NovelToon NovelToon
HIGANBANA NO FUKUSHU

HIGANBANA NO FUKUSHU

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Dokter / Bullying dan Balas Dendam / Sugar daddy
Popularitas:190
Nilai: 5
Nama Author: IΠD

Setelah orang tuanya bunuh diri akibat penipuan kejam Agate, pemimpin mafia, hidup siswi SMA dan atlet kendo, Akari Otsuki, hancur. Merasa keadilan tak mungkin, Akari bersumpah membalas dendam. Ia mengambil Katana ayahnya dan meninggalkan shinai-nya. Akari mulai memburu setiap mafia dan yakuza di kota, mengupas jaringan kejahatan selapis demi selapis, demi menemukan Agate. Dendam ini adalah bunga Higanbana yang mematikan, menariknya menjauh dari dirinya yang dulu dan menuju kehancuran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IΠD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Trap

Setelah insiden di lapangan olahraga, Akari merasakan sedikit perubahan. Para siswa laki-laki tidak lagi berani melecehkannya secara fisik, meskipun bisikan dan tatapan menghina masih ada. Akari menikmati sedikit ketenangan ini, terus menahan rasa sakit demi kebahagiaan yang ia temukan saat pulang ke rumah.

​Namun, saat Akari sibuk menahan badai di sekolah, badai yang sesungguhnya mulai terbentuk di tempat orang tuanya bekerja.

​Suatu malam, setelah Akari pulang ke rumah lebih awal untuk belajar, kedua orang tuanya masih sibuk di restoran mie sederhana milik mereka. Hari itu cukup larut, dan mereka sedang membereskan meja dan menghitung pemasukan harian.

​Tiba-tiba, pintu restoran terbuka, dan masuklah seorang perempuan yang sangat cantik, elegan, dan berkelas. Penampilannya mencolok—gaun sutra mahal, perhiasan berkilauan, dan aura percaya diri yang tinggi—sangat kontras dengan suasana restoran mie yang sederhana.

​Ibu Akari, yang polos dan baik hati, segera menghampiri dengan senyum ramah.

​"Selamat datang. Maaf, Nona, kami hampir tutup. Mau pesan apa? Kami masih bisa membuatkan shoyu ramen."

​Wanita itu tersenyum manis, senyum yang mematikan.

​"Tidak perlu, terima kasih. Saya hanya ingin bertemu dengan pemiliknya."

​Ibu Akari memuji, "Ya ampun, Nona, Anda cantik sekali! Seperti bintang film."

​Wanita itu tersanjung. Ia kemudian mendekati meja kasir tempat Ayah Akari berdiri. Ia memperkenalkan diri dengan sopan.

​"Perkenalkan, nama saya Haruna. Saya adalah agen dari AgateX, sebuah perusahaan pinjaman modal yang terpercaya."

​Seketika, perhatian Ayah dan Ibu Akari tertarik. Mereka tahu, dengan mahalnya biaya sekolah Akari, mereka harus mencari cara untuk mengembangkan usaha dan meringankan beban.

​Haruna, sang agen, mulai menjelaskan. Dengan bahasa yang halus dan meyakinkan, ia memaparkan keuntungan-keuntungan besar meminjam modal dari AgateX: bunga yang "rendah", proses yang "cepat dan mudah", dan janji bahwa uang itu dapat mengubah masa depan putri mereka.

​Ayah dan Ibu Akari menyimak dengan saksama. Mereka merasa ini adalah kesempatan emas. Namun, ada satu hal yang mengganjal di benak Ayah Akari.

​Seharusnya Akari ada di sini.

​Ayah Akari selalu mengandalkan Akari, putrinya, dalam hal-hal yang berbau dokumen, kontrak, dan angka-angka yang rumit, karena Akari lebih mengerti seluk-beluknya. Sayangnya, Akari tidak ada. Dan dengan keyakinan yang disuntikkan oleh kecantikan dan janji manis Haruna, mereka pun mulai menandatangani dokumen-dokumen itu.

.

.

.

Setelah Ayah dan Ibu Akari menandatangani dokumen pinjaman dari AgateX, Haruna, agen yang elegan itu, tersenyum lebar. Senyumnya tampak tulus dan menenangkan.

​"Terima kasih atas kepercayaannya, Tuan dan Nyonya Otsuki. Saya doakan semoga usaha Anda lancar, dan semoga Anda berdua selalu panjang umur untuk melihat kesuksesan putri Anda."

​Setelah mengucapkan kalimat manis dan mematikan itu, Haruna berpamitan dan pergi, menghilang ke dalam malam dengan keanggunan yang sama saat ia datang.

​Ayah dan Ibu Akari saling pandang dengan tatapan penuh kelegaan dan harapan. Mereka merasa sangat senang. Beban berat di pundak mereka terasa sedikit terangkat.

​"Kita berhasil, Bu. Sekarang Akari tidak perlu khawatir lagi. Kita bisa membiayai impiannya," bisik Ayah Akari.

​"Iya, Yah. Dia selalu bicara tentang ingin masuk ke universitas ternama itu. Kita akan memastikan dia mendapatkannya," balas Ibu Akari, matanya berkaca-kaca karena bangga dan lega.

​Mereka memutuskan untuk merahasiakan masalah pinjaman ini dari Akari. Mereka tahu sifat putrinya. Akari pasti akan marah dan khawatir jika tahu orang tuanya kembali meminjam uang, apalagi setelah tahu betapa kerasnya mereka bekerja. Mereka ingin ini menjadi kejutan yang indah, sebuah fondasi yang diam-diam mereka bangun demi masa depan putri mereka.

