NovelToon NovelToon
ISTRI YANG DIPOLIGAMI

ISTRI YANG DIPOLIGAMI

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Poligami
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Naim Nurbanah

Cinta sejati terkadang membuat seseorang bodoh karena dibutakan akal sehat nya. Namun sebuah perkawinan yang suci selayaknya diperjuangkan jika suami memang pantas dipertahankan. Terlepas pernah melakukan kesalahan dan mengecewakan seorang istri.

Ikuti kisah novel ini dengan judul
ISTRI YANG DIPOLIGAMI

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Nay sudah duduk di kursi paling belakang sebelum Dosen Umar Ashari Huda memulai kelas. Jantungnya berdetak cepat, dada terasa sesak oleh rasa penasaran yang membuncah. Matanya tak lepas menatap papan tulis, membayangkan apa yang akan ia temui hari ini.

“Aku beneran pengen tahu, seru nggak ya perkuliahan itu?” bisiknya pelan, seperti mencoba meyakinkan diri sendiri.

Beberapa saat lalu, Umar sempat mengajaknya keliling ruangan, menunjuk-lihat dan menceritakan sekilas materi yang akan dibahas. Nay mengangguk, hatinya makin penuh semangat dan sedikit gugup.

Menatap sekeliling kelas yang mulai penuh dengan suara riuh kecil, dia merasa seperti penyusup di dunia baru.

“Gimana ya perasaan yang bener, aku nggak tahu. Tapi penasaran ini malah bikin dada sesak,” pikir Nay, sambil menggigit bibir bawahnya.

Di pagi itu, bagi Nay, ruang ini bukan cuma ruang kuliah biasa melainkan saksi bisu awal perjalanannya menjadi mahasiswi ‘gelap’ yang diam-diam merasakan dunia akademik untuk pertama kali.

Nay menunduk sambil berbisik dalam hati, "Siapa tahu ada hal menarik yang bisa kugali dari pelajaran ini."

Satu per satu mahasiswa dan mahasiswi memasuki ruangan, suara obrolan kecil dan langkah kaki bergema pelan. Nay memilih duduk di pojokan, matanya memperhatikan tingkah laku mereka dengan waspada tapi tenang. Di balik pintu, Umar masih sibuk menyiapkan materi kuliah hari itu, tak menyadari suasana kecil di dalam ruang kelas.

Tak ada yang memerhatikan Nay terlalu lama, wajahnya dianggap hanya mahasiswi angkatan lama atau kakak tingkat yang mengulang karena nilai jeblok. Tiba-tiba, seorang cowok melangkah menghampiri.

"Hai, mahasiswi baru, ya?" sapanya santai sambil duduk di sebelah Nay tanpa izin. Nay menyipitkan mata, sedikit tak nyaman dengan kehadirannya, tapi dia memaksakan senyum dan membalas sapaan itu dengan ramah.

Cowok di sebelah Nay menyembunyikan senyum sinisnya, suaranya rendah tapi penuh cemoohan.

"Aku tahu, kamu ini mahasiswi selundupan, kan? Nggak daftar resmi, cuma pengen liatin muka Pak Umar doang." Dia menoleh ke arah Nay, matanya tajam menantang.

"Dasar cewek buta, sih! Apa sih yang menarik dari Pak dosen Umar itu? Kalau pengen liat yang ganteng dan keren, liat aku aja!"

Nay cuma bisa menelan ludah, suaranya cuma terdengar di dalam kepala. Cowok itu memang nggak mau banyak cewek tergila-gila sama dosen muda itu, terutama mereka yang dia incar sendiri. Tatapan Nay kemudian tertuju ke wajah cowok itu. Dia mengernyit, mencoba menilai ternyata cowok di sampingnya memang punya aura yang sulit untuk diabaikan. Maskulin, percaya diri, dan benar-benar ganteng.

"Jujur, aku ganteng, kan?"

Cowok itu mengedipkan matanya, seolah menuntut pengakuan. Nay buru-buru mengalihkan pandangan, menahan gelombang aneh yang tiba-tiba menggerayangi dadanya.

"Namaku Adam. Ingat, yah, namaku Adam Malik Ibrahim," ucapnya dengan nada menggertak, matanya melotot seolah ingin menembus siapa pun yang berani bertanya.

"Siapa namamu? Aku belum pernah lihat kamu di kelas ini." Cowok itu mendekat, senyum sinis menghiasi bibirnya.

