiba-tiba lampu dimatikan. Gadis panik karena matanya sudah terbiasa dengan sinar terang dan kini kembali gelap. Matanya masih beradaptasi hingga ia kesulitan melihat jalan berliku di depannya. Terpaksa Gadis mengurangi kecepatan. Jeep kembali menyundul, kali ini agak keras.
Rasa takut merayapi hati Gadis. Ditekannya tombol Irsad.
“Dis, lu dimana, gue udah mulai nanjak.”
“Sad, gawat ada yang ngerjain gue. Mobil gue disundul-sundul.”
Irsad bersitatap dengan adiknya. Refleks mereka melihat ke arah atas. Dari kejauhan nampak dua mobil saling bertempelan. Arifin segera menginjak gas.
“Dis, gue coba nyusul …” Suara Irsad menegang.
“Sad, innalillahi!”
Dengan ngeri Irsad dan Arifin melihat jeep menyalakan lampu depan tambahan hingga menerangi jalan. Jika dipakai untuk offroad di malam hari, lampu itu memang berguna, namun jika di jalan gelap dan dengan jarak dekat ke mobil depan, malah membahayakan.
“Fin, gawat!” Irsad berkata pada adiknya dengan nada panik.
“Iya gue liat, jarak kita terlalu jauh,” balas Arifin makin menginjak gas.
Dari jauh terlihat jeep mematikan lampu. Irsad melihat mobil Gadis sedikit oleng.
“Dis …” pekik Irsad tak sadar.
“Gue bisa, gue bisa. Sad, kalau gue kenapa-napa, janji lu akan cari Dara, dan pertemukan dia dengan Opa Darius. Bilang Dara kalau kita sempet ketemu kita akan jadi pasangan kembar asik. Titip anak gue ke Dara. Irsad, gue sama elo emang baru saling kenal, tapi tolong ceritain tentang gue ke Dara, oke?”
“Dis, gue udah nggak jauh dari elu.”
Dalam mobilnya Gadis tersenyum.
“I have a good life, Sad. Gue cuma sedih nggak sempat liat Ara tumbuh. Wish me luck.”
Gadis mematikan telepon.
“Gadis!”
Arifin menginjak gas. Tapi mobil yang dikendarainya memang tidak bisa menandingi Range Rover dan Jeep yang jauh melaju di depan mereka.
Gadis kembali memusatkan perhatian, tahu sebentar lagi mobil belakang akan menyalakan lampu. Ia siap bergantung pada GPS mobil untuk melihat kelok-kelok agar tidak terguling ke jurang.
Mobil belakang menyalakan lampu tambahan lalu menabrak dan mendorong mobil Gadis dari belakang. Gadis segera menginjak rem karena tidak ingin mobilnya terdorong ke jurang.
Sekuat tenaga menginjak rem, namun jeep besar di belakang masih jauh lebih kuat dan terus mendorong ke pinggir jurang.
“Ya Allah … laailahaillallaah …”
Gadis merasakan mobilnya membentur pembantas jalan. Sesaat ia berpikir bahwa besi itu bisa menahan mobilnya. Namun pengemudi jeep terus mendorong hingga Gadis tak sempat keluar.
Dalam usahanya, ia menoleh ke belakang. Wajahnya terkesiap mengenali sosok yang duduk di samping kemudi. Sosok itu balas menatapnya dengan sorot kejam.
Tak sampai sedetik, pengemudi jeep menginjak gas semakin dalam hingga besi pembatas patah dan mobil Gadis terdorong ke jurang.
Mobil Gadis meluncur kencang lalu terguling ke dalam jurang.
Sosok penumpang itu turun dari mobil. Menatap pada gelapnya jurang yang masih mengeluarkan bunyi berdentam-dentam hingga sebuah ledakan keras mengakhiri semuanya.
“Satu lagi selesai …,” ucapnya puas.
Pengemudi ikut turun lalu berdiri di sebelahnya. Wajahnya datar, namun ada kesedihan terlukis di sorot matanya.
“Kita harus pergi sekarang …”
***
Dari kejauhan, Irsad dan Arifin mendengar bunyi berdentam disusul ledakan keras.
“Ya Allah, Gadis.”
Arifin memegang erat kemudi. Gerahamnya gemelutuk menahan geram. Irsad berusaha menghubungi Gadis.
“Fin, itu pasti tadi Gadis. Jalanan juga kenapa udah sepi sih jam segini.”
“Lu kayak lupa aja, ini kan bukan lagi jalan utama. Udah ada jalan lain. Gue juga heran kenapa klien lu maunya lewat sini.”
“Dia emang antik. Strong and smart women.”
“Bang … Abang suka sama klien yang satu ini?”
“Lu nyetir aja. Moga-moga dia nggak apa-apa.” Irsad berkata penuh keraguan. Pengalamannya sebagai penyidik telah memberikan segudang pengalaman. Gadis tidak mungkin selamat dari kecelakaan satu ini.
Arifin yang masih bertugas di kepolisian hanya menghela napas. Dia pun punya firasat buruk.
