NovelToon NovelToon
Hujan Di Istana Akira

Hujan Di Istana Akira

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Romansa Fantasi / Harem / Romansa / Dokter
Popularitas:349
Nilai: 5
Nama Author: latifa_ yadie

Seorang dokter muda bernama Mika dari dunia modern terseret ke masa lalu — ke sebuah kerajaan Jepang misterius abad ke-14 yang tak tercatat sejarah. Ia diselamatkan oleh Pangeran Akira, pewaris takhta yang berhati beku akibat masa lalu kelam.
Kehadiran Mika membawa perubahan besar: membuka luka lama, membangkitkan cinta yang terlarang, dan membongkar rahasia tentang asal-usul kerajaan dan perjalanan waktu itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon latifa_ yadie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jantung Waktu

Dunia hening.

Tidak ada suara, tidak ada gerakan, bahkan angin pun berhenti di udara seperti patung transparan.

Bunga plum yang tadi melayang di udara kini menggantung beku di depan mataku, tiap kelopaknya memantulkan cahaya lembut dari langit yang tidak lagi bergerak.

Aku dan Aki berdiri di tengah padang itu.

Hanya kami berdua yang masih bisa bernapas.

“Sensei…” Aki memegang tanganku, suaranya gemetar. “Apa yang terjadi? Kenapa semuanya berhenti?”

Aku memandang sekeliling pelan. “Kau yang menghentikannya, Aki. Kau adalah waktu itu sendiri. Dan ketika kau memutuskan untuk diam… dunia ikut diam.”

Dia menunduk, menatap telapak tangannya yang berkilau samar.

“Aku tidak bermaksud menghentikan semuanya. Aku cuma… lelah.”

Aku tersenyum tipis. “Aku tahu. Tapi dunia butuhmu, Aki. Bukan sebagai mesin waktu, tapi sebagai jantungnya.”

Dia menatapku dengan mata lelah tapi jernih. “Jantung waktu?”

Aku mengangguk. “Ya. Tempat di mana waktu tidak hanya berjalan… tapi merasakan.”

Kami duduk di bawah pohon plum itu.

Daunnya berwarna perak, setiap helai memantulkan kenangan seperti kaca kecil.

Ketika aku menyentuh salah satu kelopak, gambar muncul—sekilas wajah Akira, tersenyum di tengah hujan.

Aku menarik napas panjang. “Sepertinya, ini bukan dunia nyata.”

Aki mengangguk pelan. “Ini adalah ruang di antara denyut waktu. Tempat semua momen berhenti sebelum dilahirkan lagi.”

Dia menatap langit yang beku. “Sensei… kalau aku hidup, apakah waktu akan mulai lagi?”

Aku menatapnya serius. “Kau hidup sekarang. Yang harus kau lakukan adalah memilih arah di mana waktu berjalan.”

Dia menatapku bingung. “Arah?”

Aku menunjuk dua sisi padang itu.

Di sebelah kiri, langit tampak gelap, dengan kilatan cahaya hijau seperti gerbang yang belum tertutup.

Di sebelah kanan, langit berwarna biru lembut dengan cahaya keemasan di cakrawala.

“Yang kiri — masa lalu. Yang kanan — masa depan.

Kalau kau memilih salah satunya, waktu akan mulai berputar lagi. Tapi dunia akan berubah.”

Aki terdiam. “Kalau aku pilih masa lalu?”

“Akira akan hidup kembali,” jawabku pelan.

Matanya bergetar. “Dan kalau aku pilih masa depan?”

“Dunia baru akan lahir. Tapi semua yang kita kenal… akan hilang.”

Hening lama menyelimuti kami.

Suara apapun tidak muncul, hanya degup jantungku sendiri yang terasa terlalu keras di dada.

Dari kejauhan, langkah kaki terdengar.

Ryou muncul dari balik kabut, wajahnya letih tapi masih tenang.

“Mika,” katanya, “kalian berdua ada di pusat denyut waktu. Tempat yang disebut Chronos Heart.”

Aku menatapnya. “Kau tahu tempat ini?”

Dia mengangguk. “Aku… bagian darinya.”

Aku menatapnya heran. “Bagian darinya? Maksudmu?”

Dia menatap langit, lalu menatapku. “Kau ingat saat Akira menghilang? Tubuhnya lenyap, tapi tidak sepenuhnya. Separuh kekuatannya melekat padaku.”

Aku membeku. “Apa?”

Ryou tersenyum pahit. “Dia menitipkan separuh ‘denyut waktunya’ padaku sebelum gerbang pertama tertutup. Itulah kenapa aku bisa melintasi batas dunia ini.”

Aki menatapnya tak berkedip. “Berarti… kau juga bagian dari waktu?”

Dia mengangguk. “Tapi berbeda denganmu. Aku hanyalah penyangga — penjaga agar waktu tidak runtuh total.”

Dia melangkah maju, berdiri di hadapan kami berdua. “Kau, Aki, adalah jantungnya. Tapi jantung tidak bisa berdetak tanpa aliran darah.”

Aku menatapnya. “Dan darah itu adalah dunia?”

Ryou tersenyum kecil. “Ya. Dunia menunggu denyut pertamamu, Mika.”

