NovelToon NovelToon
BAYANG MASA LALU KELUARGA

BAYANG MASA LALU KELUARGA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: biancacaca

Najla anerka ariyani arutama
Nama dia memang bukan nama terpanjang di dunia tapi nama dia terpanjang di keluarga dia
Memiliki 4 saudara laki laki kandung dan 3 saudara sepupu dan kalian tau mereka semua laki laki dan ya mereka sangat overprotektif akhh ingin sekali menukar merek semua

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon biancacaca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PART 20

Hujan lagi.

Seperti malam ketika semuanya dimulai.

Tapi kali ini, bukan dunia yang basah oleh air…

melainkan oleh akhir dari dendam.

Medan terakhir — di reruntuhan markas musuh

Asap mengudara, tembok runtuh, besi meringis panas, bau mesiu bercampur hujan.

Arlen berdiri di tengah reruntuhan, napas berat, satu lengannya tidak bisa digerakkan. Darah menetes dari dagunya, bukan miliknya semua.

Di depannya… musuh terakhir.

Pemimpin dari semua bayangan yang memburu keluarga mereka.

“Kalian seharusnya mati 10 tahun lalu.”

Suara itu dingin.

Arlen tersenyum tipis, garis merah di wajahnya semakin jelas.

“Kami memang mati 10 tahun lalu. Yang kamu lihat sekarang cuma tagihan.”

Mereka berdua menyerbu.

Detik-detik kemudian adalah dentuman, baja beradu, tubuh jatuh, dan hujan menenggelamkan jerit.

Sementara itu

Najla tidak kabur.

Tidak kali ini.

Ia berlari melalui lorong runtuh, memukul grounded musuh yang tersisa, langkahnya goyah tapi matanya tidak lagi takut.

Ia sampai di aula utama… saat semuanya sudah selesai.

Arlen berdiri.

Tapi hanya dengan sisa kekuatan yang sedikit.

Di bawah kakinya, musuh terakhir tumbang, senyum kemenangan masih beku di wajahnya.

Najla menutup mulutnya, napasnya hilang melihat sosok kakaknya yang hampir ambruk.

“Len…”

Arlen menoleh. Lambat. Berat.

“Selamat pagi,” katanya, suara seraknya nyaris seperti candaan.

Najla berlari, memegangnya sebelum ia jatuh.

Keheningan panjang.

Hanya suara hujan memukul reruntuhan.

Najla menatap luka-lukanya, mencoba menekan darah yang terus mengalir.

“Lu bilang ga akan mati duluan,” suaranya pecah.

Arlen menatap langit, senyumnya kecil.

“Kan belum mati.”

“Belum mati tuh bukan artinya hidup juga, bangsat!” air mata menetes, bercampur hujan.

Arlen mengangkat tangan, mengacak rambutnya pelan. Gerakan yang terlalu berat untuk dilakukan, tapi tetap ia paksa.

“Gimana… udah hafal pidato buat pemakaman?”

Najla memukul dadanya — pelan, karena kalau kuat, mungkin dialah yang rubuh.

“Gue mau sewa lady guitarist, biar dramatis. Biar semua orang tahu lo mati keren.”

“Hemat anggaran, Najla…”

“DIEM.” Suaranya pecah, tapi ada tawa di sana. Jahitan yang rapuh antara sedih dan lega.

Sirene makin dekat.

Bukan musuh lagi.

Tapi bantuan. Akhirnya.

Arlen memejam mata.

Bukan karena menyerah…

tapi karena lelahnya akhirnya diizinkan keluar.

Najla menopangnya, suaranya turun, hampir seperti doa:

“Tidur dulu, Len. Gue jagain.”

BEBERAPA BULAN KEMUDIAN

Pagi yang jauh lebih ramah.

Ada makam baru, tapi bukan bertuliskan nama Arlen.

Batu hitam itu bertulis:

> “Untuk masa lalu yang mati agar masa depan bisa hidup.”

Tidak ada nama. Hanya janji.

Najla duduk di depannya, hoodie kebesaran, rambut dikuncir asal, botol soda di sebelahnya.

“Harusnya lo yang ada di sini,” katanya.

Seseorang berdiri di belakangnya.

Tinggi, jaket hitam, hoodie menutupi sebagian wajah — langkah ringan tapi suaranya tetap judes seperti dulu.

“Kalau gue yang di situ, elo ngomong sama batu tiap hari dong. Serem juga.”

Najla menoleh cepat.

Lalu mendengus, air mata hampir keluar tapi ia tahan kuat.

“Tuh kan hidup. Payah.”

Arlen duduk di sebelahnya, tangan diperban, masih pucat, masih ngeselin, tapi… hidup.

“Mau pulang?” tanya Arlen.

Najla bangkit duluan, menatap matahari.

“Yuk. Gue laper.”

Arlen berdiri susah payah. “Kayak gue ada duit aja.”

Najla sudah jalan duluan sambil melambaikan tangan.

“Tenang. Gue traktir. Anggap aja syukuran dari orang yang seharusnya mati tapi ngotot hidup.”

Arlen menyusul dengan senyum kecil.

Mereka bukan lagi buronan.

Mereka bukan lagi bayangan keluarga yang runtuh.

Mereka bukan lagi anak-anak yang lari dari masa lalu.

Mereka hanya dua bersaudara…

yang menang karena menolak kalah.

sebelum pergi terdengar suara Najla:

“Len.”

“Kenapa?”

“Besok jangan hampir mati lagi ya. Gue capek nangis.”

“Gue usahain. Lu juga jangan cerewet, biar cepat sembuh.”

Hening 2 detik—

“Deal.”

---

TAMAT.

1
아미 😼💜
semangat update nya thor
Freyaaaa
🤩🤩🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!