​Mereka kembali membersihkan restoran dengan semangat baru, tanpa menyadari bahwa janji Haruna tentang "panjang umur" adalah ejekan kejam yang menandai hitungan mundur menuju kehancuran mereka. Mereka telah menukar masa depan Akari dengan bilah tajam yang kini diarahkan ke leher mereka sendiri, semuanya atas nama cinta orang tua yang tulus.

Beberapa minggu berlalu dengan cepat. Pinjaman dari AgateX telah cair dan masuk ke rekening keluarga Otsuki. Uang itu—yang seharusnya menjadi benih pertumbuhan—justru terasa seperti beban berat yang disembunyikan Ayah dan Ibu Akari.

​Pada suatu malam, saat mereka bertiga duduk di ruang tamu yang hangat, Ayah Akari menyerahkan sebuah buku tabungan kepada Akari.

​"Nak, lihat ini," kata Ayah Akari dengan senyum penuh kebanggaan. "Ibu dan Ayah sudah menabung selama ini, dan kini tabunganmu sudah cukup untuk biaya pendaftaran dan tahun pertama di universitas impianmu itu. Kami ingin kamu fokus belajar, jangan khawatirkan yang lain."

​Akari mengambil buku tabungan itu. Mata Akari menyapu angka-angka di dalamnya—nominal yang sangat besar dan tiba-tiba. Dia tahu betul betapa kerasnya orang tuanya bekerja di restoran kecil mereka. Ia tahu biaya sekolahnya saat ini saja sudah sangat membebani.

​Akari hanya terdiam.

​Ia menatap Ayah dan Ibunya. Dalam kebohongan kecil yang mereka buat untuknya, ia melihat cinta, kelelahan, dan pengorbanan yang tak terhingga. Akari tahu ini bukan sekadar hasil menabung; ini adalah hasil dari keringat dan air mata yang mungkin mereka korbankan untuknya.

​Akari menutup buku tabungan itu, dan tanpa bisa ia tahan, air matanya menetes. Bukan air mata kesenangan, melainkan air mata rasa bersalah dan haru yang mendalam.

​"Ayah... Ibu..." Suara Akari tercekat. "Tidak perlu... sampai seperti ini. Aku bisa bekerja sambilan. Aku bisa memilih universitas yang lebih terjangkau. Kalian sudah terlalu lelah bekerja."

​Ayah Akari duduk di sampingnya, memeluk bahunya dengan lembut.

​"Ssst... Nak. Kami tidak lelah," kata Ayah Akari, sambil Ibu Akari mengangguk setuju dan tersenyum tulus. "Kami hanya ingin melihat Akari bahagia. Kami hanya ingin melihatmu mencapai impian yang selama ini kamu bicarakan. Itu sudah cukup bagi kami."

​Akari menyeka air matanya, merasakan betapa tulusnya janji orang tuanya. Ia membalas pelukan mereka erat-erat, tidak menyadari bahwa momen kebahagiaan dan pengorbanan ini adalah perpisahan paling manis yang akan ia rasakan.

​Janji untuk "melihat Akari bahagia" adalah pengorbanan terakhir yang mereka lakukan, pengorbanan yang beberapa saat lagi akan dibayar dengan harga yang paling mahal.

.

.

.

.

.

.

Jauh dari kehangatan restoran mie keluarga Otsuki, terdapat sebuah gedung pencakar langit yang megah—kantor pusat AgateX, markas operasi sindikat kejahatan Agate. Di salah satu lantai teratas, di tengah kemewahan minimalis dan pemandangan kota yang terhampar di bawah, seorang pria duduk di kursi eksekutif yang besar. Ia adalah sosok misterius yang mengendalikan semua benang kejahatan di kota ini, sang Bos Besar yang hanya dikenal sebagai Agate.

​Di hadapannya, berdiri Haruna, agen cantik dan elegan yang berhasil menjerat keluarga Otsuki. Wajah Haruna kini tidak lagi menampilkan kehangatan palsu, melainkan senyum puas yang dingin.

​Sang Bos Besar, yang wajahnya sebagian disamarkan oleh bayangan dan aura kekuasaan, mengajukan pertanyaan tanpa menoleh dari jendela:

​"Keluarga Otsuki. Berapa nominal yang mereka ambil?"

​Haruna segera menjawab, suaranya tenang dan profesional.

​"Nominal yang cukup signifikan, Tuan. Tapi itu tidak penting. Yang penting, mereka menandatangani perjanjian dengan klausa 'Bunga Eksponensial'."

​Haruna tersenyum manis, senyum yang kini terlihat sangat mengerikan di bawah pencahayaan kantor yang redup.

​"Saya jamin, Tuan. Mereka tidak akan pernah bisa melunasinya. Begitu jatuh tempo, bunganya akan naik sangat drastis, melampaui kemampuan mereka untuk membayar. Restoran mie mereka akan segera menjadi milik kita, dan mereka akan berhutang seumur hidup."

​Mendengar laporan itu, Sang Bos Besar akhirnya berpaling. Dia bukan sekadar pria yang mencari uang; dia menikmati kehancuran yang ia ciptakan. Sang pria terkekeh, tawa yang terdengar datar namun dipenuhi kejahatan murni.

​"Kerja bagus, Haruna. Seperti biasa, kau berhasil menjual janji masa depan kepada orang-orang jujur. Teruslah bekerja seperti ini. Mereka yang lemah harus membayar harga tinggi untuk ambisi mereka."

​Haruna membungkuk hormat, merasa bangga karena dipuji.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!