NovelToon NovelToon
Pelakor Mencari Keadilan

Pelakor Mencari Keadilan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Masuk ke dalam novel / POV Pelakor / Transmigrasi / Healing / Chicklit
Popularitas:609
Nilai: 5
Nama Author: Aulia Z.N

Aura, seorang penulis amatir dari keluarga miskin, terjebak dalam novel ciptaannya sendiri. Ia bangun di tubuh Aurora, selingkuhan jahat dari cerita Penderitaan Seorang Wanita. Padahal, dalam draf aslinya Aurora direncanakan mati tragis karena HIV, sementara sang istri sah, Siti, hidup bahagia bersama second male lead. Kini, Aura harus memutar otak untuk melawan alur yang sudah ia tulis sendiri, atau ikut binasa di ending yang ia ciptakan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aulia Z.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengacara Tampan

Aurora tersenyum miring, sorot matanya tajam menusuk ke arah Siti. "Tuhan membenci perceraian. Tapi Tuhan lebih membenci kepala keluarga yang malah menyakiti anggota keluarganya. Kau belajar mengaji di mana, ibu Siti? Makanya jangan kebanyakan mendengar ceramah dari ustadz si paling poligami. Sesekali gunakan juga pikiranmu sendiri untuk menganalisis apakah kalimat itu masuk akal atau tidak!"

Ucapan itu menghantam telinga Siti seperti petir. Wajahnya memerah, tubuhnya bergetar menahan emosi.

"Aurora!" Siti bangkit berdiri dengan kesal, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh. "Apa yang kau tahu tentang Tuhan? Lihatlah pakaianmu sendiri! Sangat tidak mencerminkan seorang wanita yang patut pada Tuhan!"

Namun, Aurora tidak sedikit pun terpengaruh. Senyum miringnya tetap terukir, seolah provokasi Siti hanyalah angin lalu. Ia menengadah dengan santai, menatap Siti penuh keangkuhan.

"Saya memang bukan seorang wanita soleha yang memakai hijab dan pakaian tertutup seperti ibu Siti," ucap Aurora, nada suaranya stabil namun menusuk. "Tapi saya setidaknya tahu esensi dari ajaran agama sendiri itu seperti apa. Jangankan dalam hukum agama yang sulit. Bahkan dalam hukum agama yang mudah seperti berzina, bukankah itu lebih buruk daripada pembunuhan? Tapi suami ibu melakukannya!"

Kalimat itu bagai cambuk. Siti langsung terhenyak, tetapi emosinya semakin membuncah. Matanya basah, bibirnya bergetar menahan amarah.

"Kau juga melakukannya, Aurora!" bentak Siti, nadanya meninggi hingga membuat beberapa orang di sekitar menoleh. "Jangan bersikap sok suci! Membandingkan keburukan yang satu dengan keburukan lainnya tidak akan membuat salah satunya terlihat baik!"

Aurora terdiam sejenak. Senyum miringnya perlahan sirna. Ia menunduk, bahunya bergetar halus. Ekspresi sedih menggantikan wajah angkuh yang tadi.

"Begitu?" suaranya merendah, nyaris berbisik. Ia menghela napas panjang, lalu menegakkan kepala. Air matanya mulai menggenang. "Tapi bagaimana jika saya aslinya tidak mau menjadi gundik? Bagaimana jika ternyata saya hanyalah seorang anak polos yang kebetulan lahir dari rahim seorang gundik? Lalu gundik yang saya panggil dengan sebutan mommy itu dengan paksa menyuruh saya menjadi sama seperti dirinya? Bukankah di agama juga ada perintah untuk berbakti pada orang tua?"

Kata-kata itu membuat Siti seketika membisu. Hatinya bagai ditusuk belati, perih dan sakit. 'Aurora... anak ini...' pikirnya, dada terasa sesak.

Aurora menutup matanya sejenak, membiarkan setetes air mata jatuh ke pipinya. "Tapi saya mau berubah!" katanya lirih, lalu tersenyum samar meski wajahnya basah. Ia menatap Siti dengan tatapan penuh harap, seolah memohon pengertian. "Karena itu saya ingin membantu ibu Siti. Membantu untuk membebaskan diri dari jeratan sistem takdir ini."

Suasana ruangan mendadak hening. Suara Aurora bergetar, namun jujur dan tulus.

"Aurora..." Siti menutup mulutnya dengan tangan, air matanya pecah tak tertahan. Dada kirinya terasa seakan diremas. Ia tak kuasa menahan tangis. Dalam gerakan spontan, Siti berlari menghampiri Aurora dan langsung memeluknya erat. "Anak yang malang... Ternyata kau menderita seperti ini sebelumnya. Maafkan saya..." Suaranya bergetar parau. Tangannya mengusap lembut rambut Aurora, seolah berusaha menenangkan luka lama yang terlanjur dalam. "Maafkan saya! Saya tidak tahu tentang apa yang terjadi padamu. Pasti sakit rasanya harus menuruti orang tua yang seperti itu."

