Riris Ayumi Putri seorang gadis yang haus akan kasih sayang dan cinta dari keluarganya. Dan sialnya ia malah jatuh cinta pada kakak temannya sendiri yang umurnya terpaut jauh dengannya. Bukanya balasan cinta, justru malah luka yang selalu ia dapat.
Alkantara Adinata, malah mencintai wanita lain dan akan menikah. Ketika Riris ingin menyerah mengejarnya tiba-tiba Aira, adik dari Alkan menyuruhnya untuk menjadi pengantin pengganti kakaknya karena suatu hal. Riris pun akhirnya menikah dengan pria yang di cintainya dengan terpaksa. Ia pikir pernikahannya akan membawa kebahagiaan dengan saling mencintai. Nyatanya malah luka yang kembali ia dapat.
Orang selalu bilang cinta itu membuat bahagia. Namun, mengapa ia tidak bisa merasakannya? Apa sebenarnya cinta itu? Apakah cinta memiliki bentuk, aroma, atau warna? Ataukah cinta hanya perasaan yang sulit di jelaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risma ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8
Waktu terus berlalu, semenjak kejadian waktu itu. Riris masih merasa kesal dengan temannya. Ia selalu menghindar dari Aira. Dirinya sudah tidak pernah main ke rumahnya, bahkan di sekolah pun selalu mendiamkannya.
Tidak terasa besok adalah hari pernikahan Alkan dengan Dara. Tepat pula sekitar satu minggu lagi Riris dan Aira lulus sekolah.
Riris sudah merencanakan untuk kuliah di luar negeri agar bisa melupakan pria itu. Karena belakangan ini ia terus berusaha keras untuk melupakan. Namun, semakin keras ia mencobanya, semakin susah juga ia melupakannya.
Kenangan bersamanya membuatnya teringat terus. Itu lah alasannya ingin kuliah ke luar negeri. Mungkin dengan pergi jauh dan tidak bertemu dengannya, ia dengan mudah bisa melupakannya.
Di sebuah rumah, seorang pria muda sedari tadi terus mondar mandir di balkon kamarnya. Wajahnya tampak cemas sambil terus memegangi ponselnya, sedari ia terus menghubungi seseorang.
"Kamu kemana sih sayang," lirihnya khawatir.
Alkan sedari tadi tidak tenang karena calon istrinya sampai sekarang tidak ada kabar. Beberapa menit yang lalu wanita itu mengatakan sedang tidak enak badan. Dan kini sudah hampir satu jam ia tidak kunjung membalas dan mengangkat telfonnya.
Alkan yang merasa khawatir, tanpa memperdulikan larangan orang tuanya ia berniat menghampirinya. Padahal ibunya selalu menyuruhnya untuk diam saja di rumah dan tidak boleh bertemu dengan calon istrinya karena mereka sedang di pingit.
Setelah beberapa menit, Alkan telah sampai di sebuah apartemen. Ia langsung masuk ke dalam mencari wanitanya ke setiap ruangan. Dan terlihat Dara sedang tergeletak pingsan di dekat pintu kamar mandi.
Tidak ada seorang pun di dalam apartemen kekasihnya, ia tahu kekasihnya sudah tidak memiliki orang tua dan hanya tinggal sendirian.
"Sayang bangun! Kamu kenapa, hei!" Alkan terus berusaha membangunkan wanita itu.
Dengan khawatir, Alkan langsung membawa kekasihnya ke rumah sakit. Dirinya sangat takut terjadi sesuatu dengannya. Apalagi besok adalah hari pernikahan mereka.
Di rumah sakit, Alkan terus mondar-mandir di depan sebuah ruangan. Tidak lama pintu terbuka, keluarlah seorang dokter menghampirinya.
"Bagaimana, Dok?" tanyanya khawatir.
"Selamat ya, Pak. Istri anda sedang hamil, dan usia kandungannya baru satu bulan," ucap sang dokter membuat Alkan terdiam membeku.
