NovelToon NovelToon
RAHASIA MASA LALU SUAMI DAN SANG IPAR

RAHASIA MASA LALU SUAMI DAN SANG IPAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Selingkuh / Cintapertama
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Barra Ayazzio

Bagaimana rasanya menjadi istri yang selalu kalah oleh masa lalu suami sendiri?
Raisha tak pernah menyangka, perempuan yang dulu diceritakan Rezky sebagai "teman lama”itu ternyata cinta pertamanya.

Awalnya, ia mencoba percaya. Tapi rasa percaya itu mulai rapuh saat Rezky mulai sering diam setiap kali nama Nadia disebut.
Lalu tatapan itu—hangat tapi salah arah—muncul lagi di antara mereka. Parahnya, ibu mertua malah mendukung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Barra Ayazzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Jebakan

Tak terasa, 5 hari sudah Raisha berada di rumah ibunya. Hari ini dia sudah akan kembali ke rumah mertuanya. Dia dijemput oleh Rezky sepulang dari kantor. Sengaja Rezky keluar kantor lebih awal biar bisa menjemput Raisha agak siang.

Sebenarnya Raisha masih ingin tinggal barang sehari atau dua hari, karena proses pindah ke rumah yang baru belum dilakukan. Rencananya memang hari Sabtu besok. Tapi desakan mertuanya untuk lekas pulang, karena mau persiapan penyambutan calon istri Rizal merubah semuanya.

Dia sedikit kecewa, karena mertuanya mengabarinya harus segera pulang pas Jumat pagi, sehingga tidak ada plan B untuk merubah rencana pindahan rumah. Akhirnya semua rencana awal tetap berjalan tanpa Raisha.

"Kenapa gak bilang dari awal, kalau Icha harus pulang hari ini?" Padahal kan Icha sudah bilang kalau besok mama dan papa mau pindah ke rumah baru."

"Ya, kamu tahu sendiri ibu, Cha. Kalau dia sudah bersabda, semua harus menurutinya. Tidak ada yang bisa membantahnya."

"Kasian jadinya papa dan mama gak ada yang bantuin."

"Sudahlah, kan ada Rico dan Resty."

"Ya, tetep bedalah. Rico anak cowok, Resty masih belum dewasa."

"Kalau kamu menolak, akan berakibat fatal, ibu akan semakin membenci kamu. Di rumah hanya ada Bi Murni, sementara di rumahmu banyak saudara yang bisa bantuin." Rezky menatap istrinya yang murung. Raisha hanya diam, karena percuma membantah juga. Toh sekarang dia sudah berada di perjalanan.

Masih terekam di benak Raisha saat tadi pagi dia menyampaikan kalau dia disuruh pulang karena di rumah mertua juga akan ada acara penyambutan calon istrinya Rizal.

"Ya sudah Cha, pindah rumahnya minggu depan aja biar kamu itu bisa ikut pengajian, melihat betapa bahagianya kami menempati rumah baru."

"Gak bisa Ma, kita sudah bilang ke keluarga, sudah pamit ke tetangga, dan sudah bilang ke pemilik rumah ini, kalau kita akan pindah besok. Konsumsi juga sudah dipesan, jadi tetap pada rencana semula aja, nanti Icha akan mengunjungi mama dan papa di rumah baru kalau acara di sana sudah selesai."

"Yaaaa, jadi gak seru kalau gak ada Kak Icha. Emang acara di sana gak bisa diundur gitu?"

"Kayaknya nggak, Res. Maafin kakak ya!"

"Ya gak apa-apa deh, daripada Nenek Lampir ntar marahin Kak Icha."

"Siapa Nenek Lampir?" Rico penasaran.

"Siapa lagi kalau bukan ibu mertua Kak Icha."

"Kok kamu bisa menyebutnya Nenek Lampir, Res?" Raisha menatap adiknya. Dia penasaran, karena selama ini dia tidak pernah menceritakan perlakuan ibu mertua terhadap dirinya.

"Resty pernah dengar dia marahin Bi Murni, ih sereeeem."

*****

Rizal sangat bahagia, bertemu kembali dengan kekasih hatinya_Nadia. Hampir setahun mereka gak bertemu, karena jarak yang membentang memisahkan mereka.

Tak henti-hentinya Rizal melirik Nadia yang menurutnya semakin cantik. Rambut yang dikuncir tak beraturan, dengan anak rambut yang sebagian tidak terikat kunciran membuat Nadia semakin menawan di mata Rizal.

Menggunakan tanktop maroon, jeans panjang yang sobek-sobek, dan high heels 7 cm, membuat badannya yang tinggi dan langsing semakin menjulang. Kulitnya yang cerah, membuat siapa saja pasti berpaling.

Namun yang bikin Rizal heran, Nadia datang sehari lebih cepat. Padahal ditelepon sebelumnya, dia baru akan nyampe hari Sabtu, ternyata Jumat sore sudah ada di depan mata.

