Sinopsis :
Berlian Puspa Lingga, seorang wanita muda yang mengalami amnesia setelah mencoba bunuh diri karena hubungan toxic dengan mantan tunangannya, Nino Atmaja. Keluarganya merahasiakan tentang masa lalu Berlian untuk melindunginya dari trauma.
Takdir membawa Berlian bertemu dengan Saka Cakra Tama, kakak tiri Nino, pada satu malam yang romantis dan panas. Saka, yang awalnya anti wanita, jatuh cinta dengan Berlian dan berusaha keras untuk memenangkan hatinya. Dengan berbagai cara, Saka mengikat Berlian dengan tali pernikahan.
Lambat laun, hati Berlian pun tertawan oleh cinta Saka. Namun, rintangan hubungan mereka datang silih berganti. Apakah Berlian dapat melupakan masa lalunya dengan Nino dan menerima cinta Saka dengan tulus? Ataukah ingatan tentang Nino akan kembali dan mengubah segalanya?
"Menikahi Kakak Tiri Mantan" adalah cerita tentang cinta, pengorbanan, dan penebusan. Apakah Berlian dan Saka dapat menemukan kebahagiaan bersama ataukah masa lalu akan terus menghantui?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 : Ingin Cepat Menikah
"Tuan Saka, di sini tertulis kalau kita akan menikah selambatnya bulan depan. Apa Anda tidak keberatan jika sebelum menikah anda memperkenalkan diri dulu secara baik-baik pada keluargaku?" Berlian mengatakannya dengan takut. Dia takut Saka marah pada permintaannya. Tapi mengingat dirinya berasal dari keluarga Lingga yang cukup dihormati, dia tidak ingin mencoreng nama baik keluarganya karena menikah diam-diam.
"Aku putri bungsu kesayangan ibu dan kakak-kakakku. Mereka pasti sedih jika adiknya menikah diam-diam dengan pria asing," jelas Berlian lagi.
"Aku akan meminta restu pada mereka. Tenang saja. Asalkan kamu mau bekerja sama. Katakan pada mereka kalau kamu mencintaiku dan tidak bisa hidup tanpa aku. Aku yakin mereka langsung setuju atas pernikahan kita. Dan kamu jangan khawatir, tidak mungkin aku menikahi mu diam-diam. Semua orang harus tau kalau kamu adalah Nyonya Saka Cakra Tama."
Mendengar jawaban Saka, Berlian sedikit lega. Berlian pun dengan senang hati menandatangani surat perjanjian itu.
"Sudah, tuan," kata Berlian.
Juan memeriksa surat itu. Setelah dirasa semuanya beres, Juan pun menyimpan surat itu kembali untuk di proses.
"Kirim nomor rekening mu, aku transfer sekarang juga," titah Saka.
Berlian mengeluarkan ponselnya. Dia memperlihatkan pada Saka nomor rekeningnya pada mobile banking miliknya. Saka pun langsung mentransfer 15 milyar untuk Berlian.
Ting
Uangnya masuk.
"Terima kasih tuan Saka. Terima kasih banyak," ucap Berlian dengan tulus. Dia sangat senang.
"Berlian, jangan panggil aku Tuan. Sebentar lagi kamu menjadi istriku, sebaiknya panggil aku 'sayang'!" titah Saka.
"Apa?" Berlian menganga karena mengira salah dengar.
"Ingat point penting dalam perjanjian itu. Kamu harus selalu menuruti perkataanku."
"I-iya ... Sa ... Sa ... Yang ..." sahut Berlian dengan gagap.
Saka lagi-lagi tersenyum samar mendengar Berlian pertama kalinya memanggil dia dengan sebutan sayang. Walau terdengar gagap, tapi Saka suka.
"Tenang saja Nona Berlian, lama-lama anda akan terbiasa," ucap Juan.
"Juan, antarkan nyonya Saka pulang. Aku tidak mau terjadi apa-apa padanya di jalan!" titah Saka.
"Baik, Presdir," jawab Juan. "Ayo, Nyonya, saya antar pulang," kata Juan pada Berlian.
"Jangan lupa, besok siang jam 12, aku akan menjemputmu, untuk fitting baju pengantin," kata Saka lagi.
"Apa? Secepat itu? Tapi kakakku masih di Jepang," jawab Berlian.
"Setelah kakakmu pulang dari Jepang, aku akan langsung minta restu. Jangan membantah, ingat, di sini aku bosnya," jawab Saka dengan tegas.
"Sialan, setiap kali dia berkata-kata, semua perkataannya selalu membuatku jantungan. Tuhan, kenapa aku ditakdirkan untuk hidup bersamanya? Dosa apa yang kumiliki?" batin Berlian, mengasihani dirinya sendiri.
Berlian pun pulang, diantar oleh Juan.
.
.
.
Keesokan harinya, mentari menyapa dengan sinar terang nan cerah. Berlian bangun dari tidurnya yang nyenyak. Sejak sampai rumah diantar oleh Juan, entah kenapa Berlian sangat lelah, dia tertidur, dan bangun tepat waktu pagi ini. Tubuhnya terasa ringan, suasana hatinya begitu baik, mungkin karena masalah yang dia timbulkan sudah berhasil teratasi.
Berlian baru ingat, uang 15 milyar itu belum dia kembalikan ke rekening perusahaan. Berlian pun langsung meraih ponselnya, kemudian membuka mobile banking. Di sana masih ada jejak nomor-nomor rekening orang lain seperti rekening perusahaan maupun rekening Nino.
Berlian mengirim uang itu ke rekening perusahaan.
"Beres," ucap Berlian.
