Terinspirasi dari kisah nyata yang di permanis dengan sudut pandang author
Pernah memimpikan bersanding dengan laki laki yang dia cintai, membuat Zoya Kamila harus menyimpan rapat harapan dan perasaannya itu karena lamaran putra sahabat ibunya.
Pernikahan yang memang awalnya dipaksakan, di sinilah akan dimulai perjuangan seorang gadis yang mendadak harus menjadi sosok ibu setelah menikahi laki laki yang belum pernah dikenal sebelumnya.
Perbedaan sosial, pendidikan, dan latar belakang ternyata membentuk jurang pemisah yang sulit untuk di lalui Zoya. Banyak rintangan dan batu terjal yang menjadi ujian di dalam pernikahannya, itu pun harus dilaluinya seorang diri. Mampukah, zoya bertahan dengan pernikahan yang membuatnya dalam posisi yang selalu sulit?
Pernikahan yang berawal tanpa cinta dan bisakah berakhir dengan cinta? Atau... Bisakah zoya menggantikan sosok yang pernah menjadi cintanya dengan menerima sebuah kenyataan yang mana dia sudah menjadi seorang istri dari Hans Satrya Jagad. Lelaki dingin yang belum bisa menerima semua tentang istrinya dan pernikahan yang sedang dijalaninya saat ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Putri761, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit Perut
"Sial .... kebiasaan, Mama! " umpat Hans yang sudah tahu akal akalan mamanya mematikan ponsel untuk menghindari penolakan.
"Ada apa, Mas? " tanya Zoya saat melihat Hans melempar ponselnya.
Bukannya langsung menjawab, Hans malah membanting tubuhnya di samping Zoya yang masih menatapnya bingung.
Ekor mata tajam itu melirik gadis di sampingnya, hampir saja dia kelepasan jika saja tidak ada ketukan pintu dari luar kamarnya tadi. Tiga tahun Hans menenggelamkan diri dengan melanjutkan pendidikan lawyer di Oxford University dan fokus pada karir hingga mengalihkan semua kebutuhan biologisnya sebagai seorang laki laki, tapi saat berdekatan dengan gadis yang berstatus istrinya, jiwa lelakinya kini mulai bergejolak.
"Mas, aku akan melihat Ale terlebih dahulu! " pamit Zoya yang saat itu merasa canggung dengan situasi di kamar Hans.
"Hmmm.... jangan lupa jika kamarmu di sini! " suara Hans terdengar dingin bahkan wajahnya kembali terlihat datar. Zoya keluar dari kamar Hans dengan rasa tidak nyaman, dia merasa Hans sedang marah padanya. Berlahan Zoya meninggalkan Hans yang masih berbaring di tempat tidur. Seperti rasa kesal yang saat ini menguasainya.
Hans bangkit setelah menghilangnya Zoya dari kamar, "Ahhhh... kenapa seperti ini! " keluhnya dengan mengacak rambut secara kasar. Dia hanya duduk tertegun menatap pintu kamar di mana Zoya menghilang. "Hans , dia masih kecil! Lagian, kamu juga belum tahu perasaannya terhadap pernikahan ini. " Satu sisi hati lelaki itu mulai berbisik.
"Tapi dia istriku... aku berhak atas dirinya? Entah dia terima atau tidak." Sisi ego dari Hans juga terus membujuk.
"Arrrghhh..... " teriak Hans begitu kesal, dua sisi pikirannya saling beradu. Dia mulai bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Mungkin mengguyur kepalanya di bawah shower untuk beberapa saat akan membuatnya merasa lebih adem.
Cukup lama Hans menghabiskan waktunya di kamar mandi, setelah merasa cukup tenang dia memutuskan untuk keluar. Tubuh yang masih terlihat lembab itu benar benar mengeksplore keseksian tubuh atletis lelaki beranak satu itu.
Mengingat peringatan dari Hans, Zoya tak ingin berlama lama di kamar Ale. Wajah datar Hans dan suara dingin lelaki itu bagi zoya sudah merupakan peringatan.
Zoya memeriksa keadaan Ale, menaikan selimut putri sambungnya hingga ke leher, kemudian memberi kecupan di kening bocah yang semakin membuat Zoya merasa gemas. Entah hubungan apa yang membuat Zoya sangat menyayangi Ale, rasanya Ada sebuah ikatan perasaan yang sudah terjalin dengan tiba tiba. Zoya mengganti lampu terang di kamar Ale dengan penerangan yang jauh lebih redup, dengan hati hati dia keluar kamar Ale menuju kamar di depannya.
Tangan mungil itu memutar handle perlahan takut suara derit gerakan pintu akan mengganggu suaminya. Kamar terlihat kosong, tapi terdengar suara gemericik di dalam kamar mandi membuat zoya bergegas menyiapkan baju ganti untuk Hans. Dia yakin jika Hans sedang mandi.