Setelah mengatakan itu, dokter pun berlalu pergi meninggalkannya. Alkan masih terdiam mencerna semuanya. Dara hamil? Selama ini Alkan tidak pernah menyentuhnya, ia tidak ingin melakukannya jika belum sah. Lalu, kekasihnya itu hamil anak siapa?
Dengan perasaan marah, Alkan berjalan masuk ke dalam menghampiri Dara. Wanita itu terlihat baru bangun dari pingsannya.
"S-sayang, kamu yang bawa aku ke sini?" tanyanya lembut.
Alkan hanya diam dengan tatapan datar. Dirinya sangat marah dan kecewa mengetahui calon istrinya sedang mengandung anak dari pria lain.
"Anak siapa?!" tanyanya ketus yang membuat Dara menatapnya bingung.
"Gue tanya itu anak siapa!" bentaknya sambil menunjuk perutnya membuat wanita itu tersentak kaget.
"Gue sama sekali belum pernah nyentuh Lo! Dan sekarang Lo lagi hamil! Gue benar-benar kecewa sama Lo, Dar! Gue kira Lo beda dari yang lain, gue kira Lo cewe baik-baik!"
Alkan mengepalkan tangannya erat, rahangnya mengeras, matanya sudah memerah. Sesekali ia menatap ke atas mencoba menahan air matanya. Rasa marah, kecewa membuat dadanya sangat sesak.
"Besok batalin aja pernikahan kita!"
"Mas, dengerin aku dulu--"
"Sayang, kamu gapapa kan?"
Tiba-tiba seorang pria masuk ke dalam ruangan langsung menghampiri Dara dengan khawatir. Membuat Alkan yang melihat itu semakin marah.
"Dia siapa?!" tanyanya dengan rahang semakin mengeras.
"Aku Ayah dari anak yang dia kandung!" sahut pria itu membuat Alkan dan Dara membulatkan matanya.
"Bohong! Aku ga kenal pria itu!" teriak Dara membuat Alkan memijit keningnya pening.
"Dengerin penjelasan aku dulu, ini gak seperti yang kamu pikirin! Aku--"
"Stop! Ga perlu di jelasin! Gue udah benar-benar kecewa sama Lo!"
Alkan berbalik berniat melangkahkan kakinya keluar dari ruangan. Namun, baru saja satu langkah ia terdiam saat wanita itu mengatakan sesuatu.
"Ini semua gara-gara teman adikmu!"
Alkan kembali menoleh sambil mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Riris, dia yang udah jebak aku tidur dengan cowo lain sampai buat aku hamil!" Alkan memejamkan matanya tidak percaya.
"Aku tau dia mencintaimu, selama ini dia juga selalu mengancamku untuk menjauh darimu. Dia gak suka kamu menjadi milikku," jelasnya lagi.
Alkan mengepalkan tangannya semakin kuat. Sebenarnya ia tidak percaya apa yang Dara katakan. Namun, jika di pikir-pikir memang selama ini Riris selalu mengejarnya dan terlihat tidak suka pada Dara.
"Mas, aku mohon jangan batalin pernikahan kita!" Alkan kembali menoleh menatap wanita itu yang berkaca-kaca.
"Sayang, kamu kan mau nikah sama aku!" sahut pria di sampingnya.
Dara langsung meliriknya pelan sambil diam-diam menatapnya dengan tatapan tajam.
"Gue udah terlanjur kecewa sama Lo!" Alkan kembali melangkahkan kakinya pergi meninggalkan mereka berdua.
"Alkan, tunggu!" teriaknya berniat mengejar Alkan. Namun, di tahan oleh pria yang sedari tadi bersamanya.
"Argh, ini semua gara-gara Lo! Lo udah hancurin hidup gue!" bentaknya pada pria itu.
"Sampai kapanpun kamu akan selalu menjadi milikku, sayang," ucapnya sambil tersenyum smrik.
Sedangkan di sisi lain, Alkan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Pikirannya berkecamuk, ia benar-benar sangat kecewa dan marah mengetahui calon istrinya hamil. Sebelum hari kebahagiaannya tiba, malah mendapatkan kenyataan yang pahit.