"Kamu makin cantik aja, Nad."

"Ah bisa aja, bikin aku tersanjung."

"Beneran Nad, jadi gak sabar ingin segera memilikimu secara utuh." Rizal tersenyum sambil menyentuh telapak tangan kekasihnya lembut. Nadia hanya tersenyum diperlakukan demikian.

"Ah kamu Mas, ada-ada saja." Nadia membalas sentuhan Rizal dengan hangat.

"Nyonya Rizal, sekarang mau diantar ke mana? Apa langsung ke rumah?" Rizal menggoda Nadia.

"Jangan, malam ini aku mau menginap di hotel, bareng kamu."

"Hah? Maksudmu?" Rizal mendadak mengerem mobilnya, hingga tubuh Nadia agak terdorong ke depan."

"Ih kamu kok kaget gitu sih."

"Habisnya permintaan kamu itu bikin aku jantungan."

"Kenapa? Salah? Aku kangen kamu, Mas. Bayangin setahun gak bertemu. Malam ini aku ingin menghabiskan waktu berdua. Sebelum besok kamu mengantarkanku ke rumah. Gak apa-apa kan?"

"Emmmhhh, aku takut terjadi sesuatu kalau kita berduaan di hotel, Nad."

"Kalaupun terjadi sesuatu toh kita akan akan segera menikah, ya kan?"

"Aku hanya ingin memiliki kamu seutuhnya, setelah kita resmi jadi suami istri, Nad."

"Duh Mas, kuno banget sih kamu, tapi gak apa-apa deh, terserah kamu kalau kamu keberatan. Padahal kan aku hanya mau berduaan aja bareng kamu, gak ada yang lain. Kita ngobrol dari hati ke hati tentang rencana pernikahan kita tanpa diganggu oleh apapun, oleh siapapun, hanya kita berdua." Nadia cemberut.

"Ok deh Nad, demi kamu, apa sih yang nggak? Yang penting kita jaga jarak jangan sampai melakukan hal yang belum saatnya." Rizal mengalah, karena melihat Nadia yang terlihat kesal.

"Iya jaga jarak aja, duduknya berjauhan. kamu di sana aku di sini." Nadia tersenyum penuh kemenangan.

Mereka check in di hotel hampir menjelang Maghrib. Awalnya memang tidak terjadi apa-apa, Rizal masih bisa menguasai diri, tetapi Nadia dengan lihainya bisa membuat Rizal terjebak. Akhirnya apa yang ditakutkan Rizal terjadi juga, mereka melakukan hal yang seharusnya hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami istri.

Rizal terlihat menyesal, sebaliknya Nadia terlihat tersenyum lebar. Dia senang karena sudah bisa memaksa Rizal masuk ke dalam jebakannya. Rizal menatap Nadia yang sedang mengikat rambutnya yang acak-acakan.

"Nad, kita sudah melakukan dosa. Seharusnya semua ini tidak terjadi. Padahal kita tinggal menunggu waktu untuk dapat melakukannya.*

"Kamu menyesal, Mas?" Nadia menatap Rizal.

"Ya, harusnya kita bisa menahan diri."

"Gak apa-apa Mas, toh sekarang atau nanti juga sama, kita akan tetap melakukannya."

"Tapi beda, Nad. Dilakukan nanti kita tidak berdosa, tapi kalau sekarang? Kita dosa, Nad."

"Sudahlah Mas, tidak usah dibahas lagi. Semuanya sudah terlanjur."

"Kamu gak menyesal, Nad?"

"Nggak, toh sebentar lagi kamu akan jadi suamiku. Aku melakukannya dengan calon imamku, calon bapak dari anak-anakku." Nadia menjawab tegas.

"Makasih ya Nad. Sudah memilihku untuk menjadi imammu." Rizal tersenyum senang.

"Iya sama-sama."

Setelah percakapan itu, Rizal langsung tertidur pulas, sementara Nadia keluar menuju balkon, sambil merokok, dia menelepon untuk menghubungi Alyssa.

"Hallo Sa, akhirnya Rizal bertekuk lutut di hadapanku, dia terkapar setelah melakukannya denganku."

"Gila kau, Nad, dasar licik." Terdengar Alyssa tertawa ngakak. Nadia hanya tersenyum, sambil menghisap rokok, lalu menghembuskannya.

"Maafkan aku, Mas, aku butuh pengakuan untuk bayi ini. Aku tidak mungkin meminta pertanggungjawaban ayahnya, karena ayahnya bejat. Sedangkan kamu, lebih baik segalanya dibandingkan ayahnya." Nadia mengusap perutnya lembut.

1
Candela Antunez
Nggak sia-sia baca ini. 💪
Classroom Of The Elite
Sangat kreatif
Barra Ayazzio: Terimakasih 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!