Hampir seminggu, dia menjadi istri Hans, sedikit banyak dia sudah mengerti kebiasaan suaminya. Sejenak dia mematung di depan lemari pakaian, dari tadi dia merasakan perutnya yang terasa sakit. Semakin ke sini dia merasakan sakitnya semakin lebih. Disandarkan tubuhnya pada lemari, butiran keringat mulai membasahi wajahnya. sudah beberapa kali dia merasakan sakit yang teramat sangat saat hari pertama dan kedua siklus menstruasi.
"Zoy, ... kamu kenapa?" tanya Hans saat melihat istrinya menyandar pada lemari pakaian. Melihat kehadiran Hans yang menurutnya tiba tiba membuat zoya berusaha menegakkan kembali tubuhnya. Tapi keringat yang melembabkan wajah dan sebagian bajunya tidak bisa disembunyikan dari Hans.
"Kamu kenapa? " ulang Hans dengan tatapan penuh selidik. Hans mendekat ke arah Zoya, sementara Zoya masih berusaha mengambil kaos dan celana pendek Dari lemari untuk suaminya.
Hans mengambil apa yang diulurkan Zoya, tapi tatapannya kini meneliti wajah yang semakin terlihat memucat itu. "Zoy... " Hans menuntun tubuh yang hampir ambruk itu menuju tempat tidur.
"Apa yang terjadi, Zoy,? " tanya Hans saat membantu Zoya merebahkan diri di tempat tidur.
Gegas, Hans memakai baju yang tadi diberikan Zoya. Setelahnya, dia kembali menghampiri Zoya yang meringkuk dengan memegangi perutnya yang terasa teramat sangat sakit.
"Kamu kenapa? " Hans membuka jilbab Zoya secara berlahan agar istrinya bisa sedikit lebih nyaman.
"Aku sedang menstruasi, itu yang membuat perutku terasa sakit sekali! Tapi aku nggak apa apa, Mas " lirih Zoya masih Dengan menahan sakit.
"Kita periksa, ya? " Hans mengulurkan tangannya mengusap peluh yang membanjir di wajah pucat zoya. Tangannya terhenti di pipi cabi milik istrinya. Dengan jempol yang masih mengusap lembut pipi yang biasa terlihat kemerah-merahan, Hans menunggu jawaban dari Zoya.
"Nggak usah, Mas. Jika hari pertama Dan kedua biasa seperti ini rasanya, tapi rasa sakitnya nanti akan hilang sendiri. " jelas Zoya dengan suara lirih. Rasa sakit di perutnya membuat suaranya terasa tercekat.
"Sebentar, ya! " Hans meninggalkan Zoya dan keluar kamar untuk mencari Bi Muna. Lelaki itu berlari kecil menuruni tangga rumah yang berbahan kayu. Suara gesekan sandalnya pun terdengar nyaring menggema di seluruh penjuru ruang di rumah yang mewah itu.
Hans bukanlah tipe orang yang mudah panik tapi saat melihat Zoya, gadis yang senang menutupi keadaan itu membuatnya merasakan hal yang berbeda. Ntah rasa tanggung jawab karena Zoya bagian dari hidupnya atau rasa yang muncul dan menyentuh sisi yang beda dari hatinya. Hans sendiri masih belum bisa mengartikan semuanya.
"Bi, buatin wedang Jahe ! Aku tunggu jangan pakai lama. " titah Hans saat melihat wanita paruh baya itu membersihkan pantry.
"Baik, Pak! "
Hans benar benar menunggu di meja makan. Diliriknya jam yang berdiri di ruang tengah. Hanya butuh beberapa menit, wedang jahe pesanannya pun jadi. Hans membawa cangkir berisikan wedang jahe naik ke atas.
Dengan hati-hati dia kembali ke kamar, terlihat Zoya masih meringkuk di atas tempat tidur. Gadis itu memang terlihat kesakitan.
"Zoy, ini aku bawa wedang jahe, aku pernah membaca artikle jika itu bisa meredakan nyeri haid! " Hans menekuk lutut agar bisa lebih jelas melihat keadaan Zoya.
"Aku tidak apa apa, Mas! " zoya beringsut bangkit dari rebahan, rasanya tidak enak jika membuat repot Hans.
"Maaf merepotkan, Mas Hans! " kalimat Zoya membuat kesal Hans, bagi Hans apa yang di katakan zoya seperti sengaja membangun sekat sendiri antara dia Dan zoya.
Zoya mengambil cangkir yang barusan dibawakan oleh suaminya, dengan pelan dia mulai menyesap jahe hangat itu. Saat merasakan tubuhnya mulai terasa hangat, manik mata hitam itu menatap Hans yang juga memperhatikannya sedari tadi. Tatapan mereka saling bertaut meski itu sangat sulit untuk di artikan oleh masing masing keduanya.
"Terima kasih, Mas! " ucap zoya dengan senyum yang bisa meruntuhkan dunia laki laki itu. Sementara Zoya merasakan sisi hangat dari tampilan Hans yang datar.
Bersambung....
pas baca chemistry nya gak bisa move on 👍😁
biarkan saja toh sdh meninggal
pengalaman pribadi punya, sodara menikah setelah istrinya, meninggal.. eh istri barunya ngak suka ada foto almarhumah istri 1
kami ponakannya kok kesel jg