NovelToon NovelToon
Takdir Di Balik Lensa

Takdir Di Balik Lensa

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Model / Office Romance
Popularitas:875
Nilai: 5
Nama Author: Novaa

Sepuluh tahun lalu, Sekar kenanga atmaja dan Alex Mahendra prakasa terlibat dalam sebuah perjodohan dingin tanpa cinta. Di usianya yang masih belia, Sekar hanya memusatkan pikirannya pada impian yang ingi diraihnya. Dengan segala cara dia ingin membatalkan perjodohan itu. Namun sebuah tradisi dalam keluarganya sulit sekali untuk dilanggar. Pendapatnya sama sekali tidak di dengar oleh keluarganya. Sampai pada hari pertunangannya dengan Alex tiba. Sekar dengan berani menolak putra dari keluarga Prakasa tersebut. Gadis 18 tahun itu pergi meninggalkan acara dan Alex dengan luka samar, karena ditolak dengan kasar di hadapan banyak orang.

Kini takdir kembali mempertemukan mereka dalam ikatan bisnis. Sekar yang kini menjadi model terkenal dan di kenal dengan nama 'Skye' akan menjadi wajah utama untuk ATEEA group. Sebuah perusahaan fashion ternama yang ternyata dipimpin oleh Alex Mahendra prakasa, sang mantan calon suaminya.

Akankah bisnis ini batal seperti perjodohan mereka? simak disini ..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 #BEBAN MASALALU

​Mobil Alex Mahendra berhenti di depan gerbang megah kediaman keluarga Atmaja. Alex mematikan mesin.

​Alex keluar lebih dulu, lalu tanpa ragu membuka pintu belakang dan menggendong Sekar.

​Di dalam, Rina Atmaja, Ibu Sekar, dan Hendrawan Atmaja, Ayah Sekar, terkejut melihat putrinya pulang mendadak, dalam keadaan gaun malam mewah, dan digendong oleh seorang pria.

​Rina Atmaja menghampiri dengan panik. "Sekar! Ya Tuhan, ada apa dengan kakimu? Kenapa kau tidak memberitahu Mama kalau ada insiden?"

​Saat Rina hendak mengambil alih Sekar, ia mendongok dan melihat wajah pria yang menggendong putrinya. Rina terdiam, matanya terbelalak.

​Tiba-tiba, dari ruang keluarga, muncul Fabian, adik Sekar. Fabian melihat Alex.

​"Mas Alex?" Fabian memanggil nama itu, terkejut.

​Alex, mengangguk pada Fabian.

​"Maaf, Tante Rina, Om Hendrawan," kata Alex, nadanya sopan tetapi fokus. "Kaki Sekar terluka akibat kecelakaan kecil di panggung. Saya harus segera membaringkannya."

​Hendrawan Atmaja, Ayah Sekar, menatap Alex. Beliau memancarkan kehangatan yang tak terduga.

​"Bawa dia ke kamarnya, Alex," ujar Hendrawan. "Fabian, tunjukkan jalannya. Mama, siapkan air hangat dan hubungi dokter keluarga."

​Fabian segera berjalan mendahului. "Di lantai atas, cepat, Mas Alex!"

​Saat Alex melewati Hendrawan, Ayah Sekar itu menepuk pundak Alex pelan. "Terima kasih sudah membawanya pulang, Alex."

​Alex mengikuti Fabian menaiki tangga. Alex sungguh tidak menyangka dapat masuk ke kamar itu sekarang. Ini adalah tempat yang dulunya ia harapkan akan ia masuki sebagai tunangan, bukan sebagai penyelamat yang membawa Sekar terluka. Kamar itu terasa akrab sekaligus asing, penuh dengan barang-barang seni dan foto modeling terbaru Sekar, tetapi juga menampilkan foto-foto masa kecilnya. Alex merasakan kehangatan dan kepribadian Sekar yang sesungguhnya di sini.

​Sekar memejamkan mata, kepalanya bersandar di bahu Alex. Alex membaringkannya perlahan di tempat tidur.

​Rina Atmaja masuk membawa obat pereda nyeri. Ia duduk di samping Sekar. "Mama senang kau pulang, Nak. Dan Mama tidak terkejut melihat Alex yang menggendongmu."

​Rina menoleh ke arah Alex. "Alex, Tante tahu kau marah pada Sekar dulu. Tapi, bagaimanapun, kami tahu yang salah adalah putri kami. Dia pergi tanpa penjelasan yang jelas. Dia menanggung akibat keputusannya, dan kau pun demikian."

​Rina tersenyum ramah. "Silakan duduk, Alex. Kau pasti lelah. Minum kopi dulu. Kami selalu menganggapmu seperti anak sendiri, Alex. Masa lalu biarlah berlalu. Yang penting kau sudah menyelamatkan Sekar.

