Patah hati membawa Russel menemukan jati dirinya di tubuh militer negri. Alih-alih dapat mengobati luka hati dengan menumpahkan rasa cintanya pada setiap jengkal tanah bumi pertiwi, ia justru diresahkan oleh 'Jenggala', misinya dari atasan.
Jenggala, sosok cantik, kuat namun keras kepala. Sifat yang ia dapatkan dari sang ayah. Siapa sangka dibalik sikap frontalnya, Jenggala menyimpan banyak rahasia layaknya rimba nusantara yang membuat Russel menaruh perhatian khusus untuknya di luar tugas atasan.
~~~~
"Lautan kusebrangi, Jenggala (hutan) kan kujelajahi..."
Gala langsung menyilangkan kedua tangannya di dada, "dasar tentara kurang aj ar!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua puluh enam~ Pengetahuan adalah ummah
Oke, untuk jendral baret merah bersama sang istri itu tentu Gala hafal, dan putra mereka lelaki kalem nan dingin bernama Sagara atau Gasara whatever namanya itu memiliki istri bernama Zea, tunggu itu putri menteri ham pada masanya, kan? Ya ampun! Dimanakah ia terdampar?
Dan ohhh no! Ia tak hafal siapa lagi, lalu Panji? anak siapa? Dan Kalingga, kembaran Russel bernama Ryu, tadi yang mana kakak tertua Russel, ibu Russel apakah yang memiliki senyum teduh atau yang secantik model itu?
"Ngga bisa jadi nih, boy...Ucel dapetnya yang bagus-bagus. Kasian tuh anak cewek sawan keliatannya kalo sama Ucel, kamu tikung dong, Nji...elah. Ucel udah berapa kali bawa cewek, lah kamu?" nyatanya, lelaki dengan paras lebih hangat dari jendral Al Fath ini datang dengan bocah lelaki lain, yang cukup pendiam ketimbang dua bocah sebelumnya. Tunggu, usianya....argh! Gala bukan cenayang. Sebab seperti hampir sama dengan kedua anak tadi.
Sementara Sadewa tertawa, "Ry...Ry, bawain laptop abang tertua! Abang mau liat pasar saham hari ini..." ujar Dewa sengaja berseru sampai Russel mendengarnya.
"Sabar abi Ray, kalo udah kepepet Panji pasti hubungin dukun pelet kenalan abi." Kalingga memilih duduk diantara para bapak yang kini berkumpul di teras samping, hanya berbatas pintu kaca tanpa terhalang apapun, bersama kopi, laptop dan beberapa kotak rokok yang telah sempat terbuka dan menyapa bocah lelaki yang duduk di pangkuan Rayyan.
Lalu Tama memanggilnya, "mas, ajak adekmu main. Bareng mas D." Bocah jiplakan Tama itu menggeleng tetap nyaman bersama sang opa.
Gala diam, duduk merapatkan kedua kakinya, tak jauh-jauh dari Russel yang duduk di sampingnya, hanya saja...pria ini, sungguh --- TAK BISA DIAM! Hingga akhirnya, ia pamit pada Gala, "sebentar ya, kamu disini. Aku kesitu dulu."
Ia cukup tak terima ditinggal begitu, heyyy!
Ia ditinggalkan di dalam bersama para perempuan.
"Dimakan, Jenggala...jangan malu." Zahra mengganti posisi duduk Russel di sampingnya.
"Iya ibu, makasih."
"Umi panggilnya apa nih, Jeng, Gala, Lala?"
"Calon mantu, makcut." Cle melintas menggiring sang putri yang begitu terdengar cerewet sejak tadi menanyakan keberadaan kakeknya, "baba mana?!"
"Salim dulu sama tante." Pinta Cle.
"Oh hay, siapa ini?" tanya Gala berusaha untuk akrab.
"Yaseera," tangannya meraih tangan Gala, "aku 7 tahun." Oke perkiraan Gala meleset setahun. Bahkan sempat Gala berpikir ketiga anak ini kembar mungkin, lahir bersamaan. Gala tersenyum padanya yang justru sibuk mencari kembali.
"Baba mana? Mas Farraz? Ayah?"
"Abi, mas ...Yaseera nyari nih...coba cari deket om Ucel."
"Abi Ray tuh agak gesrek tapi ditempelin terus cucu-cucunya." itu Ryu yang berbicara.