"Fix, kamu mahasiswi selundupan yang cuma pengen ngintip pak dosen, ya?"

Nay menelan ludah, bahunya agak menegang. Tuduhan itu memang tak sepenuhnya salah. Nay memang bukan mahasiswi jurusan di kelas itu. Dia kekasih pak dosen Umar Ashari Huda.

"Panggil aku Nay saja," jawabnya pelan, berusaha tetap tenang meski hatinya tercekat.

Adam mengangkat alis, lalu mengulurkan tangan seperti memberi kesempatan.

"Baiklah, aku bakal kasih nomor WA-ku. Tapi inget, aku cuma bantu kamu, ya. Soalnya aku khawatir, nanti kamu malah kebawa perasaan berlebihan sama pak Umar. Banyak cewek suka sama dia, tapi ujung-ujungnya ditolak semua. Dosen sok ganteng, doyan bikin cewek ngejar-ngejar, tapi ujung-ujungnya gak ada yang lolos," katanya sambil tertawa kecil penuh ejekan.

Nay mengerutkan alis, rasa kesal dan kecewa menyelimuti dadanya. Namun dia memilih diam, menahan luka yang ingin saja meledak keluar.

Dosen Umar melangkah masuk ke ruangan dengan langkah tenang tapi penuh wibawa. Suasana mendadak hening, semua mahasiswa dan mahasiswi seperti terpaku, mata mereka tak lepas menatap sosok pria muda itu. Nay ikut terdiam, dadanya berdebar saat menyadari kharisma kekasihnya mampu membuat satu kelas tunduk penuh hormat.

“Lihat tuh, semua mata cuma ke dosen muda itu,” bisik Adam pelan di samping Nay.

Tangannya cepat-cepat mengulurkan secarik kertas kecil berisi nomor WA. Nay mengerutkan dahi, menatap kertas itu tanpa segera menyimpannya. Melihat itu, Adam tanpa pikir panjang merampas ponsel Nay, lalu dengan cekatan memasukkan nomornya sendiri ke daftar kontak.

Setelah selesai, jari-jari Adam mengetik sesuatu singkat, lalu mengangkat pandangannya ke Nay, senyum setengah menyindir terukir di bibirnya.

“Nah, aku sudah simpan nomor kamu juga. Kalau kamu butuh sesuatu, jangan segan hubungi aku, ya.” Nay menahan senyum, tertawa kecil dalam hati.

Di depan, Dosen Umar melanjutkan penjelasan dengan suara penuh wibawa. Sesekali, matanya menyipit dan menoleh ke sudut ruangan di mana Nay duduk. Adam tak lepas dari perasaan curiga, matanya menatap tajam, yakin kalau Umar memang lebih sering melirik ke arah Nay..

Adam duduk terlalu dekat di samping Nay, membuat pandangan Pak Umar tak lepas dari keduanya. Nay merasakan tatapan itu menusuk, jantungnya berdegup kencang.

"Kok Pak Umar lihat ke arah aku terus, ya? Jangan-jangan dia curiga kamu mahasiswa selundupan, Nay... Mati aku," bisik Adam pelan dengan nada khawatir.

Setengah jam berlalu dengan Pak Umar yang menyampaikan materi serius. Tiba-tiba, dosen muda itu menatap Adam dan menunjuknya untuk maju ke depan. Jantung Nay seperti berhenti sejenak, matanya membelalak kaget.

Adam berdiri tanpa ragu, melangkah ke depan kelas. Suaranya tenang saat merangkum kembali materi Pak Umar, hampir persis dengan penjelasan dosen tadi. Nay menahan napas, takjub melihat keberanian dan kecerdasan Adam.

"Bagus, Umar! Kamu cukup cerdas dan cermat dalam menyimak," puji Pak Umar sambil melirik tajam ke arah Nay yang duduk di sudut ruangan, tubuhnya agak membeku namun mata tak bisa berhenti mengamati Adam.

Adam tersenyum sopan, membalas, "Terimakasih banyak, atas pujiannya, Pak." Namun, wajahnya tiba-tiba membeku saat dosen muda, Pak Umar, mencondongkan badan dan membisikkan sesuatu dengan nada serius,

"Jangan duduk dekat-dekat Nay-ku. Dia calon istriku."

Mata Adam membesar, terpaku antara bingung dan sedikit tidak percaya. Pandangannya melirik ke arah Nay yang duduk tenang, seolah tak menyadari suasana canggung itu.

