NovelToon NovelToon
Tritagonis

Tritagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Poligami / CEO / Cintamanis / Dark Romance / Cintapertama
Popularitas:701
Nilai: 5
Nama Author: Girl_Rain

Setelah kesalahan yang dilakukan akibat jebakan orang lain, Humaira harus menanggung tahun-tahun penuh penderitaan. Hingga delapan tahun pun terlewati, dan ia kembali dipertemukan sosok pria yang dicintainya.

Pria itu, Farel Erganick. Menikahi sahabatnya sendiri karena berpikir itu adalah kesalahan diperbuat olehnya saat mabuk, namun bertemu wanita yang dicintainya membuat Farel tau kebenaran dibalik kesalahan satu malam delapan tahun lalu.

Indira, sang pelaku perkara mencoba berbagai cara untuk mendapat kembali miliknya. Dan rela melakukan apapun, termasuk berada di antara Farel dan Humaira.

Sebenarnya siapa penjahatnya?

Aku, Kamu, atau Dia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Girl_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Kehancuran

  Pagi-pagi mendapat kabar ponselnya selesai diperbaiki dan pria seduhan Indira pingsan, dari hotel Farel bergegas ke kantor.

  Tangan Farel yang memegang ponsel bergetar melihat video yang ditampilkan, begitu pula matanya yang membesar.

  Video itu jelas-jelas menampilkan rekaman tragedi delapan tahun lalu, dimana dirinya menggauli Humaira yang terkadang meneteskan air mata.

  "Aku mencintaimu, Humaira."

  Serta ungkapan cinta yang terus mengalir lancar dari mulutnya.

  "Aku juga mencintaimu, Farel."

  Dan perasaannya dibalas oleh Humaira dengan penuh cinta juga, sampai sosoknya yang berstatus anak pemimpin pesantren sekaligus paham agama bisa terjerumus ke dalam kemaksiatan gara-gara cinta kepadanya.

  Farel membanting ponsel itu pada meja, dan ponsel itu memantul ke lantai.

  Fredrik dan pria yang sedang bersimpuh di depan meja pun terkejut.

  "Kayaknya ponsel itu harus diperbaiki lagi," timpal Fredrik.

  Farel berdiri dan menyapu semua yang ada meja dan berakhir tragis di lantai. Berkas-berkas serta alat tulis menjadi korban utama amukan Farel.

  "Dan Aku yang bakal membereskan itu," ucap Fredrik nelangsa.

  "Aarrrgh!" teriak Farel.

  Tidak cukup dengan itu, Farel membalikkan meja, sehingga pria di depan meja langsung bangkit dan melangkah mundur.

  Farel menarik rambutnya sendiri. "Apa ada lagi yang perlu Aku ketahui?"

  Kekecewaan, putus asa, dan kepercayaan yang telah dikhianati tak mampu Farel katakan perasaan saat ini melalui kata-kata Karenanya barang-barang seperti kursi, meja, dan pot bunga menjadi pelampiasan.

  Terlebih hal ini dilakukan orang yang diberikan kepercayaan luar biasa olehnya. Indira, mungkin jika Omanya yang mengatakan Farel akan melakukan penyelidikan, tapi ini Indira.... Perempuan yang ia yakini selalu berkata jujur padanya disaat Omanya mengatakan kebohongan.

"Saya mencari tau apa yang terjadi setelahnya, rupanya nyonya Humaira kena jilid seperti yang diperlakukan para penzina lainnya dalam hukum agama islam. Video jilid nyonya Humaira tersebar di internet, sehingga nyonya Humaira mendapatkan cacian orang-orang. Hampir menyebabkan pesantren beliau mati, tapi ayah nyonya Humaira berhasil mengatasinya. Dan mungkin karena perasaan bersalah, nyonya Humaira memutuskan pergi dari rumah dan menetap di rumah istrinya Edgar."

"Selama ini nyonya Humaira selalu menolak saat orang tuanya memintanya pulang, dan tidak disangka nyonya Humaira sudah menjalani kehidupan yang nyonya Humaira sebagai hukuman itu selama delapan tahun," terang Fredrik membaca dokumennya.

  Dan setelah mendengar fakta sepanjang itu berubahlah ruangan kerja ini menjadi kapal pecah, sehingga Farel ambruk. Matanya mengeluarkan liquid bening saat ingatannya tertuju pada Humaira. Wanita yang dicintainya itu pasti sedih saat melihat pernikahannya bersama Indira.

  "Kamu pasti kecewa padaku 'kan, Humaira?" kata Farel seolah Humaira ada di depannya.

  Pantas wanita tidak mau melihat ke arahnya, menolak kehadirannya, dan mengusirnya secara terang-terangan, disaat dirinya pernah mengabaikan hal yang terjadi pada wanita itu tanpa disadari.

  Ia punya kemampuan untuk mencari tahu, tapi tak pernah melakukannya. Lebih memilih percaya pada apa yang diucapkan Indira, disaat ada perasaan takut memperbuat perbuatan di malam itu bersama wanita asing.

  "Tuan Farel, apa yang Anda lakukan selanjutnya?" tanya Fredrik, karena tak ingin kehancuran ini terus berlanjut. Ia lebih ingin majikannya ini berpikir jernih, dari pada menyesali hal yang telah berlalu. Bagaimana pun Fredrik telah menjadi saksi bisu kepedihan Farel atas pernikahan tidak diinginkan setelah sekian lama.

  "Menurut Kamu apa? Aku tidak tau harus melakukan apa, disaat menceraikan Indira juga tidak membuatku memiliki kehidupan yang membahagiakan," terang Farel menatap lantai. Dirinya hancur, tapi kehancurannya ini memang sesuatu yang akan terjadi mengingat kebenaran selalu terungkap pada akhirnya.

