Dipisahkan dengan saudara kembar' selama 8 tahun begitu berat untukku, biasanya kami bersama tapi harus berpisah karena Ibu selingkuh, dia pergi dengan laki-laki kaya dan membawa Nadira saja, sedangkan aku ditinggalkan dengan Ayah begitu saja.
Namun saat kami akan bertemu aku malah mendapatkan sesuatu yang menyakitkan Nadira mati, dia sudah tak bernyawa, aku dituntun oleh sosok yang begitu menyerupai Nadira, awalnya aku kira dia adalah Nadira yang menemuiku tapi ternyata itu hanya arwah yang menunjukan dimana keberadaan Nadira.
Keadaannya begitu mengenaskan darah dimana-mana, aku hancur sangat hancur sekali, akan aku balas orang yang telah melakukan ini pada saudaraku, akan aku habisi orang itu, lihat saja aku tak akan main-main untuk menghabisi siapa saja yang telah melakukan ini pada saudaraku. Belahan jiwaku telah hilang untuk selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kalah juga
Nadia memegang tangan Siska yang menarik rambutnya, dengan sekali tarikan tangan itu terlepas dan Nadia membalikan keadaan sekarang Nadia yang tersungkur dengan rambut yang Nadia tarik sampai Siska berteriak kesakitan, kulit kepalanya sangat sakit bahkan terlihat memutih dan urat-uratnya juga terlihat.
"Akhh, sakit Nadira sakit " teriak Siska.
Merry dan juga Dinda masih diam syok melihat Nadira melakukan itu pada Siska, mereka masih belum bereaksi apapun saat temannya diperlakukan seperti itu.
"Akhh tolong sialan kenapa kalian diam saja sakit" kembali Siska berteriak.
Nadia bukannya melonggarkan tarikannya malah makin menarik rambut Siska "Lepasin Nadira sakit" Siska mencakar tangan Nadia namun hal itu tak membuat Nadia melepaskan tarikannya itu.
Duk, Nadia membenturkan kepala Siska ke ubin beberapa kali, lalu tersenyum pada kedua teman Siska yang masih diam mematung.
"Sakit" teriak Siska.
Nadia kembali membenturkan kepala Siska sampai darah mengucur, barulah teman-temanya datang dan menolong Siska, memukuli Nadia dengan kepalan tangan mereka.
Nadia sekarang melepaskan Siska dan mulai menendang dan memukul Dinda dan juga Merry, tak itu saja Nadia mengambil kayu yang tergeletak disana, lalu memukulnya tepat ke tangan Merry lalu kaki Dinda, Nadia memukul mereka bertubi-tubi.
"Akhh sakit banget udah stop stop sakit banget" teriak Merry memeluk tubuhnya.
Nadia menatap mereka satu persatu "Enak di perlakukan seperti ini hah" teriak Nadia.
Dinda langsung menggelengkan kepalanya "Kalau tahu sakit kenapa kalian dulu melakukan itu padaku hah, kenapa kalian tega melakukan kekerasan padaku" kemarahan Nadia sudah tak bisa ditahan lagi.
Tak ada yang menjawab mereka hanya diam apa lagi Siska yang sedang merasakan sakit di kepalanya, Nadia tanpa rasa belas kasih sedikit pun menendang kaki Siska dan akhirnya dia sekarang bersuara lagi "Sakit sialan"
"Ngomong sekali lagi" teriak Nadia sambil menarik rambut Siska lagi.
"Udah cukup sakit, Nadira udah" ucap Siska mulai lemas dan tak tahan.
"Minta maaf sekarang sama gue"
Siska mendongak dan menggelengkan kepala mana sudi dirinya meminta maaf pada Nadira perempuan menjijikan ini.
"Ahh" Siska kembali berteriak saat rambutnya kembali ditarik oleh Nadia "Iya aku minta maaf, aku minta maaf"
Nadia melepaskan tangannya dari rambut Siska, melempar kan sebuah foto pada Siska.
"Jangan ada yang tahu tentang apa yang terjadi sama lo sekarang, kalau ga yang ada dalam foto itu gue sebar. Lo ngelakuin seks bebas dengan laki-laki yang gue juga ga tahu itu siapa bahkan terlihat jelas wajah lo yang begitu menikmati, ternyata tubuh lo itu sangat murah banget ya, gue bisa hancurkan nama baik lo dan juga keluarga lo dengan mudah"
Siska segera mengambil semua foto yang Nadia berikan, menatapnya dengan kaget, ini wajahnya benar-benar dirinya tapi laki-laki ini siapa, siapa yang ada diatas tubuhnya ini bukan tubuh Kak Aldi Siska begitu mengenalnya.