Dengan cepat Adam angkat bicara, suara pelan tapi terburu-buru,

"Maaf, Pak! Saya kira dia cuma mahasiswi selundupan yang terobsesi sama Bapak. Saya khawatir dia bakal kecewa kalau cintanya ditolak."

Hatinya berdebar, takut kalau kata-katanya berbuah nilai D dan harus mengulang mata kuliah itu.

Pak Umar mengangguk sambil menepuk pundak Adam,

"Oke, kembali ke tempatmu. Tapi ingat, jangan terlalu dekat-dekat sama Nay."

Suasana itu membuat Adam menelan ludah, sadar dia baru saja mendapat peringatan yang tak terduga dari dosen muda itu.

Adam melangkah pelan kembali ke tempat duduknya, wajahnya tampak agak tegang. Sejak tadi sikapnya berubah, lebih hati-hati dan sopan pada Nay. Matanya sesekali melirik ke arah Nay, seolah takut jika perempuan itu tiba-tiba melaporkan sesuatu kepada pak dosen Umar. Nay mengerutkan kening, merasa ada yang aneh. Kenapa Adam tiba-tiba diam dan menjaga jarak seperti itu?

Tanpa berkata-kata, Nay menulis sesuatu di selembar kertas. Setelah selesai, ia menyerahkan kertas itu ke Adam. Dengan ragu, Adam membaca tulisan Nay, kemudian membalas di bawahnya.

“Maaf, Nay! Aku nggak berani deket-deket kamu. Ternyata pak Umar cemburu. Aku rasa beliau khawatir kamu jadi naksir aku, hehe,” tulis Adam sambil tersenyum malu.

Ia mengembalikan kertas itu pada Nay, yang membacanya dengan senyum kecil, mata berbinar sedikit geli.

Nay menyipitkan mata, mencoba mencerna apa yang baru saja dibacanya dari tulisan Adam. Senyum kecil tak lepas dari bibirnya, hati terasa geli sendiri.

“Jadi, Mas Umar yang suruh Adam maju karena cemburu, ya?” batinnya pelan, sambil jari-jarinya bergerak-gerak menahan tawa kecil.

Di depan, Pak Umar perlahan melangkah mundur, menyusuri ruang kelas hingga sampai di pojok dekat Nay. Tatapannya tak lepas dari sosoknya mata dosen muda itu memancarkan sesuatu yang sulit Nay abaikan.

Sorot mata Pak Umar penuh dengan kehangatan, seolah merangkul rindu yang tersimpan lama. Setiap kali Nay bertatap dengannya, sejenak seperti ada kebahagiaan yang tersimpul rapi di sana.

“Kalau dipikir-pikir, memang ada sesuatu yang berbeda dari hubungan mereka,” gumam Nay dalam hati.

Dia menyadari bahwa ikatan itu bukan sekadar ikatan ayah dan anak biasa. Ada kejujuran dan kehangatan yang melampaui batas, sebuah rasa sayang yang tulus dan langka. Pak Umar bahkan berjalan perlahan ke sudut ruangan, matanya tak lepas menempel pada Nay seakan takut melepas kehadirannya.

Nay menghela napas, hatinya ikut hangat dan penuh tanya sekaligus..

Aku menatap Nay dari kejauhan, suara Pak Umar yang penuh perhatian masih terngiang di telinga.

"Apakah Nay sadar betapa beruntungnya dia punya Pak Umar yang begitu sayang?" gumamku pelan, tangan kugenggam di dada seolah menahan perasaan yang tiba-tiba mengganjal.

Aku mengalah, menarik napas panjang, lalu perlahan mundur, membiarkan kehangatan itu tetap utuh tanpa aku ganggu.

1
Shaffrani Wildan
bagus
Dhani Tiwi
kasuhan nay... tinggal aja lah si umar nay..cari yang setia.
tina napitupulu
greget bacanya thorr...gak didunia maya gak didunia nyata banyak kejadian serupa../Grievance/
Usman Dana
bagus, lanjutkan
Tini Hoed
sukses selalu, Thor
Ika Syarif
menarik
Sihna Tur
teruslah berkarya Thor
Guna Yasa
Semangat Thor.
NAIM NURBANAH: oke, terimakasih
total 1 replies
Irma Kirana
Semangat Mak 😍
NAIM NURBANAH: Terimakasih banyak, Irma Kirana. semoga nular sukses nya seperti Irma menjadi penulis.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!