Dan rasa marahnya semakin memuncak saat mengetahui keburukan Riris. Gadis lugu yang sok polos itu ternyata sangat kejam. Ia menggunakan berbagai cara untuk mendapatkannya.
Tidak lama, Alkan telah sampai di rumahnya. Ia berjalan masuk ke dalam yang ternyata orang tuanya sudah menunggunya dengan perasaan khawatir. Memang pas pergi tadi ia tidak bilang karena mereka berada di hotel sedang mengurus persiapan untuk acara besok.
"Alkan, kamu darimana saja?! Sudah Ibu bilang jangan keluar rumah! Ini sudah malam, besok kamu akan menikah!" omel ibunya khawatir.
"Maaf Ibu, Ayah, kita batalin aja pernikahan nya," lirihnya sambil menunduk.
Kedua orang tuanya membulatkan matanya terkejut. Apa mereka salah dengar? Anaknya menyuruh membatalkan pernikahannya yang sudah di persiapkan dengan matang.
Ribuan undangan sudah tersebar dan gedung pernikahan sudah mereka siapkan dengan sempurna. Lalu dengan gampangnya Alkan mengatakan ingin di batalkan? Apa pria itu ingin membuat orang tuanya malu?
"Di batalin gitu aja?! Kenapa?! Kamu mau buat kita malu?!" tanya Ayahnya emosi.
"Dara selingkuh, dia hamil anak pria lain," jelasnya masih menunduk tidak ingin melihat wajah kecewa orang tuanya.
Orang tuanya hanya terdiam sambil terisak. Mereka tidak tahu lagi apa yang harus di lakukan setelah mendengar penjelasan anaknya.
"Mau di taro dimana muka kita," lirih ibunya sambil terisak.
Alkan menetes air matanya yang sedari tadi ia tahan. Rasa sedih, marah, kecewa dan juga rasa bersalah pada orang tuanya membuatnya sangat sesak. Ia tidak tahu lagi harus melakukan apa.
"Maaf," lirihnya merasa bersalah.
Di balik tembok, seorang gadis sedari tadi diam-diam mendengarkan percakapan mereka. Ia terisak pelan mendengar semua pernyataan mas nya.
'Dari dulu aku gak pernah setuju Mas sama dia!'
Kini di rumah itu hanya ada suara tangisan, yang seharusnya tangisan bahagia karena besok Alkan akan menikah. Namun, malah berganti menjadi tangisan sedih.
Orang tuanya merasa kecewa dan bingung apa yang harus mereka lakukan besok. Mereka pasti akan sangat malu, padahal sudah mempersiapkannya dengan sempurna dan sengaja mengundang banyak tamu penting. Di satu sisi merasa kasihan juga dengan anaknya, pasti pria itu sangat sedih, kecewa, marah dan malu.
Sedangkan di sisi lain. Cahaya rembulan menyinari dengan samar, terdapat ribuan bintang yang menemaninya membuat langit malam terlihat begitu indah. Hembusan angin malam menerpa wajah seorang gadis yang sedang tersenyum tipis sambil memejamkan matanya menikmati dinginnya malam.
"Riris, menikahlah dengan masku!"
Gadis itu sontak membuka matanya, ia menoleh menatap seorang gadis yang berdiri tidak jauh darinya dengan nafas terengah dan mata yang berkaca-kaca.
"Pliss, aku mohon. Calon istri mas Alkan selingkuh. Aku gamau bikin keluargaku malu jika sampai pernikahan ini di batalin," ucapnya sambil terus memohon menggenggam tangan Riris.
Riris hanya terdiam tidak menyangka, dirinya seakan di permainkan oleh mereka. Susah payah ia mencoba melupakannya dan sekarang dengan gampangnya menyuruhnya untuk menjadi pengantin pengganti.
baru pub chap 6 penulisan makin bagus, aku suka>< pertahankan! cemangattttt🫶