  "Hei, Kau," seru Farel pada pria dibelakang Fredrik.

  Dan pria itu menunjuk dirinya sendiri. "Sa-saya?"

  "Iya. Apa hanya itu yang diperintahkan padamu, maksudku cuma disuruh memamerkan video itu?" tanya Farel.

  "Iya, Saya cuma disuruh membeberkan Video dan memojokkan wanita bercadar itu. Tapi video yang disuruh beberkan cuma video yang memperlihatkan mbaknya saja, Saya tidak tahu kalau pasangan bermain mbaknya adalah Bapak karena video awalnya buram di wajah Bapak," jelas pria itu, sebab berpikir alasan ia dipukuli dan berakhir di sini karena telah memperlihatkan video yang dapat menyebabkan nama baik seorang pengusaha tercemar.

  "Saya yang telah memperjelas wajahnya karena berpikir Tuan memerlukannya. Kalau cuma wajah nyonya Humaira yang ingin ditampilkan pada publik, itu artinya nyo--"

  Farel yang bangkit dan bergegas keluar kantor memotong ucapan Fredrik. Sempat terlihat dimata Fredrik mata Farel melotot serta urat leher yang jelas serta pintu yang dihantam keras, membuktikan seberapa marah pria itu.

  "Padahal pikirannya sudah jernih tadi akibat putus asa pada keadaan, tapi sepertinya nyonya Humaira memang tidak boleh disentuh," ucap Fredrik.

  Laksana orang gila, begitulah ibarat Farel mengendarai mobil hingga tidak butuh waktu lama untuk sampai. Farel menggunakan kaki panjangnya memasuki mansion miliknya dan berteriak ke segala penjuru ruangan.

  "Indira! Indira!"

  Wanita yang kebiasaannya duduk di ruang tamu itu seketika berdiri tegap mendengar namanya diseru keras. Tubuh Indira bergetar dan jantungnya berdegup kencang, melihat sosok Farel yang berapi-api menuju ke arahnya.

  Buak!

Pukulan itu begitu keras hingga menyebabkan orang yang kena tumbang dan mengeluarkan darah di sudut bibirnya. Begitulah bayangan Indira saat melihat kepalan tangan Farel.

"Aku sangat, sangat ingin memukulmu setelah tau apa yang Kamu lakukan pada Humaira! Tapi akal sehatku berusaha keras mengatakan Kamu ini wanita," kata Farel dengan napas naik turun. Sungguh dadanya panas dan membakar hingga berakibat tubuh yang bergetar karena menahan diri untuk tidak meluapkannya.

"A-aku minta maaf, Fa-Farel." Indira menangis seraya mencoba meraih tangan Farel, tapi Farel menepisnya.

"Aku percaya padamu, percaya saat Kamu bilang bahwa kehamilanmu disebabkan olehku. Percaya bahwa Rifqa adalah anakku sampai Rifqa sebesar itu, tapi justru semuanya adalah kebohonganmu!" pekik Farel menunjuk pada Indira.

Perkataan Farel tersampaikan begitu jelas, sampai-sampai anak kecil yang mendengar pertengkaran orang tuanya dibalik dinding menjatuhkan air matanya. "Apa maksud, Papa?"

Ini bukan pertama kali, dan Rifqa tidak pernah ikut campur dalam pekikan orang tuanya seperti yang dikatakan Omanya.

"Aku minta maaf, Farel." Indira menangis tersedu-sedu, sampai napas tersengal-sengal merasakan pasokan udara menipis dan jantungnya mulai sakit.

"Kamu membuatku hidup dalam beban karena tidak bisa menjadi suami dan ayah yang baik untukmu dan Rifqa, sebab hatiku ini masih mencintai Humaira. Dan hari ini aku tau, bahwa pemikiran itu tidak ada artinya. Kamu justru juga ingin menyakiti Humaira disaat dia tidak memberikan pengaruh apapun pada pernikahan kita."

"Ada! Ada pengaruhnya! Buktinya Kamu memarahiku lagi hari ini setelah bertemu dengannya dua hari ini, dan hari-hari sebelumnya juga karena dia," bantah Indira.

"Kamu membenarkan diri Kamu lagi?" hardik Farel mendorong sofa ke belakang sebagai pelampiasan.

Indira terkejut dan itu membuatnya ambruk seketika. Detak jantungnya menjadi lemah. Indira mengulurkan tangannya kepada Farel. "To-long, tolong a-aku, Farel."

Menyaksikan mamanya yang kesakitan, Rifqa pun berlari ke Indira. "Mama!"

Namun hal tersebut tak membuat Farel peduli, bahkan ketika Rifqa meminta Farel untuk menolong mamanya.

"Pa, bawa Mama ke rumah sakit." Rifqa menangis sembari memegang tubuh mamanya.

Farel berbalik dan melangkahkan kaki meninggalkan mansion, memilih mengacuhkan Rifqa yang meminta tolong padanya sampai berteriak putus asa padanya.

"Papa!"

...🌾🌾🌾🌾...

1
kalea rizuky
hmmmm gass mp
kalea rizuky
anakmu yg jalang kok nyalahin orang oh tua bangka
kalea rizuky: tau ih sebel bgt liat modelan aki2 tolol
total 2 replies
kalea rizuky
Farel ma Indira selama jd istri sering tidur bareng gk thor
@Girl_Rain67: Nggak pernah 😄
total 1 replies
kalea rizuky
Farel uda tau bukan anak nya np g cerai oon amat
kalea rizuky
uda tau kn berarti Rifka bukan anak mu jd jangan sok baik
kalea rizuky
Indira jahat amat lu
@Girl_Rain67: Cinta, Mbak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!