NovelToon NovelToon
Legenda Hua Mulan

Legenda Hua Mulan

Status: tamat
Genre:Mengubah sejarah / Romansa / Fantasi Wanita / Tamat
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Cerita ini tidak melibatkan sejarah manapun karena ini hanya cerita fiktif belaka.

Di sebuah kerajaan Tiongkok kuno yang megah namun diliputi tirani, hidup seorang gadis berusia enam belas tahun bernama Hua Mulan, putri dari Jenderal Besar Hua Ren, pangeran ketiga yang memilih pedang daripada mahkota. Mulan tumbuh dengan darah campuran bangsawan dan suku nomaden, membuatnya cerdas, kuat, sekaligus liar.

Saat sang kaisar pamannya sendiri menindas rakyat dan berusaha menghancurkan pengaruh ayahnya, Mulan tak lagi bisa diam. Ia memutuskan melawan kekuasaan kejam itu dengan membentuk pasukan rahasia peninggalan ayahnya. Bersama para sahabat barunya — Zhuge sang ahli strategi, Zhao sang pendekar pedang, Luan sang tabib, dan Ling sang pencuri licik — Mulan menyalakan api pemberontakan.

Namun takdir membawanya bertemu Kaisar Han Xin dari negeri tetangga, yang awalnya adalah musuhnya. Bersama, mereka melawan tirani dan menemukan cinta di tengah peperangan.
Dari seorang gadis terbuang menja

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 — Sungai Hitam Menyala

Langit di atas Lembah Sungai Hitam dipenuhi awan kelabu. Angin berembus dingin membawa bau besi, tanah, dan ketegangan. Dari kejauhan, suara genderang perang mulai terdengar berat, berulang, dan menggema seperti detak jantung ribuan prajurit yang bersiap untuk pertempuran terbesar dalam sejarah dua negeri.

Di tepi tebing barat, Mulan berdiri mengenakan baju zirah perak yang berkilau samar di bawah cahaya redup. Rambutnya diikat tinggi, jubah hitamnya berkibar. Di sisinya berdiri Han Xin dengan armor naga emas, simbol kekaisaran Han. Di belakang mereka, enam puluh ribu prajurit Han dan Timur yang setia bersiap dalam formasi rapat.

Zhao Ren memeriksa pasukan berkuda, sementara Zhuge Wei berdiri di depan peta besar yang terbentang di atas meja batu. “Pasukan Timur sudah mendirikan kamp di sisi selatan sungai. Mereka bergerak cepat lebih cepat dari perkiraan,” katanya dengan nada tegang.

Mulan menatap lembah itu dengan mata tajam. “Mereka ingin menyerang sebelum kita siap. Tapi mereka lupa... aku yang menggambar peta ini.”

Han Xin menatapnya sekilas. “Kau sudah menyiapkan sesuatu, bukan?”

Senyum kecil terbit di wajah Mulan. “Kau akan melihatnya sendiri.”

Suara terompet panjang menggema dari kejauhan. Pasukan Timur mulai bergerak. Ribuan bendera merah bergambar naga berapi memenuhi cakrawala. Debu naik ke udara, menutupi mataphari pagi. Di antara barisan musuh, terlihat sosok gagah berzirah hitam Kaisar Timur, pamannya sendiri, duduk di atas kuda hitam legam.

“Keponakanku,” suaranya bergema keras menembus medan. “Kau datang jauh-jauh hanya untuk mati di tangan pamammu sendiri?”

Mulan melangkah maju, menatapnya dari seberang lembah. “Aku datang untuk mengakhiri warisan kegelapanmu. Dunia sudah cukup menanggung darah dari tanganmu, Paman!”

“Mulutmu sama tajamnya dengan pedang ayahmu,” ejek sang kaisar. “Dan nasibmu akan sama dengan ibumu!”

Tangan Kaisar Timur terangkat. Ribuan panah meluncur ke udara, membentuk awan hitam. Namun sebelum anak-anak panah itu mencapai barisan Han, Mulan mengangkat pedangnya tinggi. “Sekarang!” serunya lantang.

Dari balik tebing, puluhan meriam panah api melepaskan tembakan balik. Langit berubah menjadi hujan cahaya merah. Panah Han menyala seperti bintang jatuh, membakar formasi depan pasukan Timur. Jeritan perang menggema, dan tanah Sungai Hitam mulai bergetar oleh langkah ribuan kaki.

Pertempuran pecah.

Suara besi beradu, teriakan perintah, dan dentuman panah memenuhi udara. Sungai Hitam benar-benar berubah menjadi lautan api dan darah.

Han Xin memimpin barisan tengah dengan tombak emasnya. Gerakannya cepat, presisi setiap tebasan mematikan. Ia tidak terlihat seperti kaisar, melainkan seorang prajurit sejati yang berjuang bersama rakyatnya.