Aurora terdiam sejenak dalam pelukan itu, membiarkan dirinya tenggelam dalam rasa hangat yang begitu asing. Namun akhirnya, dengan perlahan, ia mendorong Siti menjauh dengan lembut. Tatapan matanya kini lembut, penuh empati, seolah rasa sakitnya tadi justru memperkuat keyakinannya.

"Karena itu saya sangat tahu apa yang dirasakan anak-anak ibu Siti," ucap Aurora tenang. Ia menghapus sisa air matanya dengan punggung tangan, lalu menatap langsung ke wajah Siti yang masih basah oleh tangisan. "Saya yakin anak-anak ibu Siti menginginkan lingkungan rumah yang damai. Saya yakin anak-anak ibu Siti menginginkan melihat senyum ibu Siti setiap hari. Saya yakin... anak-anak ibu Siti lebih bahagia hanya tinggal bersama ibu Siti daripada harus bersama ayah mereka yang jahat."

Aurora kemudian menggenggam kedua tangan Siti dengan erat, tekanan hangat yang seolah memindahkan tekadnya sendiri ke tubuh wanita itu.

"Oleh karena itu..." katanya perlahan, namun penuh penekanan. "Maukah ibu Siti bercerai dengan suami anda? Demi menciptakan lingkungan yang indah untuk anak-anak ibu Siti, maukah ibu Siti melepaskan bapak Santoso demi masa depan anak-anak ibu Siti?"

Hening panjang kembali menyelimuti ruangan. Siti menunduk, air mata terus menetes, mengguyur genggaman tangan mereka yang erat. Perlahan, ia mengangguk pelan, tubuhnya bergetar, suaranya lirih namun mantap.

"Iya nak... saya mau."

Aurora tersenyum bahagia, meski di balik bibirnya yang melengkung itu, pikirannya sibuk mengatur strategi. Ekspresi sedih yang sempat ditunjukkannya tadi hanyalah sandiwara. Akting yang ia mainkan dengan penuh perhitungan. Ia tahu betul, menghadapi orang-orang seperti Siti, yang hatinya terlalu mudah dipengaruhi oleh perasaan, tidak cukup dengan logika dingin. 'Kaum feeler harus ditaklukkan dengan permainan emosi. Kalau perlu, aku ikut berpura-pura memilikinya,' batin Aurora sambil menahan geli pada dirinya sendiri.

"Itu keputusan yang sangat bagus, ibu Siti! Ayo kita duduk dulu!" ucap Aurora, suaranya terdengar penuh ketulusan seolah benar-benar ikut lega. Ia mempersilakan Siti dengan tangan terbuka, mengajaknya duduk kembali. Begitu keduanya sudah menempelkan tubuh di kursi, Aurora langsung beralih ke arah Santoso dengan tatapan penuh harap. "Jadi, karena bapak adalah Komnas HAM, pastinya bapak tahu nomor kontak pengacara yang bisa kita gunakan jasanya untuk membantu perceraian ibu Siti, kan?" tanyanya penuh antusias, seperti seorang anak kecil yang tak sabar menunggu hadiah.

Santoso menatap Aurora sebentar, lalu terkekeh kecil. "Tentu! Tentu saja saya punya. Bahkan bukan pengacara biasa! Beliau adalah seorang pengacara spesialis perceraian!" ia meraih ponselnya dengan sigap, jari-jarinya bergerak lincah membuka kontak. Wajahnya serius, seperti seorang komandan yang baru saja memanggil bala bantuan. Tak butuh waktu lama sebelum ponselnya sudah menempel di telinga. "Halo, dengan Aditya Pratama?"

Mata Aurora berbinar. Ia bertepuk tangan pelan dengan semangat yang sulit disembunyikan. "Selamat, ibu Siti!" Aurora spontan menggenggam kedua tangan wanita itu, genggaman yang hangat namun mantap. "Dengan ini, saya harap ibu Siti dan anak-anak akan memulai hidup bahagia!"

Siti menatap Aurora dengan mata yang masih berkaca-kaca. "Terima kasih, Aurora. Dan maaf soal—"

Aurora cepat-cepat menggeleng, tak membiarkan Siti menyelesaikan kalimatnya. "Ah lupakan saja! Siapa suruh jadi anak gundik! Sudah biasa dihina seperti itu!" ia tersenyum miring, setengah getir setengah berani. "Yang penting sekarang adalah... bertemu pengacara!"

