NovelToon NovelToon
Seribu Hari Mengulang Waktu

Seribu Hari Mengulang Waktu

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Sistem / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:982
Nilai: 5
Nama Author: Aplolyn

"Tuan Putri, maaf.. saya hanya memberikan pesan terakhir dari Putra Mahkota untuk anda"
Pria di depan Camilla memberikan sebilah belati dengan lambang kerajaan yang ujungnya terlihat begitu tajam.
.
"Apa katanya?" Tanya Camilla yang tangannya sudah bebas dari ikatan yang beberapa hari belakangan ini telah membelenggunya.
"Putra Mahkota Arthur berpesan, 'biarkan dia memilih, meminum racun di depan banyak orang, atau meninggal sendiri di dalam sel' "
.
Camilla tertawa sedih sebelum mengambil belati itu, kemudian dia berkata, "jika ada kehidupan kedua, aku bersumpah akan membiarkan Arthur mati di tangan Annette!"
Pria di depannya bingung dengan maksud perkataan Camilla.
"Tunggu! Apa maksud anda?"
.
Camilla tidak peduli, detik itu juga dia menusuk begitu dalam pada bagian dada sebelah kiri tepat dimana jantungnya berada, pada helaan nafas terakhirnya, dia ingat bagaimana keluarga Annette berencana untuk membunuh Arthur.
"Ya.. lain kali aku akan membiarkannya.."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

~ Bab 29

Di meja utama, Permaisuri menatap kejadian itu dengan alis sedikit berkerut, namun senyum tetap melekat di wajahnya. Ibu Suri, sebaliknya, hanya menyesap anggur dari pialanya, matanya berkilat tajam penuh perhitungan.

“Putri Mahkota itu..” bisik salah satu menteri yang duduk tak jauh dari meja utama. “Benar-benar berani.”

“Berani atau bodoh?” sahut menteri lain, menahan tawa.

Ibu Suri meletakkan piala anggurnya perlahan, menatap lurus ke arah Camilla. Gadis itu masih duduk dengan tenang, seolah segala bisikan, tatapan, dan kritik hanyalah angin lalu.

"Menarik," batin Ibu Suri. "Dia tidak sekadar gadis polos yang duduk manis di sisi Putra Mahkota. Dia tahu bagaimana menciptakan kegemparan."

Sementara itu, Camilla merasakan hawa penuh tekanan di sekitarnya. Para pemuda lain mulai maju, berusaha menawarkan tarian, hadiah, bahkan pujian berlebihan yang membuat telinganya sakit.

“Putri Mahkota, izinkan saya..”

“Tidak, izinkan aku yang lebih dahulu.."

“Gaun Anda sungguh menawan, seindah rembulan"

Camilla mengangkat tangan, menghentikan mereka dengan satu gerakan kecil.

“Cukup.”

Suaranya tidak keras, tapi cukup untuk membuat kerumunan itu diam.

Ia menatap mereka satu per satu, tatapannya tajam namun dibalut dengan senyum anggun. “Aku sudah menolak banyak ajakan dansa malam ini. Jangan memaksaku untuk mengulanginya lagi.”

Para pemuda itu terdiam, wajah mereka memerah karena malu. Namun tak satupun yang berani menentang. Mereka hanya mundur perlahan, meski rasa tidak puas jelas terpancar di mata mereka.

Para pemuda yang wajahnya memerah karena ditolak Camilla mundur perlahan, tapi bukannya menyerah. Tatapan mereka beralih, mencari sasaran lain yang tak kalah memesona.

Seperti semut yang mencari tetesan madu baru, pandangan mereka serentak tertuju pada dua sosok di sisi kiri aula, disana ada Annette dan Seraphina.

Annette malam itu tampak anggun dengan gaun berwarna lavender pucat, rambutnya dibiarkan tergerai lembut dengan hiasan bunga perak di sela-sela ikal pirangnya. Ia memang bukan putri mahkota, tetapi kecantikannya yang lembut dan auranya yang menenangkan membuat banyak pria merasa lebih mudah mendekat kepadanya.

Seraphina, sebaliknya, tampak menonjol dengan gaun merah marun yang berani. Rambut hitam panjangnya disanggul tinggi, dihiasi permata kecil yang berkilau tiap kali ia bergerak. Tatapannya tajam, bibirnya melengkung dalam senyum penuh percaya diri, ia tahu betul daya tarik yang dimilikinya.

Seorang bangsawan muda dengan mantel biru tua langsung mendekati Annette. Ia membungkuk sopan, suaranya lembut tapi penuh maksud.

“Lady Annette, maukah Anda berdansa dengan saya? Akan menjadi kehormatan besar bila saya bisa memimpin Anda di lantai dansa malam ini.”

Annette tersenyum ramah, meski ada sedikit gugup di matanya. “Anda terlalu berlebihan, Lord Fabian. Tapi baiklah.. satu tarian saja.”