"Gimana ngga dicariin, tiap nugas bawa barbie, bawa lego, yang diinget kan Cerra, Arraz bukan Panji lagi." Dan Eyi masih menata makanan lalu membawa itu ke meja dimana para perempuan berada, "umi mau tambah lagi ngga? Jenggala, ayo dicicipin, ini tante yang bikin sendiri..." tawarnya diangguki Gala, "makasih tante."
Yaseera, Gala masih memperhatikan bocah itu, dimana ia sudah berancang-ancang siap berlari melewati Russel, "om Ucel pacarnya badut." Cibirnya tertawa-tawa melompat ke arah Rayyan dan langsung ditangkap oleh sang opa yang tengah mengobrol dengan Fath, dan Dewa.
"Centil banget anak mas Tama yang ini nih, kaya emaknya!" Russel membuat gerakan seolah ingin menangkap bocah berponi sealis dan memakai dress balon itu.
Zea ikut mendekat, "Gala, atau Lala."
"Gala aja tante, kak."
"Kok tante, umi dong La..." goda Zea lagi seketika membuat wajah Gala memerah lagi, bahkan sudah sejak tadi. Untung saja warna kulitnya bukan putih, jadi tidak terlalu kentara.
"Kenal Ucel sejak kapan, La? Pasti dia yang kejar ya..." Cle to the point, "pemaksa ya, nyebelin?"
Sebentar, perlu diluruskan sebenarnya....ia bukan pacar Russel. Tapi lidahnya seolah kaku sebab, si pelaku pun tidak berusaha menjelaskan apapun pada keluarganya ini, atas kesalahpahaman yang terjadi.
Fara duduk membantu umi Salwa membuka paper bag berisi pemberian dari anak dan cucunya, entahlah! Ia tak menginginkan apapun ulang tahun kali ini, tapi anak dan cucunya ini yang terlalu berlebihan selalu merayakannya.
"Umi pengen ziarah ketemu Abi, Ra..."
"Besok mi, udah terlalu sore kalo sekarang."
"Besok siapa yang anter, Eyi apa Zahra?"
"Aku, mi. Nanti aku jemput kesini." Eyi turut membantu membuka, "ini dari siapa nih?"
"Aku!" Zea mengacungkan telunjuknya, "aku sama bang Saga."
Gala masih memperhatikan, tak tau harus memulai obrolan dari mana. Jujur saja, ia masih mencerna keadaan sekarang. Semua keramaian seolah tumpah ruah disini, bikin otaknya mendadak lahan kosong.
"Ini dari..."
"Russel, ummah." Tukas Gala, melihat tangan-tangan tua itu membuka bungkusan berisi alat kesehatan. Zahra melirik tersenyum, begitupun yang lain, "oh, ceritanya minta tolong kamu pasti buat cariin ya, emang repotin banget deh kacang ijo satu itu .. " tembak Clemira tepat.
"Udah ngga aneh, dia." Timpal Zea.
"Wahahaha! Nyambung banget sama yang dari aku!" seru Zea, namun kemudian ummah melengkungkan bibirnya seolah tak puas, "ngga ada yang kasih batik atau kain ulos atau apa gitu tahun ini, ummah lagi pengen pake kain baru kalo jalan keluar."
"Umi mau kain? Nanti Fara beli."
Lantas Gala teringat sesuatu, kebetulan sekali...sejak awal ia merasa minder saat semua orang memberikan hadiahnya untuk Oma satu ini, sementara, hanya dirinya yang tak membawa apapun.
Gala merogoh tas selempang nya, lalu mendekati posisi duduk Salwa.
"Ummah, kalau ummah berkenan terima sih sebenernya, aku punya ini..."lirihnya menyita perhatian.
Kini perhatian mereka langsung tertuju pada Gala yang mengeluarkan kresek kecil dengan logo sebuah toko di kota karang, "mungkin telat ya, maaf ngga dibungkus juga. Tapi, selamat ulang tahun buat ummah dari Gala." ringis Gala.
"Eh, Gala ngga usah repot-repot." Ujar Zahra namun kresek dengan logo toko kain khas tanah timur itu sudah diterima ummah, "apa ini neng?" ia membukanya, dan sebuah kain tenun panjang, seperti ikat kepala atau syal yang biasa disampirkan di leher dengan motif kuda dan gajah berwarna hitam, merah maroon, sedikit putih dan cream.
"Wehh, lucu.." ujar Cle memantik atensi Fara dan Eyi juga, "ini songket ya?"
"Aku masih punya banyak di rumah kak. Koleksi pribadi..."
