Kata siapa skripsi membuat mahasiswa stres? Bagi Aluna justru skripsi membawa banyak pelajaran berharga dalam hidup sebelum menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Mengambil tema tentang trend childfree membuat Aluna sadar pentingnya financial sebelum menjalankan sebuah pernikahan, dan pada akhirnya hasil penelitian skripsi Aluna mempengaruhi pola pikirnya dalam menentukan siapa calon suaminya nanti. Ikuti kisah Aluna dalam mengerjakan tugas akhir kuliahnya. Semoga suka 🤩🤩🤩.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MEMPERSIAPKAN
Kencana keluarga Sabda terwujud setelah Aluna sampai di rumah, selepas maghrib mereka menuju mall di dekat rumahnya saja. Tak butuh waktu 20 menit sudah sampai. Rumah Aluna berada di pusat kabupatennya, nuansa daerah itu sudah berbeda total. Banyak gedung tinggi karena telah dibangun beberapa pusat perbelanjaan, gedung perkantoran, dan juga sekolah-sekolah IT yang semakin banyak. Sejak Aluna remaja daerah ini mulai menata tata ruang kabupaten menjadi daerah yang menjadi centra bidang apapun, mulai pendidikan, ritel, perkantoran, dan banyak lagi. Sehingga kondisi di daerah Aluna semakin ramai saja.
Banyak tanah dan sawah yang disulap menjadi gedung tinggi dan perumahan, seolah berubah menjadi kota baru. Beruntung angka kriminal dan kejahatan tidak ikut meningkatkan, karena perekonomian mungkin berjalan baik, dan lagi kepala daerahnya begitu tegas dalam mewujudkan daerah yang aman, tentram, dan adil untuk semua kalangan.
Tukang becak dan pedagang kaki lima ditertibkan, diberi tempat khusus, sehingga tidak mengganggu jalan atau aktivitas masyarakat di fasilitas umum. Memang awalnya ada penolakan namun setelah pemerintah daerah mengajak diskusi, akhirnya mereka mau untuk direlokasi. Warga bersyukur memiliki pemerintah daerah yang bijak dan memikirkan warganya, tidak semata mengeruk harta negara untuk kekayaan pribadi.
Keluarga Sabda sedang menikmati pembukaan sebuah kedai rumahan dengan nuansa pedesaan bahkan para pengunjung berada di sebuah gazebo atau saung yang dikelilingi oleh sawah dan aliran sungai buatan. Ternyata mau semodern apapun perubahan, tetap saja manusia rindu suasana alam.
Mereka memesan sesuai selera masing-masing, sang papa dan mama jelas aneka lalapan dengan menu ikan bakar. Aluna harus ada tumis kangkung dan sambal pencit, mau lauknya cuma tempe goreng gak masalah. Kalau Bintang harus berkuah, ia memesan sup iga. Adik Aluna itu tidak bisa kalau berkuah, apa mungkin karena atlet ya, jadi butuh asupan cairan yang lebih banyak, halah gak nyambung 😄.
"Besok jadi Mbak anak-anak mampir?" tanya mama di sela-sela makan malam keluarga. Aluna mengangguk, masakan di sini enak banget. Sepertinya besok kalau mama gak sempat masak atau ada persiapan apa-apa kayaknya mereka diajak Aluna ke sini saja. Ditraktir Aluna juga gak masalah. Sekali-kali traktir teman oke lah, batin Aluna.
"Suruh ke toko mama saja ya, kan sudah ada tuh minuman dan kue, jadi mama gak usah menyiapkan di rumah. Lagian rumah kita seuprit loh, Mbak. Mana bisa menampung 30 orang!"
"Bilang aja kode minta rumah baru tuh, Pa!" sahut Bintang mengomentari keluhan sang mama yang bilang rumah seuprit. Tanahnya memang hanya 8 x 15 meter saja, tapi kan dua lantai. Bisa-bisanya dibilang seuprit, apalagi 20 tahun lalu, luas tanah segitu termasuk sudah luas lah untuk kalangan orang biasa.
"Enggak kok, Pa. Mama sangat nyaman dengan rumah kita, papa juga banyak renovasi di rumah itu. Sehingga fasilitasnya pun upgrade juga. Jangan dengerin atlet manja itu," ucap Arimbi sembari melirik sang putra.
Sabda tersenyum saja mendengar perdebatan putra dan istrinya ini, dan lagi diakui Sabda, Arimbi sangat pintar mengarahkan pembicaraan pada niatan keduanya untuk masa depan Aluna dan Bintang. Yah, beberapa hari yang lalu, Sabda berdiskusi dengan Arimbi terkait rumah anak-anak mereka nantinya. Sabda pun berencana akan membangunkan atau fifty-fifty dengan mereka untuk membangun rumah mereka. Pikiran Sabda cuma satu, jodoh datangnya tidak ada yang tahu, khususnya Aluna yang setelah ini sudah menyandang status Sarjana.
Siapa tahu, jodohnya datang dan langsung mengajak menikah seperti Arimbi dan Sabda dulu. Berdasarkan pengalaman mereka, pengantin baru lebih baik sudah punya rumah sendiri, agar lebih leluasa saja beradaptasi dengan kondisi pengantin baru.