Mata Fabian berbinar, dan ia segera menggandeng Annette menuju lantai dansa yang mulai ramai. Musik pun kembali mengalun, dan langkah-langkah dansa yang penuh keanggunan segera menyita perhatian para tamu.

Sementara itu, tiga bangsawan lain mendekati Seraphina hampir bersamaan.

“Lady Seraphina, izinkan saya..”

“Tidak, akulah yang lebih dahulu meminta tarian darinya!”

“Seraphina, kecantikanmu malam ini mengalahkan cahaya lilin.”

Seraphina terkekeh pelan, matanya berkilat nakal. “Astaga, kalian benar-benar tidak sabar, ya? Jangan khawatir.. aku punya cukup banyak waktu malam ini. Tapi hanya satu dari kalian yang akan mendapat tarian pertama.”

Dengan anggun, ia meletakkan jari telunjuknya di dagu, seakan sedang menimbang-nimbang. Lalu, dengan sengaja ia mengulurkan tangan pada bangsawan paling muda di antara mereka, seorang pria berwajah manis namun jelas pemalu.

“Aku pilih kau.”

Wajah pemuda itu memerah seketika, sementara dua pria lainnya menahan rasa kecewa yang jelas terpancar. Namun Seraphina hanya tersenyum puas, ia memang suka menebar sedikit persaingan, sekadar untuk menunjukkan bahwa ia memiliki kendali penuh atas keadaan.

Camilla yang menyaksikan dari kejauhan hanya meneguk anggurnya pelan, matanya melirik sekilas ke arah Annette dan Seraphina.

“Setidaknya mereka bisa mengalihkan perhatian para lalat itu dariku,” gumamnya dengan nada sinis namun lega.

Mary, pelayannya yang setia, berdiri di belakang kursinya, membungkuk sedikit. “Yang Mulia, Lady Annette tampak kewalahan dengan ajakan para pria itu. Haruskah saya menemaninya?”

Camilla menggeleng. “Biarkan saja. Annette harus belajar menghadapi itu sendiri. Lagi pula, Seraphina justru menikmati semua perhatian itu.”

Mary menunduk hormat. “Seperti yang Anda katakan.”

Di tengah keramaian, Annette berusaha mengikuti irama dansa. Fabian memimpin dengan percaya diri, meski langkah Annette sedikit kaku pada awalnya. Wajahnya memerah, bukan hanya karena tarian, tetapi juga karena tatapan orang-orang yang terus mengarah pada mereka.

“Lady Annette,” bisik Fabian sambil menundukkan kepala mendekati telinganya. “Anda menari dengan sangat indah. Saya tak bisa menahan diri untuk tidak terpikat.”

Annette tersenyum kikuk. “Anda terlalu berlebihan. Saya bukan penari yang baik.”

“Justru itu yang membuat Anda mempesona. Ketulusan Anda lebih berharga dari seribu langkah sempurna,” jawab Fabian dengan nada hangat.

Sementara itu, di sisi lain lantai dansa, Seraphina berputar dengan luwes di bawah bimbingan pemuda pemalu yang ia pilih tadi. Senyumnya tajam, matanya melirik ke arah dua bangsawan lain yang ditolak, seolah mengejek mereka dalam diam.

“Lihatlah,” katanya pelan pada pasangannya. “Sekarang semua orang menatap kita.”

Pemuda itu semakin memerah, hampir salah langkah karena grogi. Namun Seraphina justru menahan tangannya lebih erat. “Jangan gugup. Anggap saja kau sedang menunjukkan pada semua orang bahwa kau pria yang beruntung.”

Bisikan di kalangan tamu pun mulai bergeser.

“Lady Annette benar-benar manis… lihat bagaimana ia menunduk dengan sopan.”

“Tidak, Lady Seraphina jauh lebih menawan. Caranya mengendalikan para pria membuatnya terlihat berkuasa.”

“Hm, tetap saja… Putri Mahkota Camilla tetap yang paling mencuri perhatian malam ini. Lihatlah, bahkan tanpa bergerak, ia bisa membuat semua orang membicarakannya.”

Camilla menegakkan tubuhnya, mendengar semua itu dengan telinga tajam. Senyumnya samar, tapi matanya berkilau penuh perhitungan.

Tunggu, dimana Mary? Aku lupa harus memperhatikannya, jangan sampai dia mati hari ini..

Pandangan Camilla menelusuri setiap sudut ruangan, lalu mendapati dayang setianya itu ada di tengah kerumunan pelayan istana lainnya.

Langkahnya maju dengan mantap untuk mendekatinya, namun seperti yang Camilla duga, wanita itu bergerak mengambil sebuah minuman.

Untung saja Camilla tepat waktu, dia sengaja mendorong pelayan yang membawa minuman sehingga beberapa gelas berisi anggur itu jatuh.

"Ups.. maaf, aku tak sengaja.."

Semua hanya bisa tertegun tanpa memprotes.

"Mary.. ikut denganku!"

Camilla membawanya ke belakang, memintanya untuk kembali ke paviliunnya sampai acara selesai.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!