NovelToon NovelToon
Misteri Desa Lagan

Misteri Desa Lagan

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Hantu / Tumbal
Popularitas:522
Nilai: 5
Nama Author: rozh

Saddam dan teman-temannya pergi ke desa Lagan untuk praktek lapangan demi tugas sekolah. Namun, mereka segera menyadari bahwa desa itu dihantui oleh kekuatan gaib yang aneh dan menakutkan. Mereka harus mencari cara untuk menghadapi kekuatan gaib dan keluar dari desa itu dengan selamat. Apakah mereka dapat menemukan jalan keluar yang aman atau terjebak dalam desa itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8. Teror Di Desa

Mereka berempat sudah mandi dan bersiap ke Masjid. Usai shalat Magrib, mereka berempat memilih duduk di teras Masjid sambil memakan jajanan telur gulung kuah sate.

"Kau mau cerita apa, Gung?" Diro menatap Agung.

"Aku merasa desa ini gak aman buat kita PL. Mending kita telepon Bu Anisa deh, sebelum terjadi apa-apa, perasaan aku nggak enak." Agung mengelus tangannya.

"Ah, dasar pengecut! Belum apa-apa udah nyerah. Sama aja entar tuh, lagian desa ini masih Sumbar, nggak jauh-jauh amat kalo pulang, biaya gak gede amat, bisa naik bus, daripada entar ke Bengkulu, Kalimantan dan lain-lain, kan makin susah," kata Viko.

"Ini bukan tentang dekat jauh atau biaya, perihal keamanan kita, desa ini enggak aman, terlalu angker dan aneh."

"Aneh gimana?" Viko bertanya, lalu mengambil satu tusuk dadar gulung lagi, mencelupkan ke kuah sate.

"Desa ini dipenuhi dengan kuburan hampir setiap rumah, yang kedua setiap orang selalu kasih peringatan tentang simpang tiga itu dan kejadian aneh tadi siang, bikin aku yakin tempat ini gak aman buat kita, ayo kita telfon Bu Anisa, mending cari tempat lain."

"Emangnya, tadi siang kamu kenapa? Kamu lihat apa?" Viko menatap Agung, bahkan meletakkan tusuk dadar gulung yang masih sisa setengah, dia menghentikan suapannya.

"Seorang gadis cantik dengan rambut panjang hitam lurus, kakinya luka, dia nangis. Aku bertanya dan ingin nolong dia. Tapi, kenyataan aku ada di dalam parit simpang tiga itu dan kakiku terluka. Ini sudah ganjil dan aneh banget guys!"

"Jadi, kau lihat gadis?" Diro, merapatkan duduknya, takut.

"Iya. Untung tadi kau tarik aku, kalau tidak, entah apa yang terjadi. Di puskesmas tadi, Bu bidan bukan cuma ngasih obat biasa, tapi kasih aku air bacaan doa gitu, di bilas ke kakiku ini, di minum sama buat cuci muka. Aneh banget tau gak!"

"Njir lah, takut!" Diro merinding. "Kalau begini, kita harus lapor Bu Anisa deh, aku nggak mau tinggal nama aja!"

"Kita baru sehari kerja sama Pak Johan, lagian nggak bisa segampang itu juga, kita berurusan sama PT. Sen. Dan Pak Johan cuma ambil proyek dari PT. Sen itu, nilai kita itu di dapat dari PT. Sen atas rekomendasi dari Pak Johan. Paham gak maksudnya? Jadi ngga segampang itu." Saddam yang tadi hanya diam menyimak, kini menimpali.

"Tapi Dam—"

"Iya, aku paham maksud kamu Gung. Mari kita bertahan dulu seminggu, ikuti dan saran orang desa sini, patuhi pantangan dan larangan, lihat orang-orang desa aman aja, kalau enggak aman pasti sudah jadi desa mati ini." Saddam mencoba menjelaskan.

"Iya, aku setuju pendapat Saddam. Tadi kamu kan melanggar peringatan orang-orang, mana jam 12 siang pergi ke sana. Kemana pun kita pergi, namanya hal gaib pasti ada, kalo kita gak rese, gak mungkin diganggu kan?" Viko menambahkan.

"Hm, ya sudah kalo begitu menurut kalian." Agung mengalah dan mengambil satu tusuk telur dadar, memakannya tanpa kuah.

Beberapa hari kemudian.

Saddam, Viko, Diro, dan Agung sedang berjalan-jalan di desa, hari ini proyek sedang libur, jadi mereka memilih berkeliling desa. Mereka melihat penduduk desa yang sedang berkumpul di alun-alun desa. Penduduk terlihat khawatir dan takut. Beberapa dari mereka menangis, sementara yang lain berbicara dengan nada yang rendah dan khawatir.

"Apa yang terjadi?" tanya Sadam kepada salah satu penduduk desa yang terlihat paling khawatir.

"Teror di desa ini mulai kembali," jawab penduduk desa itu dengan suara yang bergetar. "Banyak orang yang melihat penampakan hantu dan mendengar suara-suara aneh di malam hari. Beberapa orang bahkan mulai kesurupan."