Aku menggeleng cepat. “Aku bukan waktu.”

Dia menatapku tajam. “Tapi kau adalah yang membangkitkannya. Kau penghubung antara waktu dan kehidupan. Kau dokter, bukan? Kau menyembuhkan apa yang berhenti bekerja.”

Aku menelan ludah. Kata-katanya masuk terlalu dalam.

Aki menatapku, matanya basah. “Sensei, aku takut memilih. Kalau aku memilih masa lalu, aku akan kehilangan dunia yang baru. Tapi kalau aku memilih masa depan… aku kehilangan ayah.”

Aku menggenggam bahunya. “Mungkin kita bisa pilih sesuatu di antara keduanya.”

Kami bertiga berjalan ke tengah padang.

Di sana, ada lingkaran cahaya yang berdenyut pelan—seperti jantung yang tidur.

Ryou berhenti di pinggir lingkaran. “Ini pusatnya. Jantung Waktu.”

Cahaya itu memancarkan detak lembut, setiap denyutnya memantulkan potongan ingatan: wajah Akira, senyum permaisuri Mei, tawa Riku, bahkan diriku saat pertama kali tersesat di dunia ini.

Aki menatapnya kagum. “Semua kenangan… di sini.”

Ryou menatapku. “Kalau kau ingin waktu berjalan lagi, Mika, sentuh pusatnya dan biarkan jantungnya berdetak dengan keinginanmu.”

Aku menatap Aki. “Tapi kalau aku melakukannya, dunia mungkin akan berubah.”

Ryou tersenyum kecil. “Dunia selalu berubah. Bedanya, kali ini kau bisa memilih bagaimana ia berubah.”

Aku menatap cahaya itu.

Setiap denyutnya terasa seperti memanggilku.

Aku bisa mendengar suara Akira, lembut seperti hujan.

“Kalau kau bisa dengar ini, Mika… jangan hidup di masa lalu, jangan juga di masa depan. Hidup di antara keduanya. Di tempat cinta dan waktu bertemu.”

Aku mengulurkan tangan, tapi Aki memegang pergelangan tanganku.

“Sensei… biarkan aku melakukannya.”

Aku menatapnya. “Kau yakin?”

Dia mengangguk. “Ini tugasku. Tapi aku mau kau yang menuntunku.”

Kami berdiri berdua di depan jantung itu.

Cahaya di sekitarnya mulai bergetar, udara menjadi hangat.

Ryou mundur, menatap kami dengan wajah yang sulit kubaca.

Aki menutup mata, dan aku menaruh tanganku di atas tangannya.

Kami menekan cahaya itu bersamaan.

Sekejap, seluruh dunia bergetar keras.

Langit di atas retak—bukan karena hancur, tapi karena bangun dari tidur panjang.

Cahaya biru dan emas berputar di udara, membentuk pusaran besar yang perlahan berdenyut seperti nadi.

Aku mendengar detak… satu, dua, tiga.

Jantung waktu mulai berdetak lagi.

Udara bergerak.

Bunga plum jatuh dari pohon, lalu melayang lagi, seperti dunia mencoba mengingat cara bernapas.

Ryou tersenyum lega. “Kalian berhasil.”

Aki membuka matanya perlahan, matanya kini bercahaya lembut.

“Sensei…” katanya pelan. “Aku bisa mendengar semuanya. Semua masa… semua orang.”

Aku menatapnya. “Apa yang mereka katakan?”

Dia tersenyum kecil. “Mereka bilang terima kasih.”

Tiba-tiba, cahaya dari jantung itu memancar kuat, menelan kami bertiga.

Aku hanya sempat mendengar Ryou berteriak,

“Mika! Dunia akan memilih wujudnya!”

Saat aku membuka mata lagi, aku mendengar suara ombak.

Langit biru cerah, matahari hangat di kulit.

Aku duduk di pasir putih, air laut menyentuh ujung kakiku.

Aki duduk di sampingku, rambutnya tertiup angin.

“Sensei,” katanya sambil tersenyum. “Kita berhasil.”

Aku menatapnya, lalu ke sekeliling.

Tidak ada istana, tidak ada kabut, tapi dunia terasa hidup — segar, nyata.

“Kita di mana?”

Dia menatap laut. “Di dunia yang baru. Tempat waktu berjalan karena kita berdua.”

Aku tersenyum lemah. “Kau yang jadi jantungnya, Aki.”

Dia menggeleng. “Tidak. Kita berdua. Karena jantung tidak bisa berdetak tanpa alasan untuk hidup.”

Kami terdiam lama, mendengarkan debur ombak dan suara burung.

Untuk pertama kalinya, dunia terasa tenang.

Tidak ada gerbang, tidak ada perang waktu, hanya… kehidupan.

Dan di antara hembusan angin, aku mendengar suara lembut yang sangat kukenal.

“Mika…”

Aku menatap langit, dan awan membentuk siluet wajah Akira, tersenyum.

Air mata mengalir tanpa bisa kutahan.

“Selamat datang kembali,” bisikku.

Dan untuk pertama kalinya, aku tidak merasa kehilangan—hanya utuh.

1
Luke fon Fabre
Waw, nggak bisa berhenti baca!
Aixaming
Nggak kebayang akhirnya. 🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!