Suami Di Kehidupan Kedua
Di sebuah ruangan gelap dengan cahaya minim, terdapat seorang wanita duduk lesehan di lantai dengan kedua tangan terikat.
Wanita itu sangat cantik. Namun, kondisinya sangat menyedihkan. Rambut berantakan, kedua pipinya memar, sudut bibir berdarah, mata sayu, sekujur tubuhnya terluka. Tidak hanya kedua tangan, Kedua kakinya di rantai sehingga pergelangan kakinya lecet dan memerah. Bibirnya kering pecah-pecah serta pucat, nafasnya tidak teratur. Di keheningan, suara nafasnya terdengar terengah-engah karena rasa sakit.
Tidak lama kemudian, ada dua orang berbeda jenis kelamin masuk ke dalam ruangan itu.
Ruangan yang awalnya redup, menjadi terang karena cahaya dari luar pintu yang terbuka. Penampilan wanita yang menyedihkan itu semakin jelas.
Di sisi lain, wanita dengan pakaian glamor dan seksi, make up tebal, memasuki ruangan. Jika make up nya terhapus, maka wajahnya akan terlihat mirip dengan wanita yang berpenampilan terbalik di lantai.
Sedangkan, pria di samping wanita itu terlihat berpenampilan rapi, cool dan dewasa. Kemeja hitam putih tidak di kancingkan dengan kaus hitam polos di dalamnya serta celana panjang hitam, wajah tampan di atas rata-rata, rambut tersisir rapi di satu sisi. Tinggi pria itu sekitar 185 cm.
Kedua orang itu melirik sinis wanita menyedihkan yang tengah mencoba membuka matanya.
Saat matanya terbuka, ia mencoba menyesuaikan cahaya. Setelah penglihatannya menjadi jelas, sorot kebencian tertuju pada kedua orang di depannya.
"Hmm? Bagaimana? Kamu tidak kapok? Sudah aku bilang! Cepat kasih tanda tanganmu agar kita bisa segera menikmati kekayaanmu! Ha ha ha.." Wanita glamor itu tertawa gila.
"Aku tidak akan pernah mau menandatanganinya! Aku lebih baik mati daripada harta warisan yang seharusnya milikku harus berada di tangan kalian!" tukasnya dingin.
Pria yang sempat tersenyum sinis itu langsung menggertakkan gigi setelah mendengar ucapannya.
Pria itu menghampiri wanita yang masih berstatus istrinya. Ia memegang kasar kedua pipinya. Mata serakahnya berhadapan dengan sorot penuh kebencian wanita itu. "Apa kamu bilang? Kamu ingin mati? Tidak akan aku biarkan! Kamu akan ku siksa tanpa harus membiarkanmu mati!" imbuhnya dengan tawa membahana.
Wanita berusia 27 tahun bernama Vernatha itu, menahan sakit di pipinya. Air matanya sudah terkuras. Dia bertekad untuk tidak akan pernah menangis lagi di depan kedua orang biadab di hadapannya.
Natha dengan berani meludah ke wajah Galen--suaminya.
Tawa Galen berhenti. Wajahnya yang terkena air liur memerah menahan amarah yang meledak. Urat-urat biru terlihat bermunculan di pelipis dan lehernya. Lalu dia mengelap air liur Natha dengan jijik.
Plak
Plak
Plak
Tamparan beruntun Galen membuat darah yang sudah kering mengalir kembali di kedua sudut bibir Natha.
Namun, Natha sudah mati rasa. Seluruh tubuhnya sudah lemas. Ia hanya menerima siksaan mereka tanpa bisa perlawanan.
Wanita glamor yang bernama Anhita yang tengah menyaksikan, sama-sama marah melihat Natha meludah ke wajah kekasihnya--Galen.
Setelah Natha di tampar, Nhita menjambak rambut Natha dengan kasar. Dengan murka, Nhita meraung geram, "Berani-beraninya kamu meludahi wajah Galen!! aku akan membuat hidupmu menderita, Natha!"
Natha hanya merasa seakan-akan semua rambutnya tercabut dari kepalanya. Rasa sakitnya membuatnya ingin mati. Kepalanya berdenyut perih. Dengan putus asa, Natha berteriak. "BUNUH AKU ANHITA!! BUNUH!!"
"AKU TIDAK AKAN PERNAH MENANDATANGANI WARISAN ITU SAMPAI KAPANPUN!! AKU LEBIH BAIK MATI!! AKU TIDAK AKAN MEMBIARIN KALIAN BAHAGIA!! HA HA HA HA.." lanjut Natha dengan suara keras seraya tertawa tidak kalah gila.
Ucapan dan tawa mengejek Natha membuat amarah sepasang kekasih itu semakin memuncak.