Merasa mulai bisa memancing perhatian Gala tersenyum, "yang itu kain tenun Jara Nggaja Ende namanya, khas dari nusa timur. Ditenun langsung dari pengrajin tradisional, aku custom cukup lama sekitar 2 bulan, buat show di Bali, tapi ternyata acaranya cancel."
"Oh, kamu asli kota karang?" tanya Fara.
Gala mengangguk, "betul bu, tepatnya lama disana."
Salwa terlihat tersenyum senang, "wah, bagus...ini seperti ikat kepala atau syal, gitu ya?"
Gala kembali mengiyakan, "kalo ummah seneng, ambil aja. Gala masih punya banyak di rumah. Tapi banyak juga yang udah dipake sih, kalo yang ini belum sempet dipake. Kalo tante, kak Cle atau kak Ze mau, nanti waktu pulang ke kota Karang, bisa Gala paketin kesini."
"Loh, pulang?" tanya Zahra.
"Oh, maksudnya kalo lagi pulang ke kota karang." Ralat Gala.
"Wah, jadi repotin Gala, kalo gitu."
"Lucu mi, asli deh...kamu pecinta kain tradisional nusantara gitu, ya?" tanya Clemira.
Gala kembali tersenyum kembali, "kebetulan suka pake kalo lagi kerja atau kuliah, atau jalan ke luar."
"Kerja, show...kerjaanmu apa neng?"
"Disc jockey, part time tante..." jawab Gala pada Eyi, mereka cukup terdiam lama, saling pandang menyiratkan sesuatu, sampai ummah Salwa mengambil obrolan kembali, sejak tadi pandangannya tak luput dari tatto di tangan Gala. Mungkin jika sadar, bukan hanya Salwa saja yang melihat tattoo di tangan Gala, namun hampir semua mata.
"Disc jockey, neng?" tanya nya memastikan. Eyi menggigit bibir bawahnya menatap Zahra dan Fara bergantian seolah melemparkan sorot khawatir dan riskan. Ingat betul bagaimana dulu mertuanya ini menolaknya di awal pertemuan dengan Rayyan.
Namun Gala tak gentar berkata jujur, "aku tidak tinggal bersama mama papa di ibukota, ummah. Sejak SMA kelas XI aku memutuskan pindah ke kota karang, tinggal bersama om dan tanta. Lebih suka disana aja, tempat kelahiran. Merasa kaya di rumah..."
"Jauh dari orangtua, membuat pola pikir aku belajar---bagaimana menyikapi kondisi krisis isi dompet, waktu uang jajan belum turun, keterlambatan kiriman papa--mama, atau ketika uang yang dikirim mama sama papa itu kurang."
Dan kini Russel, serta para lelaki sudah ikut bergabung kembali ke dalam menyudahi acara obrolan mereka tentang bisnis. Meski beberapanya masih tertinggal di luar dan menyusul belakangan sambil bercanda dengan para bocah.
"Makan---makan yokk!" Ryu menyerbu meja dan menatap satu persatu makanan di atas meja demi memilih apa yang akan disantapnya.
"La, makan yuk! Aku suapin!"kekeh Russel yang langsung mendapat serangan dari para sepupunya, termasuk Rayyan, "langkahi dulu bapaknya, boy. Udah pantes belum dapetin anaknya...minimalnya duel di puslatpur ya bang?" kekehnya renyah, meminta suara Al Fath.
"Terus...terus? Si be go ngga usah di dengerin La. Emang begitu dia, belum minum obat." Ujar Clemira, membuat Gala ingat dengan ucapan Russel malam itu.
"Coba--coba bantu tanta Yubi dan tetangga yang tergabung di UMKM desa, tapi rasanya perputaran uangnya lama. Ditambah waktu yang ngga memungkinkan karena aku juga harus sekolah."
"Oh, disana ada UMKM nya?" tanya Fara mulai mengarah.
"Ada Bu. Tapi kurang berkembang. Mungkin kurangnya pelatihan dan terbatasnya sumber daya mumpuni." Jelas Gala.
"Beranjak kuliah, biaya pendidikan sama kebutuhan makin mendesak, sementara buat minta lebih sama mama papa rasanya aku ngga seberani itu. Akhirnya cari jalan pintas cari part time yang ngga ganggu waktu kuliah. Aku pengen independent. Ingin mandiri, tapi cari kerjaan memang ngga segampang membalikan telapak tangan rupanya apalagi sekelas kota Karang, ibukota aja susah. Sampai akhirnya temen nawarin buat belajar jadi disc jockey, isi acara yang ringan-ringan."