Diro dan Agung saling menatap satu sama lain dengan khawatir. Keduanya merinding bahwa desa ini benar-benar diteror oleh hantu.

"Kita harus mencari tahu apa yang terjadi," kata Sadam dengan tekad yang kuat. "Mungkin ada penjelasan logis di balik semua ini. Mana ada hantu bisa mengganggu manusia."

Penduduk desa itu mengangguk setuju sebagian.

"Ya, kita harus mencari tahu. Kita tidak bisa terus-terusan hidup dalam ketakutan. Kami sudah mencoba untuk mencari bantuan dari dukun dan orang-orang pintar, tetapi hasilnya masih sama."

"Kita harus berbicara dengan orang-orang yang telah melihat penampakan hantu dan mendengar suara-suara aneh," kata Viko. "Mungkin mereka bisa memberikan kita beberapa petunjuk," sambungnya.

"Dan kita juga harus mencari tahu tentang sejarah desa ini," tambah Saddam. "Mungkin ada sesuatu yang terkait dengan masa lalu desa ini yang menyebabkan teror ini."

Agung dan Diro mengangguk setuju. "Ya, kita harus mencari tahu semua yang kita bisa tentang desa ini dan teror yang sedang terjadi."

"Ah, atau jangan-jangan ini ulah Tek Raisyah! Apa seharusnya kita usir saja wanita tua itu!" Salah satu warga yang berkumpul itu berteriak.

"*Woi, apo kecek ang ko*! — Hei, apa yang kau katakan ini!" Seorang bapak berdiri berkacak pinggang pada pemuda yang tadi bersorak.

"*Nan den kecekan nan Bana. Sajak anak Jo cucu gaek tu, banyak bujang nan maningga, banyak urang kesurupan, sampai kampuang Wak ko jarang dapek bantuan, kini dapek bantuan pelebaran jalan dan perbaikan jalan, baulah Lo hantu paja tu baliak*! — Yang aku katakan adalah benar. Sejak anak dan cucunya meninggal, banyak pemuda meninggal, orang kesurupan, hingga kampung ini jarang mendapatkan bantuan. Sekarang, kampung ini dapat bantuan pelebaran jalan dan perbaikan jalan, hantu mereka kembali berulah!" Pemuda itu berbicara dengan menggebu-gebu dan lantang.

"*Manga dek singkek Bana pangana ang! Ndak mungkin pulo baitu*! — Jangan berpikir dangkal, itu tidak mungkin.

"*Bisa jadi tu. Sajak kejadian tu, Acok bana kejadian, kapatang tu aman se nyoh, kini datang bantuan baulah Lo baliak*! — Mungkin saja, sejak kejadian itu, sering terjadi, padahal kemarin aman-aman saja, sekarang malah kembali meneror orang-orang." Salah satu ibu-ibu diantara kerumunan itu membela sang pemuda.

Terdengar kerumunan itu mulai riyuh dan pecah suara. "*Kalo Iyo dek anak Jo cucu Etek tu, Yo Ndak ikhlas Wak doh, anak bujang Wak di Bao nyo*! — kalau memang anak dan cucuk Tante Raisyah itu hantunya, aku tidak ikhlas mereka membawa anak lelaki ku meninggal." Salah satu wanita di sana mulai menangis, tempat menjadi tidak lagi tentram dengan satu suara.

"Sudah! Ajal, maut siapa yang bisa menghalangi, yang meninggal memang di sana ajalnya. Tidak ada roh bisa membawa orang hidup mati. Orang mati itu, roh nya dicabut malaikat maut!" Bapak kepala Jorong berdiri dan berseru.

Barulah, sura yang riuh tadi kembali diam. "Kita akan mencari Pak Ustadz untuk melakukan doa tolak bala bersama kembali."

Akhirnya, sebagian penduduk terpaksa setuju dengan usulan tanpa berdebat hendak mengusir Nek Raisyah lagi.

"Bagaimana menurutmu Dam, tentang musyawarah di alun-alun desa tadi?" Viko bertanya saat mereka berempat berjalan kembali pulang karena waktu sudah sore, waktunya mandi.

"Alangkah lebih baik, kita bertanya dan mencari tahu, terkhusus pada orang yang pernah mendengar atau mengetahui tentang teror dan kisah desa ini," jawab Saddam.

"Ya, kami setuju." Diro, Viko dan Agung menanggapi serempak.

Dengan demikian, mereka memulai perjalanan mereka untuk mencari tahu kebenaran di balik teror di desa ini. Apakah mereka akan berhasil menemukan jawabannya? Atau apakah mereka akan terjebak dalam ketakutan dan teror yang semakin parah?

...\*\*\*...

1
Ubii
Sebenarnya gadis di foto itu siapa ya? kok muncul terus/Speechless/
Ubii
rarww /Skull/
Ubii
merinding, gak bisa bayangin /Sweat/
Ubii
keren ceritanya, dari sekian banyak yang aku baca, ini sangat menarik /Angry/ aku tunggu kelanjutannya ya!
Rozh: Oke, terimakasih, semoga suka dan terhibur sampai cerita ini tamat 🌹
total 1 replies
Ubii
lagi tegang-tegangnya malah di bikin ngakak/Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!