Setelah sepuluh menit mereka tiba di spot tempat mobil Gadis didorong hingga jatuh ke jurang. Beberapa pengemudi lain yang melintas ikut turun memeriksa. Irsad langsung berdiri di tepi jurang. Dari jauh terlihat kobaran api.
Arifin mengeluarkan batch polisi dan memperlihatkan pada para pengemudi yang siap membantu jika diperlukn.
“Silakan bubar, Bapak-bapak. Saya sudah lapor ke kantor. Bantuan sedang otw. Jurangnya terlalu dalam,” ucap Arifin memberikan instruksi.
“Siap, Bang. Tadi kami cuma liat ledakan dari atas. Lalu sampai sini liat besi pembatas patah seperti itu.”
“Liat mobil naik, nggak?”
“Ada jeep item Bang, tapi nggak sempet liat plat nomornya.”
“Oh ya udah. Terima kasih. Silakan lanjut Bapak-bapak. Hati-hati di jalan. Minggir jika ngantuk, ingat keluarga di rumah,” balas Arifin dengan penuh wibawa.
“Siap, Komandan! Kami pamit.”
Pengemudi-pengemudi itu pun segera kembali ke kendaraan dan melanjutkan perjalanan.
Lampu mobil Irsad dan Arifin tidak mampu menembus gelapnya jurang.
Irfan berteriak memanggil nama Gadis. Berulang kali tanpa balasan. Arifin sudah berkoordinasi dengan kepolisian dan tim penyelamat setempat.
“Gadis … Gadis … maafin gue nggak bisa jagain elu,” gumam Irsad lirih.
“Bang, so sorry. Tapi lu juga tau kan nggak mungkin ada yang selamat dengan kondisi kayak gitu? Sekarang kita tinggal tunggu tim evakuasi unt …”
“Irrr …sssaad.” Terdengar suara lemah memanggil.
“Ya Allah, Bang.”
“Arifin, pindahin mobil. Kita harus jaga-jaga kalau orang-orang itu mengintai dengan teropong night vision.”
“Siap!” Sigap Arifin bergerak memindahkan mobil untuk menghalangi pandangan.
“Dis.. terus bersuara. Gue akan cari.”
“Saad, ggguee di… siiiini.”
“Gadis, ya Allah.”
Hanya diterangi sinar bulan, Irsad dan Arifin menarik Gadis. Mereka tidak bisa melihat jelas kondisi wanita yang baru mengalami kejadian mengerikan.
Arifin berdiri di pinggir jurang, seolah masih mencari Gadis.
Irsad meletakkan kepala Gadis ke pahanya.
“Dis … lu selamat.”
“Ssaakkittt bbaanget. Ssaad, jaga aannak ggguee daan Da…ra daari ooo …” Gadis terkulai tak lagi bersuara. Irsad memeriksa nadinya.
“Dis, Gadis …”
“Fin …”
“Lu cabut ke rumah sakit, Bang. Gue beresin di sini. Kabarin gue. Lu tau kan siapa yang harus dikontak?”
“Tau. Lu hati-hati, bawa senjata?”
“Bawa, Bang. Gue udah lapor juga status aktif ke komandan.”
“Bismillaah, gue berangkat.”
***
Darius sedang bermain dengan Ara ketika ada rasa menusuk di dada. Diabaikan perasaan itu ketika Ara mengajaknya main kuda-kudaan.
Tak lama, terdengar suara Jadden memanggil Gadis.
“Jadden, istrimu belum pulang. Liat ni Ara bikin opanya jadi kuda.”
Ara tergelak-gelak. Jadden tersenyum tipis. Dalam hati sempat mengagumi fisik Darius yang masih tegap di usia hampir tujuh puluh tahun.
“Ara, kok Opa disuruh jadi kuda. Sini sama Daddy aja, kasian Opa.”
“Biarin. Opa kesayangan Ara, ya kan Opa.”
“Iyaa, sekarang kudanya haus. Ara mintain minum ya.”
“Okidoki, Opa!”
Ara melompat turun dari punggung Darius lalu melesat ke pantry sambil memanggil asisten rumah tangga untuk mengambilkan minum.
Darius bangkit lalu duduk di sofa berhadapan dengan cucu mantunya.
“Straight to the point aja. Is anything happen between you and Gadis?”
Jadden terkesiap.
“Kami … kami memang ada masalah tapi sedang berusaha untuk memperbaikinya, Opa.”
“Opa tidak tahu apa masalah kalian. Perbaikilah. Jangan mudah menyerah dan bercerai. Anak jaman sekarang dikit-dikit talak.”
“Jadden akan terus berjuang. Gadis pun demikian. Doakan kami, Opa.”
“Selalu … kalau kalian perlu …”
Hape Darius dan Jadden bunyi di saat yang bersamaan.
“Halo …”
“Apa??? Innaalillaahi wa innaailayhi rooji’un.”
Terdengar bunyi jatuh. Jadden tak sadarkan diri setelah menerima telepon.
***
👍👍👍👍
❤❤❤❤
semoga mbak Authornya sehat selalu, sukses dan berkah, makasih mbak Author
❤❤❤❤
karyamu keren thor. good job
makasih yah kak
karyanya bagus
semoga nanti Makin banyak yang baca,Makin banyak yang suka
sukses selalu ❤️