Di sisi lain, Mulan memimpin pasukan sayap kiri, menunggang kuda putihnya, Fengyun. Ia menebas musuh satu per satu, matanya fokus, napasnya stabil. Zhao Ren dan Zhuge Wei di belakangnya, memantau jalannya strategi.

“Sekarang waktunya tahap dua,” kata Mulan. “Zhao, lepaskan sinyal asap ungu.”

Beberapa anak panah dengan bubuk ungu meluncur ke udara, meledak seperti bunga di langit. Dari hutan di barat, pasukan cadangan Han yang selama ini bersembunyi mulai bergerak. Mereka menutup sisi kiri pasukan Timur, menjebak musuh di antara sungai dan tebing.

Kaisar Timur terkejut. “Mereka memutar dari barat?! Siapa yang memerintahkan itu?!”

Seorang jenderalnya tergagap. “Itu strategi musuh, Paduka! Mereka sudah tahu jalur suplai kita!”

“Idi*t!” bentak sang kaisar. “Kirim pasukan bayangan! Bunuh Hua Mulan!”

Sepuluh pembunuh berpakaian hitam melesat dari tengah barisan Timur, bergerak seperti bayangan. Mereka menyusup cepat ke arah Mulan. Tapi Mulan sudah merasakan gerakan udara di belakangnya.

Ia melompat dari kuda, memutar pedangnya. Dua pembunuh pertama tumbang seketika. Yang lain mengepung, tapi Mulan bergerak seperti angin. Setiap serangan balasan adalah tarian maut.

Namun salah satu berhasil menyerang dari belakang. Sebelum pedang musuh menembus punggung Mulan, seseorang menangkis, dia adalah Han Xin.

Pedang musuh menembus sisi bahunya, darah memercik. Tapi Han Xin tidak bergeming, ia menendang pembunuh itu hingga jatuh ke tebing.

“Bodoh!” Mulan menjerit, menahan bahunya yang berdarah. “Kau seharusnya di barisan tengah!”

Han Xin tersenyum meski wajahnya pucat. “Dan membiarkanmu mati? Tidak mungkin.”

Zhao Ren berlari mendekat. “Yang Mulia terluka!”

“Jangan hiraukan aku!” perintah Han Xin serak. “Teruskan serangan!”

Pertempuran terus berlangsung berjam-jam. Tanah menjadi lumpur merah. Mulan naik kembali ke kudanya dan menatap formasi musuh. Ia tahu, untuk mengakhiri perang ini, ia harus menantang pamannya sendiri.

Dengan suara lantang ia berteriak, “Kaisar Timur! Keluar dan hadapi aku! Jangan sembunyi di balik pasukanmu!”

Kaisar itu tertawa dari kejauhan. “Kau pikir bisa menantangku, bocah? Aku sudah membunuh ayahmu, kini giliranmu!”

Mulan menarik napas dalam, menatap Han Xin sekilas. “Untuk Han, untuk ayahku, untuk masa depan.”

Ia menghentakkan kaki pada pelana kudanya. Fengyun melesat kencang menembus barisan musuh. Pasukan Han bersorak keras, mengikuti dari belakang.

Kaisar Timur menyambutnya dengan pedang panjang berukir naga hitam. Mereka bertarung di tengah medan perang, di atas batu besar di tepi sungai yang memercik darah dan air.

Benturan pertama menghasilkan suara logam menggelegar. Mulan menangkis, berputar, lalu menyerang balik. Kaisar Timur kuat, setiap pukulannya membuat tanah bergetar. Tapi Mulan lebih cepat seperti bayangan yang tak bisa ditangkap.

“Ayahmu kalah karena hatinya lemah!” teriak Kaisar Timur.

“Tidak,” balas Mulan, matanya membara. “Ia kalah karena percaya masih ada kebaikan dalam dirimu, sesuatu yang ternyata sudah lama mati!”

Dengan teriakan lantang, Mulan menebas dari bawah. Pedangnya memantul, lalu menebas diagonal. Pedang hitam pamannya terpental dari genggamannya, jatuh ke sungai.

Kaisar Timur terdorong mundur, lututnya tertekuk. “Kau… bukan hanya anak Hua Jian. Kau... naga putih itu sendiri.”

Mulan mengangkat pedangnya tinggi, tapi sebelum ia menebas, sang kaisar melempar belati tersembunyi. Belati itu menembus bahu Mulan, tapi ia tetap menahan rasa sakit, dan dengan satu tebasan terakhir segala dendam berakhir.

Kaisar Timur jatuh dengan kepala putus

Hening.