"Gimana?" tanya Sabda sembari menatap kedua anaknya. Aluna menghela nafas pendek, Bintang masih menikmati iganya. Kalau Bintang mungkin belum kepikiran masih usia 17 tahun juga. Tapi Aluna sepertinya harus mempertimbangkan saran sang papa.
"Mama dan papa memang udah rela aku menikah?" tanya Aluna yang belum berpikiran soal itu. Bahkan tertarik pada genre percintaan saja ia malas sekali masuk, ditambah setelah kasus manipulatif yang dilakukan Abi dan Keenan, semakin senewen saja Aluna mau mencoba genre itu.
"Bukan rela atau enggak Sayang, tapi mempersiapkan. Papamu ini tipe perencana sejak awal, jadi gak bisa memutuskan hal penting dalam hidup hitungan hari. Ya kan Pa?" tanya Arimbi memastikan.
"Kalau Mbak punya rumah, apa mungkin cowoknya malah gak insecure ya. Biasanya nih," kalau dibanding Aluna, pemikiran Bintang lebih open minded. Dia sebagai atlet tak mau ikut program akselerasi, jadi dia sekolah sesuai perkembangan usia saja, sehingga punya kesempatan bergaul dengan teman lain. Sedangkan Aluna sejak kecil sudah study oriented ditambah anak perempuan pertama pula, sisi ambisiusnya terbentuk sejak kecil.
"Biasanya apa?" tanya Arimbi curiga dengan ocehan putra bungsunya itu. Sabda pun menunggu apa yang dikatakan Bintang.
"Jangan marah ya Mbak Weker," ucap Bintang sembari menyenggol lengan Aluna. Gadis itu berdecak sebal, aneh saja kalau Bintang ngomong serius padanya.
"Cepetan apa sih," omel Aluna ingin to the point.
"Mirip kamu," bisik Sabda melihat Aluna yang tak sabaran, Arimbi hanya melirik tajam pada Sabda.
"Jadi cewek kalau sudah mandiri, pekerja keras, dan duitnya banyak, biasanya gagal dalam genre percintaan," ucap Bintang dengan gaya sok serius. Sabda tertawa ngakak melihat tingkah Bintang, sedangkan Aluna langsung menepuk mulut Bintang dengan tempe goreng.
"Rasain, kalau ngomong yang baik!"
"Mbak," tegur Arimbi dan Sabda yang sedang meredakan tawa akibat ucapan si bungsu. Dia dapat pengalaman dari mana coba, bisa bilang begitu.
"Dih, gue bilang kan biasanya."
"Tapi mama enggak!" Aluna sudah mulai nge-gas.
"Ya mama beda lah sama lo," mulai deh perdebatan si sulung dan bungsu mengudara. Arimbi segera menengahi sebelum terjadi kontak fisik yang akhirnya suara lengkingan Arimbi memisahkan keduanya.
"Adik gak boleh ngomong gitu. Bisa jadi doa loh buat Mbak Aluna," ucap Sabda menasehati Bintang meski tadi sempat tertawa.
"Iya, Pa."
"Percaya saja. Jodoh tuh datang di saat yang tepat, kalau memang ada cowok baik, keluarganya terima kamu, Mbak. Besok loh mama rela menikahkan kamu."
"Ya gak gitu juga kali, Ma!" protes Aluna dan Sabda kompak. Bintang sudah tak bisa menahan tawanya, mama Mbi terlalu out of the box rencananya.
"Ya kan misal ah," ujar Arimbi tak terima. Kemudian Sabda menjelaskan, kenapa dia dan Arimbi punya rencana seperti itu? selain masalah kenyamanan pada pengantin baru, Sabda tak mau kedua anaknya dianggap sebelah mata oleh keluarga besar calon mereka, khususnya Aluna. Sebagai anak perempuan, Sabda tak mau, Aluna tak punya pegangan sandang pangan dan papan saat memulai rumah tangga. Apalagi dia berencana turut jejak Arimbi tidak bekerja kantoran. Sabda tak mau Aluna dianggap beban oleh keluarga pihak laki-laki. Harus waspada saja meski perkembangan zaman sudah sangat modern.
Kedua, Sabda juga waspada akan kejadian sang mama dulu. Ditinggalkan pasangan kapan pun kita juga gak tahu, jadi Aluna tak perlu berpikir soal membangun rumah dengan biaya yang besar. Intinya Sabda tak mau anaknya susah. Kalau pun suami Aluna nanti membangunkan rumah juga tak masalah, bagian rumah Aluna bisa disewakan juga.
dipertemukan disaat yg tepat...
balas, "calon suami kamu"...😂
kebanyakan yg diliat orang itu, pas enaknya aja...
mereka ngga tau aja pas lagi nyari2 Customer itu kaya apa.
kadang nawarin saudara atau teman, tapi mintanya harga "saudara" 🤭🤦🏻♀️
bener2 labil 🤦🏻♀️😂🤣🤣...