"Ini editan, mana mungkin gue ngelakuin itu sama orang lain, ga mungkin" Siska mencoba mengelak.
"Buat apa gue cape cape edit wajah lo, itu jelas real, bahkan ada kapan lo ngelakuin nya, udahlah kalau murahan ya murahan aja"
Siska membelalakkan kedua bola matanya, menatap Nadia dengan marah "Akh udah cukup" teriak Siska saat kakinya lagi-lagi di tentang oleh Nadia.
"Denger ga omongan gue, jangan ada yang tahu tentang kejadian ini, sampai gue di adukan ke guru ataupun polisi kalian habis apalagi lo Siska" sambil menunjuknya "Lo akan habis, bahkan orang tua lo akan malu, lo juga bisa di keluarin dari sekolah gue bisa lakuin apapun itu untuk membuat lo hancur" Nadia berjongkok dan mencengkram dagu Siska "Lo jebak gue kan saat dimana gue pake gaun merah hari Minggu itu"
Siska menggelengkan kepalanya "Jujur sama gue Siska jangan bohong, lo sewa seseorang kan buat celakai gue, jujur aja ga usah banyak drama lagi"
Lagi lagi Siska menggelengkan kepalanya, lalu sekarang Nadia menatap Merry dan juga Dinda belum juga ditanya mereka berdua sudah menjawab "Gue ga mungkin lakuin itu" jawab mereka berdua serentak.
Nadia melepaskan cengkeramannya, harus mencari bukti lebih banyak lagi untuk membuat mereka mengakui semuanya kalau mereka pelakunya, Nadia sekarang meninggalkan mereka bertiga kepalanya mulai pusing memikirkan itu.
Siska berteriak dengan kesal menatap kedua temannya "Kenapa kalian diam, kenapa tidak membantu aku, aku disakiti oleh Nadira kenapa kalian diam"
"Kita masih sayang nyawa Siska, Nadira begitu menyeramkan lihat rambut mu saja sampai rontok dan juga jidatmu berdarah seperti itu, apakah tak sakit segeralah obati, kamu ingin kehabisan darah" ucap Merry membela dirinya.
"Ya udah panggil kak Aldi, aku mau dia yang bantu aku, cepetan kalian ini kenapa sih begitu lelet"
"Tentang masalah yang tadi Nadira katakan, tentang suru_"
"Udah cepat pergi panggil kak Aldi" teriak Siska memotong omongan Dinda dengan kesal, banyak bicara sekali mereka ini.
Merry dan juga Dinda segera pergi, tanpa sepengetahuan Siska Dinda mengambil salah satu foto yang masih berserakan, menyimpannya dengan aman siapa tahu suatu saat akan butuh bukan.
"Sialan sialan dia sudah mempermalukan aku, awas saja tak akan aku biarkan dia menang, dasar Nadira gila, awas saja aku tak akan menyerah begitu saja aku tak akan pernah tunduk padanya sampai kapanpun " kesal Siska masih tak terima dengan apa yang Nadira lakukan padanya, balasannya akan lebih dari ini lihat saja Nadira akan habis ditangannya, bahkan Siska bisa melakukan apapun untuk menyingkirkan Nadira.
"Nadira itu perempuan lemah, sangat lemah sekali, pokoknya aku akan membalas semua kesakitan ini, lihat saja Nadira" teriak Siska sambil membanting barang-barang yang ada disana. Tak peduli akan ada yang mendengarnya nanti.
Trak Trak, terdengar suara sepatu yang datang menghampiri kearahnya, Siska segera merubah raut wajahnya menjadi menyedihkan sekali.
"Hey, ada apa dengan kamu kenapa bisa seperti ini" tanya Aldi dengan khawatir.
Siska langsung saja memeluk Aldi dengan erat, kembali menangis "Aku jatuh Kak, sakit sekali tolong aku Kak, aku ga kuat" akhirnya Siska harus berbohong juga untuk menyembunyikan apa yang terjadi padanya, apalagi kalau Aldi tahu pasti dia akan menjauhi Siska.
"Ya sudah ayo biar aku bantu kamu, kalau melakukan apa-apa itu harus hati-hati jangan teledor seperti ini" Aldi membantu Siska untuk bangun, namun tubuh Siska langsung ambruk lagi, mau tidak mau akhirnya Aldi mengendong Siska juga meskipun berat.
Siska tersenyum bahagia mendapat kan perhatian yang begitu dalam dari Aldi. Kapan lagi bisa bermanja-manja pada Aldi laki-laki idaman.