Angin berhenti berembus. Semua mata tertuju pada Mulan yang berdiri di atas batu, darah menetes dari pundaknya, tapi matanya tetap tegak menatap cakrawala.

Han Xin, meski terluka, berjalan mendekat dengan langkah berat. “Perang telah berakhir,” katanya pelan.

Para prajurit Han dan Timur bersorak. “Hidup putri Mulan! Hidup kaisar Han Xin! Hidup naga putih!”

Namun Mulan tidak bersorak. Ia hanya menatap sungai itu, perlahan berkata, “Tidak ada kemenangan dalam perang. Hanya keheningan dari mereka yang tidak bisa pulang.”

Han Xin menatapnya lama. “Tapi tanpa kau, dunia akan terus tenggelam dalam darah. Kau memberi harapan, Mulan.”

Ia mendekat, menatap luka di bahu Mulan. “Kau terluka parah.”

Mulan tersenyum samar. “Kau juga. Jadi kita impas.”

Han Xin tertawa lirih, meski wajahnya masih pucat. “Impaskah? Aku kira aku berutang satu nyawa padamu.”

“Aku tidak menagihnya,” jawab Mulan lembut. “Aku hanya ingin dunia ini damai — agar tak ada gadis lain yang kehilangan ayah karena ambisi orang lain.”

Langit perlahan merekah. Cahaya keemasan matahari menembus kabut, memantul di permukaan Sungai Hitam yang kini tenang. Api dan darah berubah menjadi cermin langit pagi.

Di tengah sinar itu, dua sosok berdiri berdampingan sang kaisar dan sang jenderal, dua jiwa dari dunia berbeda yang kini bersatu demi kedamaian.

Han Xin menatap Mulan dengan mata yang tak lagi menyembunyikan perasaan. “Setelah semua ini selesai… apa kau akan kembali ke negerimu?”

Mulan menatap langit. “Negeriku sudah terbakar, Han Xin. Tapi mungkin... rumah tidak selalu tempat kita lahir, melainkan tempat hati kita berhenti berperang.”

Han Xin tersenyum tipis. “Kalau begitu, tetaplah di Han. Aku butuh seseorang yang bisa menegurku setiap kali aku lupa bahwa aku hanya manusia.”

Mulan menatapnya, tersenyum lembut untuk pertama kalinya tanpa beban. “Kau tidak mudah ditundukkan, Yang Mulia.”

Han Xin menjawab pelan, “Hanya oleh satu orang... dan dia berdiri di depanku.”

Di kejauhan, suara lonceng kemenangan bergema dari benteng Han. Burung-burung kembali terbang, langit terbuka, dan dunia setidaknya untuk hari itu memeluk kedamaian.

Tapi di balik semua ketenangan itu, Zhuge Wei yang berdiri di tepi tebing menatap ke arah hutan dengan dahi berkerut. Ia melihat bayangan seseorang bergerak cepat ke utara menuju istana Han.

Senyumnya memudar. “Perang mungkin berakhir di sini,” gumamnya lirih, “tapi permainan baru... baru saja dimulai.”

Bersambung

1
Ilfa Yarni
huhuhuhu aku nangis lo bacanya cinta mereka abadi sampe seribu tahun
Ilfa Yarni
wah ternyata han Xin hidup lg mereka skrudah bersama lg trus han Xian jg ada ya
Wulan Sari
ceritanya sangat menarik trimakasih Thor semangat 💪👍 salam sukses selalu ya ❤️🙂🙏
Cindy
lanjut kak
Ilfa Yarni
yah han Xin ga hidup lg kyk mulan
Ilfa Yarni
apakah mereka akan ketemu lg kok aku deg degan ya
Cindy
lanjut kak
Ilfa Yarni
trus apakah han Xin msh ada jadian dong mulan sendiri hidup didunia
inda Permatasari: tentu saja masih karena Han Xin juga bukan manusia biasa tapi tidak seperti Hua Mulan yang spesial
total 1 replies
Cindy
lanjut kak
Ilfa Yarni
aaaa sedih mulan pergi apakah mulan bisa kembali
Ilfa Yarni
ceritanya seru walupun aku kurang memgerti
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Ilfa Yarni
aku ga ngerti tentang naga yg aku ngerti cinta mereka ditengah peperangan hehe
Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸
si mulan ini manusia apa naga sih thor? sy kurang paham dg istilah keturunan naga🤔🤔
Ilfa Yarni
berarti han naga jg ya
Ilfa Yarni
apakah mereka mati bersama asuh penasaran banget
Ilfa Yarni
ceritanya menegangkan
Ilfa Yarni
ternyata pamannya msh hidup kurang ajar skali tp aku salut sama mulan dia hebat dan berani
Ilfa Yarni
seru thor lamjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!