Santoso mengakhiri panggilan telepon, bibirnya menekuk ke atas penuh kemenangan. "Kebetulan beliau sedang di daerah sini. Beliau akan tiba sebentar lagi."

"Yess!" Aurora mengepalkan tangan, gerakannya spontan penuh antusias, seolah baru saja memenangkan pertarungan.

Detik demi detik terasa panjang. Suasana restoran sempat hening, hanya terdengar denting sendok dan gelas dari meja lain. Namun ketegangan di meja mereka tak terbantahkan—seolah semua sedang menunggu datangnya sebuah titik balik besar.

Tak lama kemudian, suara langkah kaki bergema. Bukan langkah biasa, melainkan langkah yang berat, mantap, penuh wibawa. Sepasang kaki panjang muncul dari arah pintu masuk, dibalut celana hitam pekat yang licin dan jatuh rapi. Sepatu pantofel hitam mengkilap menjejak lantai marmer, memantulkan cahaya lampu restoran yang temaram.

Aurora segera berdiri, matanya terbelalak. Dari balik pintu, seorang pria tampan melangkah masuk dengan percaya diri. Rambut hitamnya ditata rapi, poni belah pinggir menambah kesan profesional. Jas hitam yang membungkus tubuhnya jatuh sempurna, menegaskan bahu bidang dan sikap gagahnya. Wajahnya tajam, ekspresi dingin namun berwibawa. Benar-benar sosok pengacara yang tak hanya siap berdebat di pengadilan, tapi juga bisa memikat siapa saja yang memandangnya.

Di saat bersamaan, Santoso melambaikan tangan tinggi-tinggi, suaranya lantang memecah suasana. "Pak pengacara! Di sini!"

Aurora hampir tak bisa menahan diri. Senyumnya melebar, matanya berkilat seperti gadis yang baru saja melihat tokoh drama favoritnya turun dari layar. Bibirnya bergetar, namun kata-katanya lolos juga dalam bentuk gumaman kecil yang dipenuhi antusiasme. "Pengacaranya tampan!"

1
Messan Reinafa
karma berlaku yaa ciin
Messan Reinafa
duh..duh...bau-bau pelakor ga tau diri
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
jangan bilang jika istri mu yang kenal penyakit HIV 🗿
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
😭😭😭tiba tiba di tampar
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
ku kira dia tokoh benerann 😭
👑Chaotic Devil Queen👑: Selamat! Anda bukan satu-satunya orang yang kena tipu😭🤣
total 1 replies
erika eka putri pradipta(ACDD)
dasar pelakor,rasain emang enak🤣🤣🤣
erika eka putri pradipta(ACDD)
dasar pelakor
erika eka putri pradipta(ACDD)
paling benci dengan orang yang kejam seperti aurora
Oksy_K
releted bgt, ikut trend pasar tapi feel nya gak dapet, gk ikut trend duitnya yg gak dapet🥲😂
Oksy_K: sabar ya kak, kita sama🤣
total 4 replies
karena orang-orang senang liat orang susah 🤭
👑Chaotic Devil Queen👑: Lebih ke... merasa relate aja gak sih🗿

makanya kebanyakan yang bikin dan baca itu ibu rumah tangga karena relate🗿
total 1 replies
Quinnela Estesa
nama tokoh utama aja yang keren. nama tokoh lain B aja. Siti apaan deh🤣 coba namanya lebih bagus lagi
👑Chaotic Devil Queen👑: Kan disesuaikan sama gennya zheyenk😭🤣

Siti dan yang lainnya itu gen milenial ke atas. Mereka di usia bapak-bapak, ibu-ibu. Yang gen-Z cuma MC doang. Makanya namanya estetik sendiri😭🤣
total 1 replies
Rezkaya Retnoyevich
Jir, kena plot twist ane, ku kira dia tokoh beneran. Ternyata cuma karakter novel yg MC bikin /Facepalm/
👑Chaotic Devil Queen👑: Wah siapa sangka😭🤣
total 1 replies
Rezkaya Retnoyevich
Tipikal wanita yang tidak aku sukai, berharap agar kita gak pernah bertemu dengan orang semacam ini di kehidupan nyata 😤
👑Chaotic Devil Queen👑: Iya gess... semoga dipertemukan wanita baik-baik yang mau menemani saat susah, gak cuma senengnya doang😭🙏
total 1 replies
Adifa
kok bisa di katakan wanita bodoh??😭
👑Chaotic Devil Queen👑: NPD juga bisa atau DPD. Dia terlalu percaya diri dan gak mandiri 🗿
total 3 replies
Jhony Can Cook
bagus kok
👑Chaotic Devil Queen👑: Terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!