Galen mengambil kunci rantai dan membukanya. Ia menyeret Natha yang masih duduk di lantai untuk keluar dari ruangan itu.
Sesampai di luar tempat kumuh itu, terpampanglah hutan lebat dengan pepohonan hijau berukuran sangat tinggi.
Natha yang di seret, tidak melawan. Dia hanya pasrah. Namun, Natha merasa agak nyaman karena bisa menghirup udara segar setelah sekian lama. Tidak peduli dengan kedua kakinya tergores beberapa batu kecil karena seretan Galen.
Nhita mengikuti mereka dengan tergesa. Walaupun terlihat kesusahan karena sepatu hak tingginya, namun ekspresinya terlihat seperti iblis.
Setelah beberapa menit, mereka sampai di tepi jurang curam. Di bawah jurang itu banyak bebatuan runcing dengan kedalaman sekitar 40 meter.
"Lihat ke sana, Natha!! Bagaimana jika kamu jatuh ke dalam sana? Kamu akan langsung mati!" ujar Galen dengan kejam.
Ekspresinya yang menyeramkan sangat tidak sesuai dengan wajahnya yang tampan.
Nhita berjongkok. Lalu ia menjambak bagian atas kepala Natha ke belakang, sehingga Natha mendongak melihat matanya yang berkilat jijik. "Kamu harus tandatangani surat itu sebelum aku menjatuhinmu ke dalam jurang sana!" ancam Nhita dengan nada penuh penekanan.
"Cih." Natha meludah ke wajah Nhita yang di penuhi dengan make up tebal. Ia tersenyum sinis. "Aku tidak akan pernah sudi! Mati saja kau, jal*ng!"
Nhita langsung melepas jambakannya. Wajahnya di penuhi rasa jijik. Nhita menendang keras tubuh Natha, sehingga tubuh Natha yang begitu lemah langsung terguling ke jurang itu. Namun, tali di tangannya membuat Natha tersangkut dengan badan menggantung.
"Kamu kenapa menendang dia, Nitha?! Apakah kamu ingin usaha kita selama ini sia-sia?!" bentak Galen dengan marah.
Wajah Nhita yang terdapat sisa air liur Natha terlihat menyedihkan mendapat bentakan dari Galen. Ia mengeluh dengan nada merengek. "Dia meludah ke wajahku, Galen."
Galen mendengus kesal.
"Aku tidak akan pernah memaafkan kalian! Jika saja ada kehidupan kedua.."
Suara penuh kebencian itu mengalihkan perhatian keduanya kepada wanita yang tergantung di tepi tebing. Tidak ada ekspresi ketakutan layaknya orang yang akan jatuh kapan saja.
Natha tersenyum dingin seraya melanjutkan. "Aku akan membalas apa yang kalian lakukan kepadaku di kehidupan ini!"
Atensi Natha beralih pada Galen. Ia menatap pria itu tanpa ekspresi. "Galen, perlu kamu tahu, hal yang paling aku sesali dalam hidup ini adalah memilihmu untuk menikahiku! Jika saja aku benar-benar mengetahui niatmu menikahi denganku dari awal, aku lebih memilih pria cacat itu!"
Galen sangat marah karena di bandingkan dengan pria cacat yang di maksud Natha. Harga dirinya terinjak.
Dia sendiri membuat semua usahanya sia-sia, Karena Galen melepaskan sangkutan talinya sehingga Natha terjatuh ke dalam jurang mengerikan itu.
"AKU MEMBENCI KALIAN!!"
Raungan Natha saat tubuhnya masih di udara, bergema di seluruh hutan. Suara jeritannya di penuhi kesedihan, kebencian, kekecewaan, penyesalan dan keputusasaan.
"Tuhan.. beri aku kesempatan kedua.."
Kata-kata terakhir itulah yang Natha ucapkan sebelum kematiannya.
Seorang Vernatha Aira Lexandra, meninggal dengan tubuh hancur di dasar jurang.
Tidak ada yang tahu, bagaimana hasil dari do'a yang ia panjatkan di detik terakhir kematiannya. Namun, Tuhan selalu memberikan yang terbaik. Dengan semua penderitaan dan cobaan yang ia alami di luar batas kemampuannya, Tuhan akan memberikan akhir kebahagiaan serta keadilan untuknya.
Di mana kebahagiaan dan keadilan untuk Natha?
Di kehidupan baru yang tidak pernah Natha bayangkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
fitriani
aku mampir baca.... semoga ceritanya tdk mengecewakan
2024-11-05
2
Dewi Kasinji
ijin baca kak
2024-12-12
0
pipi gemoy
mampir Thor
2024-12-01
0