​"Terima kasih, Tante Rina," ujar Alex, akhirnya menarik kursi dan duduk. Ia menatap Sekar yang terbaring, lalu memandang ke sekeliling kamar itu. Di sinilah Alex menjadi lebih tahu tentang hal pribadi Sekar, melihat foto-foto lama dan bukunya. Untuk pertama kalinya dalam sepuluh tahun, Alex merasa diterima di rumah ini, di tempat yang seharusnya menjadi rumahnya.

​Rina Atmaja keluar kamar, meninggalkan Alex dan Sekar berdua. Alex duduk di kursi sejenak, lalu berdiri. Ia membiarkan matanya menjelajahi kamar Sekar. Alex menjadi lebih tahu tentang hal pribadi Sekar, melihat sisi Sekar yang tertutup dari dunia.

​Sekar, yang selama ini diam, merasa tidak nyaman melihat Alex menjelajahi ruang pribadinya. Ia kembali ke mode Ice Maiden, meskipun dalam versi yang lebih lemah karena ia sedang terluka.

​"Bisakah Anda tidak menjelajahi kamarku seperti seorang penyelidik, Tuan Alex?" tanya Sekar, suaranya kembali dingin. "Saya pikir Anda sudah mendapatkan semua informasi yang Anda butuhkan tentang saya."

​Alex menoleh, tersenyum kecil. Ia mengambil salah satu buku dari rak dan berjalan mendekat.

​"Aku hanya mencoba memahami. Kenapa wanita yang membaca Camus bisa bersikap seperti boneka di depan kamera?" tanya Alex lembut, mengabaikan nada ketus Sekar.

​"Itu namanya profesionalisme, Alex. Sesuatu yang tidak kau miliki saat menciumku di kantormu," balas Sekar, matanya menyipit.

​Alex menyandarkan tangannya di sisi tempat tidur Sekar. Wajahnya kini sangat dekat, tatapannya intens.

​"Aku menciummu karena kau menantangku. Aku tahu kau tidak asing bagiku. Dan setelah melihat kamar ini, setelah melihat fotomu, aku tahu kau tidak pernah asing bagiku, Sekar," bisik Alex. Jarak mereka begitu dekat hingga Sekar bisa merasakan napas Alex.

​Momen intim dan tegang itu tiba-tiba terpecah.

​"Aduh, aduh! Cieee! Udah sadar langsung romantis!"

​Tiba-tiba, Fabian muncul di ambang pintu. Adik Sekar itu mengintip sambil memegang cangkir kopi, wajahnya penuh senyum usil.

​Sekar dan Alex terlonjak menjauh.

​"Fabian!" Sekar menggeram.

​Fabian masuk, santai. "Kenapa, Mbak? Jangan galak-galak, dong. Lihat tuh, dia sampai pingsan dibawa ke sini. Kalian ini kenapa, sih? Dulu sempat mau menikah, sekarang seperti kucing dan anjing. Makanya sampai sekarang, Mbak Sekar masih sendiri, 'kan? Galak banget!"

​Sekar sudah mencapai batasnya. Komentar Fabian yang lancang dan menyentuh status lajangnya di depan Alex adalah penghinaan terbesar.

​"Fabian, diam!" teriak Sekar, mencoba bangkit berdiri meskipun kakinya sakit parah.

​Fabian tertawa, menikmati amarah kakaknya. "Saya cuma mau tanya, Mas Alex. Apakah mas masih menyukai mbak Sekar yang galak ini?"

​Pertanyaan Fabian yang lugas itu membuat Sekar terkejut dan marah. Daripada menunggu jawaban Alex, Sekar memutuskan untuk membalas dendam pada adiknya.

​"Aku akan membunuhmu, Fabian!" teriak Sekar.

​Sekar mencoba melangkah keluar dari tempat tidur, memaksakan diri untuk berdiri dan mengejar Fabian yang lancang. Rasa sakit yang luar biasa langsung menyerang kakinya.

​Sekar kehilangan keseimbangan. Ia terhuyung ke depan.

​Alex, yang sudah waspada, bergerak cepat. Ia segera melangkah maju, menangkap tubuh Sekar di udara tepat sebelum ia terjatuh ke lantai.

​Sekar mencengkeram kemeja Alex. Mereka berpelukan erat. Jantung Sekar berdebar kencang karena rasa sakit dan sentuhan Alex.

​Fabian terkejut, tawanya langsung menghilang.

​Alex memandang Sekar dengan tatapan marah dan khawatir. "Apa yang kau lakukan? Kau bodoh!" desis Alex, menahan Sekar dengan erat.

​Momen romantis kembali tercipta, kali ini bukan karena amarah, melainkan karena Sekar mempertaruhkan keselamatannya sendiri demi menghindari pertanyaan memalukan. Alex memeluknya kuat-kuat, mengabaikan Fabian yang kini berdiri canggung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!