Eyi tentu paham akan itu. Begitupun Fara yang memang merasakan sulitnya mencari pekerjaan sekalipun ia sarjana.
"Kamu kuliah jurusan apa?" tanya Zea.
"Seni musik. Berhasil lulus setelah KKN di kepulauan rempah-rempah."
Cle terlihat mengangguk-angguk.
Namun bukan itu yang jadi fokus Salwa, ia meraih lengan Gala, "kakehan, benar?" rujuknya pada tattoo Gala. Tanpa mengelak atau menepis, Gala membiarkan umma Salwa melihat dan mengekspos tattoonya.
"Umma tau?"
Salwa tersenyum, "sempet di retouch?" tanya nya.
Gala menggeleng, "pantas, warnanya sudah hampir pudar."
"Kakehan apa sih umma?" Cle menatap para wanita ini satu persatu, termasuk pada sang suami yang baru saja kembali, demi mencari jawaban.
"Tatto adat, Cle." Jawab Saga, "oleh-oleh KKN?" kini si pria datar itu bertanya. Tumben! Mesti tumpengan!
"Iya om."
Pfffttt! Ryu, Panji dan Russel tertawa, saat panggilan om itu tertuju untuk Saga, bahkan Zea hahahaha!
"Om...om.." ulang Zea.
"Om...om, mojok yuk!" ajaknya pada sang suami, membuat Saga menatapnya sinis, namun kemudian ia meraih Zea dan menggendongnya dari sana, "yuk!"
"Abanggg aaaa!"
"Hihhh, kalo udah kaya gini tuh heboh ahhh, malu-maluin ada tamu!" omel Fara. Bukannya mereda, Russel dan Ryu justru turut membantu Saga mengusili istrinya, sementara sang putra menengahi, "ayahhh, bunda ihh!"
Yaseera dan Farraz turut mengikuti keriuhan yang diciptakan Zea dan Saga.
"Dasar bucin." Cibir Cle.
Russel sudah kembali meninggalkan sepasang suami istri dan putranya itu, Ryu juga kembali untuk menyendok sesuatu ke atas piringnya.
"Jadi itu tattoo temporer?" tanya Russel.
Umma mengangguk, "sekilas kaya tattoo biasa. Orang awam sedikit sulit membedakan. Tapi tattoo ini bahannya dari arang tempurung kelapa atau daun pisang. Pake alat tulang atau kayu buat natonya. Sakitnya lumayan... Sempat infeksi dan iritasi?"
Gala terkekeh, "iya ummah. Waktu itu aku mandi, airnya mungkin kotor. Jadi ada kejadian demam semaleman waktu mau balik KKN."
"Waktu itu, aku ditawarin ini sama tim KKN lainnya, maksudnya sih buat menghargai adat setempat aja, tapi ternyata lucu, keren... Kalau pake motif setempat, belum diijinkan sebab kata tetua adatnya bilang, setiap motif mereka punya makna jabatan, status sosial dan makna spiritual tersendiri. Jadi aku pilih namaku sendiri, sama zodiak, tapi ummah bisa liat disini. Aku dikasih lambang ini. Katanya ini gelar kehormatan buat tamu."
"Ummah tau kakehan?" tanya Gala.
"Tau lah. Gini--gini, ummah dulu KKN tematik di kepulauan rempah-rempah. Pernah ditawarin juga."
"Coba aku liat..." Russel ikut-ikutan menghampiri Gala dan meraih tangannya, namun Ummah yang hafal akan sifat cucunya yang satu itu segera menepis.
Sampai riuh tercipta disana dari Clemira, Eyi juga Fara, "yeeeee! Kerak telor bisa aja lu ah!"
"An jing," umpat Panji kecil.
"Bisa banget ambil celahnya. Nyalip, Marquez...Marquez..." cibir Panji. Kalingga tertawa begitupun Ryu, "udah ikhlas aja, dia emang selalu terdepan sejak jaman es cincau masih berupa daun merambat."
.
.
.
Note : guys ada yang masih inget nama anak Saga ngga, dulu pernah deh kayanya aku sebut di cerita Cle atau Dina. Koment disini ya...
Semoga setelah badai ini menerjang, akan ada damai datang
lanjut
lanjut
ikutan nangis dong di bab ini ikut merasakan yg gala rasakan....klo gala ice rasa getir ...yg aq rasa mie kuah rasa asin alias ingus meleleh krn baca sambil makan mie rebus 😭😭