Berlian bangun kemudian masuk ke kamar mandi. Dia mandi dan berdandan cantik hari ini.
Dirli, Vito, Raima dan Elsa sudah berada di meja makan. Mereka menunggu Berlian untuk memulai sarapan.
"Bibi, mana Berlian? Bukannya kamu bilang dia sudah bangun?" tanya Elsa pada salah satu pembantu di rumahnya.
"Mungkin sebentar lagi Nona Berlian kamari, Nyonya. Tadi Nona Belian sedang berpakaian," jawab pembantu itu.
"Aku datang ..." Berlian berjalan dengan wajah ceria. Dia langsung duduk di sebelah Dirli.
"Adikku hari ini cantik sekali," puji Dirli.
"Cantik apaan? Bagusan aku juga kemana-mana," batin Raima.
"Terima kasih Kak atas pujiannya," sahut Berlian.
"Anak Mama sedang bahagia?" tanya Elsa.
"Iya Ma, aku ..."
Tiba-tiba panggilan telepon masuk ke ponsel Vito. Memotong pembicaraan Elsa dan Berlian.
Vito langsung mengangkat panggilan itu.
"Hallo kak?" jawab Vito.
"Dari mana Berlian dapat uang 15 milyar? Pagi ini dia mengirim uang 15 milyar ke rekening perusahaan. Sambungkan aku padanya!" titah Miko.
Vito agak terkejut. Dia pun menyambungkan telepon ke Berlian.
"Ini kak Miko, bicaralah!" kata Vito.
Berlian mengambil ponsel itu.
"Hallo Kak Miko?"
"Dari mana kamu dapat uang sebanyak itu?" Suara Miko terdengar marah dari seberang sana.
"Maaf Kak. Kemaren aku tidak sengaja mendengar percakapan Kak Miko dan Kak Vito di telepon. Aku begitu bodoh. Aku banyak korupsi. Setelah aku cek di rekeningku, rupanya saldoku masih banyak. Untung uang itu belum sempat ku kirim semuanya ke Nino," jelas Berlian, berbohong.
Miko akan sangat marah kalau tau bahwa uang itu dari Saka.
"Kamu sudah ingat dengan Nino?" Suara Miko sudah sedikit lembut. Amarahnya sudah berkurang.
Berlian menggeleng. "Aku tidak ingat dan aku tidak mau mengingatnya. Dari percakapan kalian, aku langsung tau kalau Nino membawa dampak buruk untuk hidupku. Maafkan aku kak," kata Berlian, menyesal.
"Syukurlah kalau kamu sudah sadar. Kakak juga minta maaf sudah membentak kamu. Kakak hanya kaget. Oh ya, kakak sebenarnya sudah membatalkan pertunangan kalian," jelas Miko.
"Aku berterima kasih pada Kak Miko karena telah membatalkan pertunanganku," jawab Berlian dengan senang.
"Kaka senang mendengarnya. Hari ini kalau urusan proyek kakak sudah beres, kakak langsung pulang," kata Miko, lagi.
"Iya kak."
"Kakak tutup dulu teleponnya." Panggilan pun diakhiri.
"Sayang, Mama tidak menyangka kamu secinta itu pada Nino. Mama kaget mendengar kamu korupsi. Untung kamu tidak jadi menikah dengan Nino," ucap Elsa.
"Itu bukan cinta, Ma, tapi kebodohan," jawab Berlian.
"Mama percaya, kamu pasti dapat pengganti yang lebih baik lagi," jawab Elsa.
"Berlian sangat cantik, Ma. Banyak pria antri dibelakangnya," sahut Dirli.
Vito mengepalkan kedua tangannya. Dia kecewa pada Nino. Nino sudah dia anggap seperti saudara sendiri. Bahkan mempercayakan adiknya untuk dicintai oleh Nino. Berlian juga sudah banyak membantu Nino. Tapi Nino malah mengecewakan adiknya.
Saat Vito tau Nino ingin putus dari adiknya karena Nino jatuh cinta pada Raima, Vito masih memperjuangkan agar mereka tidak putus. Namun, hari ini Vito sadar, Nino adalah pria brengsek dan Raima adalah wanita tidak tau diri. Vito tidak akan memaafkan Nino dan Raima. Mulai sekarang, Vito tidak akan menganggap Nino sebagai teman lagi.
Vito menatap Raima dengan tatapan tajam. Raima sadar arti tatapan itu. Raima mulai takut, bagaimana kalau Elsa tau, penyebab Nino mengecewakan Berlian adalah dirinya. Terlebih Miko, Dirli dan Vito sudah tau semuanya.
"Tidak, mereka tidak akan berani memberitahu Mama. Mendiang Papaku sudah memberikan jantungnya pada Mama. Kalau bukan karena Papaku, Mama mereka pasti sudah meninggal bersama Papa mereka," batin Raima.
Raima sudah terlanjur menyayangi Elsa. Dia sudah menganggap Elsa sebagai ibunya sendiri. Dia tidak ingin kehilangan kasih sayang Elsa.
"Aku harus bertemu Nino hari ini," kata Raima lagi, di dalam hatinya.
Vito dan Kalista bersatu...
tinggal Miko lagi nih yang berjuang buat dapatin Intan
tapi jangan dulu deh Vito,
tunggu nikah dulu baru buat baby 😆
"nasi goreng" ☺️
gpp ya Vito,demi orang tercinta...
moga kamu selamat Vito, pernikahan udah di depan mata lho...
yang satu ngebet banget,yang satu coba menghindar
tinggal kk Dirli yang masih membatu 😆
Miko mulai gombal gambil nih..
😆😆😆😆
lanjutkan Miko 💪
the power of money